Rabu, 25 Maret 2015

Life history

Nama: Lusyiana Nursyahbani
NIM: 1112052000018
BPI 6
Tugas Live History
Berawal dari usaha yang disertai niat dan do'a akan membawa kehidupan serba kecukupan pada setiap orang, namun orang yang mau melakukan hal demikian masih dapat di hitung dengan jari. Rasa malas dan tidak mau berusaha masih banyak terjadi pada masyarakat indonesia. Mengenai rasa malas, memang hanya segelintir orang. Kesuksesan hidup pun ternyata juga dapat di rasakan oleh beberapa masyarakat namun kesuksesan mereka yang benar-benar tekun dalam bekerja lebih banyak di dominasi oleh keturunan tiong hoa. Tidak ada salahnya mengambil pelajaran dari kisah dari orang-orang sukses yang ada di indonesia. Dengan mengetahui awal karir dan perjuangan masing-masing maka setiap orang yang akan meniti kesuksesan dapat bercermin dari pengalaman yang di jalankan orang-orang sukses tersebut.
Seseorang yang akan menjadi live story saya adalah bapak Haji Lili pria asal kampung Telaga Sari, kecamatan karawang timur, kota karawang, dalam menguji peruntungan dengan berjualan bakso di kota Karawang yang bernama Tuparev
Di akhir tahun 2000 seseorang memulai peruntungan di bidang kuliner, sebut saja Haji Lili yang sukses berkat berjualan bakso. Kesuksesan yang di raih bapak Haji Lili dengan merek dagang bakso "Haji Lili" saat ini bukanlah mulus-mulus saja tanpa masalah, akan tetapi harus melawati perjuangan yang begitu sulit berawal dari pekerjaannya sebagai pekerja serabutan, Haji Lili merasa penghasilannya tak cukup untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari. Sangat dengan terpaksa dirinya harus mencari alternatif pekerjaan sampingan. Dengan kurangnya keahlian yang dimiliki, Haji Lili terpaksa memulai dengan menjual bakso keliling. Namun keyakinannya untuk sukses, membuat Haji Lili tidak berhenti mengasah kemampuan dan keterampilan dalam mengolah pangan yang berbentuk bulat ini. Dibantu sang istri yang bernama Masitoh yang juga sebagai tempat curhat Haji Lili dalam mengarungi getirnya kehidupan, dengan kesabaran dan penuh rasa cinta kasihnya yang membuat Haji Lili semakin bekerja dengan giat, dengan suatu tekad kelak dirinya akan membahagiakan istri dan anak-anaknya dengan penghasilan yang cukup. Betapa tidak, awalnya Haji Lili harus melewati rintangan hidup yang amat berat, tubuh kecil yang kelihatan kurus itu harus mendorong gerobak yang berat, gerobak itulah yang dijadikannya sebagai mata pencahariannya sebagai tukang bakso keliling, demi mencapai mimpinya.
Haji Lili mengisahkan, bahwa dirinya harus mendorong gerobak itu selama tiga tahun dari 2003 hingga 2006, banyak hal yang didapati dalam mengarungi kehidupan itu. Dirinya harus mengetuk-ngetuk mangkuk baksonya sambil berteriak bakso….bakso…bakso, ketika ada orang yang memanggil untuk membeli bakso itu adalah kegembiraan yang sangat tak bisa saya lukiskan lukiskan, cerita Haji Lili. Dia selalu melayani para pembeli dengan senyuman walaupun dirinya telah terasa lelahk arena jarak tempuh jualannya tidaknya dekat. Rute perjalanan jualan kelilingnya dimulai dari tempat tinggalnya di Desa Telaga Sari lalu menuju ke Desa Lemah Abang (Wadas), kemudian kembali ke Pasar Telaga Sari untuk beristrirahat sejenak, sampai akhirnya dia pulang ke rumahnya. Waktu bekerja Haji Lili pun bertambah, di pagi hari dirinya bekerja sebagai pekerja serabutan dan siangnya harus berkeliling menjual bakso, kelelahan dan kejenuhanpun menghampirinya. Namun apalah daya, demi menghidupi istri dan ke-3 anaknya, "istri dan Ke-tiga anak sayalah yang menjadi sumber tenaga bagi saya sehingga tidak merasa kelelahan setiap harinya," kata Haji Lili dengan mata berbinar mengingatnya.
Haji Lili mengatakan pada saat menjual bakso keliling dirinya tidak pernah mematok harga yang tentu kepada anak-anak, berawal dari rasa kasihannya dirinya memutuskan untuk dibayar berapa saja, asal anak-anak pelanggannya dapat merasa senang dan selalu menunggu kehadirannya. Tiga tahun lamanya Haji Lili harus mendorong gerobak perlahan tapi pasti, dengan keyakinan yang dimilikinya, pada akhir 2007 Haji Lili menyewa sebuah rumah untuk dijadikan tempat berjualan baksonya, dan ternyata seiring berjalannya waktu di akhir tahun 2009 Haji Lili mampu membeli sepetak tanah dan mendirikan sebuah bangunan Ruko yang kini sangat ramai dikunjungi. Kini Haji Lili bukanlah yang Haji Lili yang dulu mendorong dan mengetuk mangkuk bakso hingga malam, kegembiraan kini menghiasi hatinya, betapa tidak dirinya telah bisa membahagikan istri dan ke-tiga anaknya dengan layak, dengan penghasilan tiga juta rupiah perharinya Haji Lili pun tidak merasa sombong, Haji Lili tak lupa pula \selalu memberikan zakat dari hasil penjualannya apabila telah mencapai hisabnya. Hidupnya kini telah berubah, berawal dari kerja keras dengan keyakinan dan ketekunan seorang Haji Lili, kini dia menjadi pengusaha bakso yang sukses dengan segudang cerita yang menarik. Kantin bakso miliki Haji Lili yang dikenal dengan sebutan bakso Haji Lili, setiap harinya ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan, hingga jalan lurus m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini