Jumat, 21 September 2012

tugas demografi 2, anisa fathonah pmi 5

Bab 3
Sejarah Perkembangan Penduduk
Dunia dan Indonesia
Yang dimaksud dengan keseimbangan yang lama dari perkembangan penduduk adalah, ketika reit kematian dan kelahiran dari penduduk suatu wilayah masing-masing berada pada tingkat yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat lambat, bahkan untuk sebagian besar periode, jummlah kelahiran tak banyak berbeda dengan kematian. Fluktuasi reit kematian yang besar sering terjadi sementara reit kelahiran relative stabil pada tingkat yang tinggi. Keseimbangan yang lama penduduk suatu negeri pada hakekatnya menunjukkan fase sebelum mulainya transisi demografi dari penduduk negeri yang bersangkutan.
Keseimbangan baru berarti keadaan dimana reit kelahiran dan kematian berada pada tingkat yang rendah. Sehubung dengan reit kematian dan kelahiran, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengklasifikasikan penduduk-penduduk dalam tipe-tipe: kelahiran tinggi-kematian tinggi, kelahiran tinggi-kematian cukup tinggi/sedang menurun, kelahiran tinggi kematian rendah, kelahiran sedang menurun-kematian rendah, dan kelahiran rendah-kematian rendah.
Dalam pada itu Borrie[1]membedakan masyarakat ke dalam tiga tipe yaitu: masyarakat yang tidak mengontrol fertilitas atau mortalitas secara efisien, masyarakat yang tidak mengontrol fertilitas akan tetapi sedang mangalami penurunan reit kematian, dan masyarakat yang mengontrol fertilitas dengan cara yang efisien dan mempunyai harapan hidup rata-rata yang panjang. Proses menuju keseimbangan baru setelah tertanggungnya keseimbangan reit kematian (adalah mulai turunnya reit kematian) adalah mulai turunnya reit kelahiran (lihat juga tentang "Teori Transisi Demografi dan Aliran-a;iran pemikiran").
Suatu masyarakat yang berada pada keseimbangan baru (kelahran rendah-kematian rendah) berarti masyarakat yang bersangkutan telah melalui fase transisi demografi.[2] Sejumlah negeri telah mencapai reit kelahiran sekitar 15,0per seribu dan reit kematian sekitar 20,0 perseribu per tahun dalam tahun-tahun 1930-an.
Angka-angka Perkembangan Penduduk Dunia pada Berbagai Periode
Fase perkembangan penduduk dunia yang sangat lambat berjalan untuk jangka waktu yang sangat lama. Sejak munculnya manusia hingga masa permulaan sejarah, reit perkembangan penduduk tahunan dunia mungkin hanya sekitar 0,002 persen per tahun atau 20 per juta per tahun, suatu reit perkembangan yang memerlukan waktu sekitar 35.000 tahun agar penduduk dunia pada masa itu menjadi lipat dua.
Fenomena perkembangan penduduk cepat (ledakan penduduk) merupakan fenomena yang muncul dalam abad-abad terakhir. Dengan reit perkembangan tahunan seperti pada masa sekarang (sekitar 1,7 persen pertahun) penduduk dunia akan menjadi dua kali lipat hanya dalam waktu 41 tahun.
Kemajuan pesat dalam perkembangan manusia paralel dengan penemuan-penemuan besar yaitu penemuan sistem pertanian, mulai kehidupan perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan non-manusiawi, dan revolusi teknologi.
Perkembangan Penduduk Jawa Abad ke-19
Di Indonesia, sekalipun untuk di pulau jawa, informasi atau data demografi abad ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat dasar seperti angka-angka  jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan.
Para ahli pada umunya berpendapat adanya under enumeration bagi angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-19. Namun angka-angka tersebut seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai penduduk Jawa dipermulaan abad ke-19, telah mengambil data "Sensus" Raffles tersebut sebagai starting point.[3]
Breman,[4] berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk Jawa abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih tinggidaripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, jawa mengalami pertambahan penduduk yang cukup cepat.   
Reit perkembangan penduduk tahunan sepanjang abad ke-19 yang reasonable untuk diterima menurut Breman adalah sekitar 1,6 persen.
Kemudian reit perkembangan tahunan sepanjang abad ke-19 adalah tidak lebih lambat dari pada reit perkembangan tahunan dalam bagian pertama abad tersebut.
Beberapa Raffles telah mencoba untuk mengoreksi angka "sensus" penduduk Raffles yang di antaranya Breman (1971) dan paper (1970). Dalam periode ini menurut Paper, reit perkembangan penduduk tahunan Jawa berkisar antara 0,5 hingga 1,5 persen. Paper merupakan orang pertama yang berani mengemukakan reit perkembangan penduduk tahunan serendah itu untuk periode di atas.
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa berkisae pada[5]
1.      Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
2.      Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah introduksi vaksinasi cacar; dan
3.      Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
Perkembangan penduduk dihubungkan dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintahan kolonial Belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan-ungkapan seperti ekspansi statis[6] dan kemiskinan berbagi[7] patut pula disebut dalam rangka memahami perkembangan penduduk di Jawa. Perkembangan penduduk dan angkatan kerja yang luar biasa sebagai reaksi terhadap western know how dibarengi oleh perluasan sistem pertanian ke daerah yang belum diusahakan.
Pandangan ini berinti pada teori permintaan-penawaran tenaga kerja yang nampaknya terlalu sederhana untuk mampu menerangkan fenomena perkembangan penduduk jawa dalam abad yang telah silam itu.[8]   
Penduduk Indonesia di Abad ke-20
Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya, jumlah penduduk Jawa diperkirakan sekitar 28,5 juta pada akhir abad ke-19. Sedangkan untuk lain-lain daerah atau pulau-pulau Indonesia, bagi priode sampai tahun 1905 informasi demografi yang tersedia secara terbatas diragukan kemanfaatannya karena kurang reabilitasnya.
Dalam masa 60 terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir menjadi tiga kali lipat. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waku 5 dekade terakhir hingga tahin 1980.
Namun pada periode 1980-1990 reit perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen per tahun. Reit perkembangan penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih rendah di jawa dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau lain di luar jawa.   


[1] W.D. Borrie, The Growthand Control of World Population (London: Weidenfeld and Nicolson,1997),
hal.18.  
[2] pertanyaaan yang dapat diajukan sehubungan dengan ini; dapatkah atau dalam keadaan bagaimanakah masyarakat yang bersangkutan dapat mengalami kembali kenaikan reit kelahiran? 
[3] Umpamanya Myrdal mengobservasi bahwa, sesuai dengan hasil suatu perkiraan, penduduk Jawa berjumlah 4,5 juta umumnya dipandang cukup reliable. Myrdal, Asian Drama Vol. II (New York: 1968), hal. 1395. Paper B. Population Growth in Java in the 19th Century, Population Studies (1970), hal 73.
[4] J.C. Breman, Jawa Pertumbuhan Penduduk dan Struktur Demografis (Jakarta: Bharata Press, 1971), hal. 52
[5] Ibid.,hal 71
[6] Boeke, (1941).
[7] C. Geertz, Angriculture Involutions the Processes of Ecological Change in Indonesia (Berkeley: University of California Press, 1963)
[8] B. White,"Demand for Labor and Population and Population Growth in Colonial Java," dalam Human Ecology 1,3 (1793) hal. 217-236

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini