Jumat, 21 September 2012

sosiologi menurut Karl Marx (Nur Fajri Rahmawati,jrnls1A)

KARL MARX DAN SOSIOLGINYA
Karl Marx sebenarnya bukannlah seorang sosiolog. Bahkan istilah sosiolog tidak pernah muncul dalam karya – karyanya. Namun demikian jelas bahwa ia bisa ditempatkan diantara sekian tokoh klasik dari disiplin ilmu ini. Sekalipun demkian, membuat semacam neraca pengukur karyanya secara "Objektif" merupakan satu pekerjaan rumit dan berbahaya. Disebut berbahaya karena syarat warisannya polotik dalam marxisme dan mustahil bagi kita untuk memisahkan sama sekali analisis ilmiah dan ideologi politiknya. Disebut pekerjaan rumit yang membutuhkan ketelitian karena sebagaimana semua naskah sakral lainnnya, tulisan – tulisan Marx selalu bisa ditafsirkan dengan berbagai makna dan mengandung banyak penafsiran. Akan halnya muatan sosiologi, setidak – tidaknya ada empat tema besar dalam karyanya yang menjadi pokok pemikiran yaitu konsepsi umum mengenai masyarakat, teori kelas, teori pemerintahan dan teori ideologi.
 
TEORI TENTANG KELAS SOSIAL
Analisis tentang masyarakat dalam masalah kelas sosial sebenarnya tidak ditemukan olek Marx, bahkam para penulis dari kalanga "Borjuis" seperti Adam Smith atau Alexis de Tocqueville juga mengakui sebelumnya bahwa asyarakat memang terbagi atas kelas – kelas yang ditentukan oleh posisi ekonomi, status, penghasilan, posisi kekuasaan yang berbeda dan memiliki kepentingan yang berkelindan. Sesudah Marx-pun sosiolog – sosiolog lain dari Marx Weber hinga Vilfredo Pareto, dari Joseph Schumpeter hingga Reymond Aron belakangan mempergunakan analisis masyarakat dengan istilah kelas – kelas sosial.
Perkembangan kapitalisme pernah mengacu balaukan masyarakat feodal yang terstruktur pada tiga aturan besar yaitu kaum petani, kaum aristokrat atau bangsawan dan pendeta. Dengan perkembangan perdagangan, industri dan pusat – pusat urban munculllah dua kelas baru pertama kelas borjuis (bourgeois) yang telah mendestabilisasikan rezim (tatanan) lama dan memegang tempat yang dominan dan kemudian kalangan proletar atau rakyat jelata yang miskin dan terdiri dari sekumpulan tukang dipabrik – pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian menjadi tenaga kerja utama di bengkel kerja dan firma – firma industri besar.
Proyek yang dilakukan Marx kurang mengungkapkan eksitensi kelas – kelas sosial atau mendeskripsikan situasinya dibanding memahami dinamika pergulatan kelas. Prtama ia mendefinisikan kelas – kelas itu lewat situasi yang dikaitakan dengan hubungan produksi. Kaum borjuis menjadi pemilik modal. Para "borjuis kecil" yang merupakan kategori yang tidak terlalu tajam terdiri dari para tukang atau pengrajin, pedagang, notaris, pengacara dan seluruh "birokrat". Sedangkan kaum proletar adalah mereka yang "menjual tenaga dalm bekerja". Ketika Marx masih hidup orang bisa membandingkan istilah proletar dengan para buruh jadi 90% dari jumlah seluruh pekerja adalah buruh. Selain itu juga Marx juga mendeskkripsikan dinamika sebuah masyarakat yang menurut pendapatnya bergerak dalam satu konflik sentral yaitu perjuangan kelas yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Kaum borjuis yang didorong oleh persaingan dan haus akan keuntungan bergerak untuk semakin lama semakin mengeksploitasikan kaum proletar. Karena terperangkap dalam kemelaratan dan pengangguran yang bersifat akademk maka kelas proletar hanya memiliki satu – satunya jalan keluar yaitu pemberontakan sporadis atau melakukan revolusi.
Marx membedakan " kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri" dari "kelas bagi dirinya sendiri". Kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri di definisikan sebagai keseluruhan individu yang secara umum memiliki kondisi kerja yang sama, namun tidak harus terorganisasikan dalam suatu proyek atau rencana bersama. Sedangkan kelas bagi dirinya sendiri merupakan sebuah kelas yang karena telah menyadari akan adanya kepentingan bersama, lalu mengorganisasikan diri menjadi gerakan sosial berbentuk sindikat dan partai, yang berarti menempa diri untuk mencari identitas.
Marx menyadari sepenuhnya eksitensi dan peran berbagai kelas dalam masyarakat. Dalam Les Luttes de sclasses en France  (Perjuangan Kelas – kelas Sosial di Perancis) ia secara tajam mendesripsikan sekurang – kurangnya tujuh belas dan fraksi kelas yang berbeda yaitu kelas aristokrasi finansial, borjuis industrial, borjuis kecil proletar, petani kecil, tuan – tuan tanah besar dan sebaginya. Namun menurutnya dinamika kapitalisme, konsentrasi produksi dan kriis – krisi yang terjadi secara periodik cenderung meradikalkan pertentangan antara dua golongan diantara mereka yaitu kaum proletar dan borjuis.
 
AGAMA MENURUT  KARL MARX
Menurut Karl Marx agama itu merupakan alat penindasan. Marx mendefinisikan agama merupakan suatu gejala sosial yang berupaya meyakinkan masyarakat kelas bawah yang kemudian berdampak pada kelanggengan kekuasaan kelas atas atau kelompok yang berkuasa. Dengan jelas ia katakan bahwa "agama adalah candu rakyat." Pernyataan Marx ini menyatakan dan diartikan sebagai tuduhan bahwa agama hanya menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah kematian, di dunia lain dari kehidupan manusia, membuat orang miskin dan tertindas semakin tertindas serta menerima nasib mereka.Penindasan yang dipahami oleh Marx adalah suatu perilaku eksploitatif-ekonomistik, di mana manusia dijadikan objek yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Marx yakin bahwa orang jatuh dalam kemiskinan karena tindakan-tindakan penindasan "kelas atas, para pemilik modal" terhadap mereka yang dikategorikan dalam "kelas bawah, para buruh".
Agama pada titik ini dijadikan sebagai tempat perlindungan yang aman bagi penguasa untuk melanggengkan kekuasaan mereka agama menjadi instrumen kekuasaan. Dengan kata lain, kemiskinan itu disebabkan oleh struktur-struktur ekonomi masyarakat yang menindas, yang diciptakan oleh para kapitalis demi memperbesar modal mereka.
Inilah yang disebut oleh Marx sebagai alienasi bahwa dalam agama alienasi itu terjadi karena manusia tunduk dan berada di bawah entitas suci yang diciptakannya sendiri. Dengan menciptakan Tuhan, dengan sendirinya manusia merendahkan martabatnya sendiri sehingga ia semakin asing dengan dirinya sendiri. Dengan demikian, agama tidak lain adalah instrumen penindas yang diciptakan manusia sendiri.

IDEOLOGI
Marx menempatkan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai suoerstruktur masyarakat. Ideologi ini dikondisikan oleh bingkai atau batas ekonomi dan menjadi semacam refleksi atas bingkai itu. Dengan demikian kaum borjuis yang semakin menanjak telah menentukan pemikiran – pemikira tentang kebebasan, hak asasi manusia, kesetaraan dihadapan hukum (hak) dalam bingkai pergulatan menghadapi orde atau tantanan lama.
Dalam beberapa naskah karya Marx pemerintah (Negara) ternyata terbatas pada satu peran saja yang sifatnya langsung dan brutal bahwa Negara adalah instrumen atau alat ditangan kelas yang dominan (kaum borjunis) da di tujukan untuk mendominasi kelas proletar. Dalam naskahnya yang lain Marx memberi nuansa terhadap analisisnya. Untuk mempertegas dominasinya, kaum borjuis mempercayakan pengaturan kepentingan umum kepada Negara, tetapi mereka mendapatkan sejumlah keuntungan darinya. Kebanyakan negara meninggikan diri di atas kelas – kelas sosial untuk menegankkan tantanan sosial yang tengah terancam.
Para penulis Marxis mengeritik pandangan bahwa negara adalah alat (instrumen) agar setuju dengan "otonomi relatif" yang dimilikinya. Dengan menjadikan negara sebagai mesin domianasi, yaitu sebuah superstruktur yang berfungsi sebagai tatanan ekonomi, Karl Marx (menurut Claude Lefort) menahan diri untuk memikirkan otonomi politik, terutama sifat dasar rezim yang demokratis atau totaliter.
 
MODAL PRODUKSI
Karl Marxian dalam sebuah ekonomi klasik dengan jelas menterhantugkannya pada kapitalis yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar, aliran kapitalis menambah komposisi modal.
Kaum kapitalis secara periodik akan berusaha menanggulangi jatuhnya nilai profit dengan mengurangi infestasi secara berlebih yang dapat menyebabkan aktivitas ekonomi mengalami fluktuasi yang nantinya bisa menyebabkan krisis.
Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi dalam aktifitas bisnis, yaitu: jatuhnya nilai profit, faktor teknologi baru yang tidak sama, dan tidak proporsionalnya pengembangan dalam suatu sektor ekonomi yang nantinya dapat menyebabkan penurunan dalam level kegiatan ekonomi. Fluktuasi menurut Marx terjadi dalam suatu system karena pada dasarnya kebanyakan dari aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari jumlah profit sebanyak mungkin.
Meskipun model Karl Marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil dalam tiap – tiap industri, namun karena ketatnya persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industri – industri  kecil sehingga akan mengurangi persaingan.
Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan pemusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Menurut Karl Marx perusahaan yang besar lebih biasa mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.
 
 
 

 
Nama               : Nur Fajri Rahmawati
Fakultas           : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan            : Jurnalistik 1a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini