Senin, 05 Oktober 2015

Selsa Sandhika Erasta (KPI 1A) - 11150510000045 - Tugas 4

Imajinasi Kenyamanan dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan Sosial

 

1.      Gambaran Tempat Wisata

 

Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah. Tempat wisata di jawa tengah ini memiliki luas 123 x 123 meter persegi dan terdiri dari 10 tingkat. Bangunannya tersusun dari balok vulkanik yang membentuk 504 arca, 72 stupa dan sebuah stupa induk besar di puncaknya. Balok-balok candi borobudur tersusun tanpa menggunakan perekat ataupun semen, kompleks ini terlihat seperti sebuah susunan lego raksasa.

 

Dinding Candi Borobudur dihiasi sekitar 1.460 panel relief dengan panjang masing-masing panel 2 meter. Panel-panel relief ini menceritakan mengenai tingkatan kehidupan Buddha. Relief di bagian bawah candi disebut dengan 'Kamadathu' yang menceritakan tentang perilaku buruk manusia yang dipenuhi nafsu dunia dan membuatnya masuk neraka. Relief bagian tengah disebut 'Rapadathu', bercerita tentang manusia yang sudah terbebas dari hawa nafsu dunia, sedangkan relief teratas adalah 'Arupadhatu'. Relief ini menggambarkan tingkatan pencapaian teratas di mana para dewa bersemayam.

 

Selain tiga relief tersebut, sebenarnya masih ada panel relief di bagian terbawah candi yang terkubur. Menurut para ahli sejarah, relief yang terkubur tersebut bernama 'Karmawibhangga'. Inilah relief yang menceritakan mengenai tingkatan terbawah manusia.

 

Candi Borobudur diperkirakan mulai dibangun pada masa Dinasti Syailendra sekitar abad ke-9 di bawah pemerintahan Raja Samaratungga. Arsitek pembangunan kompleks candi bernama Gunadharma yang berhasil merancang bangunan luar biasa ini meskipun tak mengenal sistem komputer dan teknologi canggih lainnya. Pembangunan kompleks candi terbesar ini dapat diselesaikan sekitar 50-70 tahun kemudian. Nama Borobudur berasal dari bahasa Sansekerta 'Vihara Buddha Uhr' yang berarti Biara Buddha di Bukit. Pada masa itu, candi Borobudur menjadi pusat kegiatan keagamaan terbesar. Sampai saat masuknya pengaruh Islam pada abad ke-15. Candi ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat yang beralih ke agama Islam. Borobudur semakin terlupakan saat terjadi letusan Gunung Merapi yang membuatnya terkubur abu vulkanik

 

Pada tahun 1814, Sir Thomas Stamford Raffles mengungkap keberadaan Candi Borobudur setelah mendapat informasi mangenai adanya sebuah bangunan besar yang tertimbun abu vulkanik. Tak hanya tertimbun abu vulkanik, kondisi candi saat ditemukan juga dipenuhi semak belukar.

 

2.      Analisis Pengaruh Dalam kehidupan Bagi Masyarakat

Ada tiga macam dampak pariwisata terhadap masyarakat di sekitar Candi Borobudur, yaitu ekonomi, sosial, dan budaya.

Dampak Ekonomi:

Aktivitas-aktivitas baru untuk memperoleh penghasilan atau sarana untuk bertahan hidup, yang muncul sebagai akibat adanya perubahan pemanfaatan Candi Borobudur setelah dilaksanakannya pemugaran. Aktivitas untuk memperoleh penghasilan ini dapat berupa pola-pola baru, misalnya tukar-menukar barang ataupun jasa seperti munculnya rumah-rumah makan, hotel, pengasong, dan industri kerajinan.

Dampak Sosial:

Kehadiran ratusan pengasong dan penjual jasa ini tidak hanya mempunyai kemungkinan merusak bagian taman dan membahayakan kelestarian Candi Borobudur itu sendiri, bahkan juga merusak citra pariwisata Indonesia khususnya di Borobudur.

Dampak Budaya:

Merupakan perubahan pada sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, norma, serta aturan-aturan yang ada dalam suatu masyarakat, sebagai hasil dari terjadinya perubahan-perubahan tertentu di dalamnya, merupakan dampak yang relatif paling sulit untuk diketahui. Dampak budaya ini tidak dapat begitu saja diamati, dan tidak selalu dapat dipaparkan dengan jelas oleh warga masyarakat yang diteliti. Namun demikian, hal itu dapat diketahui dengan memperhatikan berbagai perilaku dan interaksi sosial, serta bebagai bentuk ekspresi simbolis lainnya, misalnya munculnya berbagai macam bentuk kesenian baru.

Perubahan bidang kesenian belum sepenuhnya dapat dikatakan ada kaitannya dengan pemanfaatan Candi Borobudur sebagai objek pariwisata. Untuk jenis kesenian tertentu yang muncul setelah pemugaran, dapat terlihat jelas kaitannya dengan pemanfaatan candi dan meningkatnya kegiatan pariwisata di Desa Borobudur. Misalnya kesenian kroncong, cokekan, slawatan/rebana, dan kesenian dayak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini