Nama : Rizky Arif Santoso
Kelas : PMI 4
NIM : 111 3054 000 001
LIFE HISTORY
Beliau bernama lengkap Ahmad Habibi. Beliau kelahiran Jakarta, 24 September tahun 1969. Beliau asli kelahiran Jakarta atau bisa dibilang Betawi asli. Beliau tinggal di Kampung Mangga, STM Walang Jaya, Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Beliau merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Beliau juga lahir dari seorang Ahli Agama (Mu'alim) didaerahnya. Ayahandanya semasa hidup merupakan sosok orang yang sangat ta'at ibadah, rajin menuntut ilmu di berbagai daerah di Pulau Jawa dan sekaligus mengajarkan ilmu-ilmunya kepada murid-muridnya di kampung asal ia tinggal seperti didaerah Warakas, Cilincing, Cakung, Koja, dan berbagai tempat lainnya di Jakarta Utara.
Ayah beliau bernama Abdul Rasyid Ramli (Mu'alim Rasyid). Semasa hidupnya, ayah beliau dipenuhi kegiatan dengan menuntut ilmu dengan Para Ulama' dan Habaib di setiap tempat Majlis Ta'lim. Mu'alim Rasyid juga pernah menjadi santri di Pesantren Rawabunga, Jatinegara, Jakarta Timur selama kurang lebih 10 tahun. Mu'alim Rasyid masih satu zaman dengan Mu'alim Syafi'i Hadzami Kebayoran. Mereka berdua merupakan teman seperguruan sekaligus sahabat dalam menuntut ilmu agama. Diantara murid-murid Mu'alim Rasyid yang kini menjadi sosok Ulama' dan tokoh agama yang terbilang sukses yaitu KH Fahrurozi Ishaq, KH Sofwan Nidzhomi, KH Munawir Asri, dan lain sebagainya.
Mu'alim Rasyid memiliki istri yang bernama Zawiyah binti Haji Ali dan memiliki 9 orang anak, namun tiga diantaranya meninggal dunia, hingga menyisakan 6 orang anak. Mu'alim Rasyid merupakan sosok ayah yang sangat sayang terhadap keluarganya termasuk kepada Habibi (anaknya). Mu'alim Rasyid tak sungkan-sungkan selalu mengajarkan anak-anaknya ilmu agama dan khususnya Habibi anak kelima dari sembilan bersaudara.
Ustadz Habibi merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara. Anak pertama dari Mu'alim Rasyid bernama .Muniroh, Ahyani, Titi, Nurkauni, Habibi, Suhaili, dan tiga anak yang lainnya telah wafat sebelumnya,
Ustadz Habibi semasa kecilnya senang bergaul dengan siapapun, akrab dan cinta sosial. Teman dekat semasa kecilnya yaitu Muhammad, Asnawi, Yayat dan Sholeh. Semasa kecil beliau suka bermain sepak bola, kelereng atau sekarang biasa dikenal gundu, dan hobi bermain layang-layang. Disamping senang bermain dan bergaul, beliau juga sosok orang yang rajin dan pandai mempelajari ilmu agama seperti belajar bahasa Arab, Kitab Gundul, Kitab Fiqih, dan masih banyak lagi. Beliau merupakan anak yang patuh dan penurut akan perkataan orang tuanya.
Ustadz Habibi merupakan anak kelima dari enam bersaudara, beliau memiliki empat orang anak dari Istri yang bernama Ida Tauhidah. Ibu Ida merupakan kekasih beliau semasa mudanya. Ibu Ida merupakan sosok istri yang taat dan patuh terhadap suaminya (Ustadz Habibi). Mereka berdua dikarunia empat orang anak yang bernama Najla (17 tahun), Nuha (14 tahun), Nawa (9 tahun), dan Nazhan (2 tahun).
Najla anak pertama dari pasangan Ustadz Habibi dengan Ibu Ida sedang melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Ar-rasyidiyah. Begitu pun anak kedua yang bernama Nuha, yang melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Ar-rasyidiyah. Sebelumnya anak kedua dari Ustadz Habibi yang bernama Nuha ini santriwati dari suatu pesantren namun karena ia merasa tidak cocok dan jenuh maka ia memutuskan untuk kembali melanjutkan sekolahnya di Madrasah yang dimiliki keluarganya. Anak ketiga beliau yang bernama Nawa sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rasyidiyah. Kini Ustadz Habibi menjabat sebagai kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Ar-Rasyidiyah.
Keluarga besar Ustadz Habibi beserta kakak dan adiknya meneruskan amanah untuk menjaga dan membina Madrasah Ar-rasyidiyah sepeninggalan almarhum Mu'alim Rasyid ayahandanya yang wafat pada tahun 2006. Madrasah ini berdiri sekitar tahun 1960-an yang terdiri dari Madrasah Ibtida'iyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan sekaligus Taman Kanak-kanak. Sebelumnya madrasah ini bernama Madrasah Islam wal Ihsan, namun sejak tahun 1976 berganti nama menjadi Madrasah Ar-Rasyidiyah yang diambil dari nama seorang Mu'alim sekaligus ayahanda Ustadz Habibi yang bernama Abdul Rasyid Ramli.
Madrasah Ar-rasyidiyah memiliki luas 2900 meter, disamping dijadikan madrasah, Mu'alim Rasyid juga membuka Majlis Ta'lim untuk masyarakat kampung mangga maupun diluar dari daerah tempat tinggalnya. Dan kini, Majlis Ta'lim dilanjutkan kepada anak-anaknya yakni Majlis Ta'lim kaum Ibu oleh anak pertama Mu'alim Rasyid yang bernama Hj. Muniroh dan Majlis Ta'lim untuk umum baik laki-laki maupun perempuan, kaum bapak maupun kaum ibu, yang sudah tergolong tua maupun anak muda. Majlis Ta'lim umum ini dipimpin dan dipegang langsung oleh KH. Ahmad Habibi anak kelima dari Mu'alim Rasyid.
Jadi bisa dikatakan, disamping menjabat sebagai kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Ar-rasyidiyah, Ustadz Habibi juga menjadi ketua Majlis Ta'lim Ar-rasyidiyah untuk kalangan umum baik laki-laki maupun perempuan, kalangan muda maupun tua, dan lain sebagainya.
Majlis Ta'lim Ar-rasyidiyah ini berlangsung di hari Rabu ba'da Isya dalam waktu 2 Minggu sekali yang membahas Kitab Fiqih dan dipimpin langsung oleh KH Ahmad Habibi selaku gurunya. Dan satu lagi, Majlis Ta'lim ini juga berlangsung di hari Sabtu malam Minggu ba'da Maghrib tiap pekan. Berbeda halnya Majlis Ta'lim di hari Rabu, Majlis Ta'lim hari Sabtu malam Minggu ini dibawakan oleh teman seperguruan atau 'Ulama terkemuka di Jakarta yang sangat dekat hubungannya dengan Ustadz Habibi seperti KH Fahrurozi Ishaq, KH Munawir Asri, KH Sofwan Nidzhomi, KH Saefudin Amsir dan lain-lainnya yang membahas Kitab Muhtarul Ah-Hadithin Nabawiyah, Kitab Matan Jubad, Kitab Aqidah, Tasawuf dan masih banyak lagi, itu semua tergantung jadwal dan pembawaan sang guru masing-masing.
Kesemua 'Ulama terkemuka ini merupakan murid dari Mu'alim Rasyid ayahanda KH Ahmad Habibi sekaligus teman satu dakwah KH Ahmad Habibi itu sendiri. Hampir semua 'Ulama yang mengajar di Majlis Ta'lim Ar-rasyidiyah malam Minggu mengatakan "Kami mengajar di Majlis Ta'lim Ar-rasyidiyah bukan karena kami kenal dengan KH Ahmad Habibi, akan tetapi sebagai wujud bakti dan ta'at kami kepada Mu'alim Rasyid (sang guru besar) yang merupakan guru sekaligus ayahanda KH Ahmad Habibi.
KH Ahmad Habibi selaku anak dari Mu'alim Rasyid, ia mewakili keluarganya sebagai tokoh Agama. Mengingat jasa-jasa yang ditinggalkan dan diamanahkan sang ayah (Mu'alim Rasyid) kepadanya, maka beliau beserta keluarga mengadakan Haul Mu'alim Rasyid tiap tahunnya. Majlis Ta'lim ini selalu mengadakan Haul dalam rangka memperingati dan sebagai bentuk ta'dzhim (penghormatan) murid kepada sang guru. Tiap pelaksanaan Haul, hampir 'Ulama terkemuka yang dahulu merupakan murid dari Mu'alim berdatangan untuk mengisi ceramah agama sekaligus ziarah kubur Mu'alim Rasyid. Menurut saya, ini merupakan bentuk atau wujud salah satu keta'atan dan bakti sang anak (KH Ahmad Habibi) kepada orang tuanya karena melalui Haul, beliau semakin merasa Tawadhu (rendah hati) dan semakin ingat untuk mendoakan ayahandanya.
Disamping melaksanakan Haul, KH Ahmad Habibi selaku ketua pimpinan Majlis Ta'lim Ar-rasyidiyah juga turut mengadakan HBI (Hari Besar Islam) seperti halnya Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, Tawakuf Pengajian menjelang Ramadhan serta Perayaan 10 Muharram atau yang biasa dikenal dengan santunan yatim.
Beliau sebagai salah satu anak dari Mu'alim Rasyid, meneruskan tonggak estafet dakwah almarhum ayahnya. Ketika masuk bulan Muharram, beliau mengadakan Santunan Yatim kepada anak-anak yatim yang tergolong kaum dhuafa'. Peringatan Muharram ini sebagai bentuk atau wujud kepedulian sosial antar sesama kaum muslim. Disamping iu juga sebagai salah satu bentuk dakwah yang sifatnya horizontal sebagaimana Rasulullah saw dahulu contohkan dan menjamin kepada siapa pun yang menyayangi anak yatim, maka ia dengan ku (Nabi Muhammad saw) seperti jari telunjuk dengan jari tengah. Hal ini mengindikasikan bahwa orang yang memperingati Muharram atau hari santunan anak yatim secara tak langsung ia sangat dekat hubungannya dengan Rasulullah saw di Syurga kelak.
Selain peringatan Muharram, menjelang bulan Rabiul awal Ustadz Habibi juga mengadakan Maulid Nabi. Beliau mengatakan, peringatan Maulid Nabi ini merupakan bentuk ekspresi seseorang yang cinta dan rindu dengan Nabinya. Dari namanya "Peringatan" , itu berfungsi untuk mengingatkan manusia (umat Islam) akan sejarah, perjuangan, kisah, dan pengorbanan Nabi Muhammad saw. Karena terkadang manusia itu sering banyak lupanya dibandingkan ingatnya, maka itu untuk mengingatkan kembali beliau selaku ketua Majlis Ta'lim Ar-rasyidiyah mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
Beliau juga mengadakan peringatan Hari Besar Islam lainnya seperti Isra' Mi'raj. Menurut beliau, Isra Mi'raj merupakan moment umat Islam untuk mengingat kembali betapa pentingnya mendirikan shalat lima waktu. Beliau menegaskan bahwa Allah swt tiap detik, tiap hari dan tiap waktu selalu memberikan nikmat yang tak terbatas kepada manusia, udara yang kita hirup dengan bebas, rezeki yang Allah berikan, hingga nikmat-nikmat lainnya yang tak terhitung jumlahnya, bahkan Allah menantang manusia sekali pun pohon menjadi penanya, dan air laut menjadi tintanya maka tak akan cukup menghitung dan menebus nikmat Allah melainkan melalui shalat. Menurutnya, hanya dengan shalat kita upaya seorang hamba membayar nikmat yang begitu banyak yang Allah berikan. Sebab Isra' Mi'raj ini Nabi Muhammad mendapatkan perintah untuk mendirikan shalat agar hati dan jiwa seorang hamba makin tenang dan nyaman.
Disamping itu, KH Ahmad Habibi mengadakan Tawakuf-an yang biasanya dibarengi dengan pelaksanaan Shalat Nishfu Sya'ban. Tawakuf an ini beliau adakan dalam rangka istirahatnya aktivitas Majlis Ta'lim Ar-rasyidiyyah menjelang masuknya Bulan suci Ramadhan. Di pertengahan bulan Sya'ban, beliau langsung yang memimpin (imam) dalam shalat sunnah Awwabin. Menurut beliau, pertengahan bulan Sya'ban merupkan dimana posisi bulan mengalami fase-fase purnama penuh. Dan di pertengahan bulan itu sangatlah baik jika seorang muslim berpuasa, sebagaimana yang dianjurkan Nabi Muhammad saw. Peringatan Nishfu Sya'ban yang beliau lakukan merupakan atas dasar amanah dari ayahanda Mu'alim Rasyid.
Menurut beliau dengan peringatan hari besar Islam bisa mengingatkan kita kepada manfaat dan faedahnya masing-masing. Kesemua yang beliau lakukan merupakan atas dasar ilmu dan manfaat yang bisa beliau rasakan disamping amanah dari ayahandanya Mu'alim Rasyid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar