Senin, 12 Oktober 2015

Fauzia Nurul Khotimah_fertilitas, mortalitas dan migrasi_Tugas 3

Fertilitas adalah suatu komponen sambuhan penduduk lah satu kompnen pertumbuhan penduduk yang bersifat menmbah jumlah penduduk. Fertilitas adalah kemampuan mempnyai keturunan yang banyak yang dikaitkan dengan kesuburan wanit atau disebut juga fekunditas.

Akan tetapi dalam perkembangan ilmu demgrafi, fertilitas lebih dartikan sebagai hasil yang reproduksi yang nyata (bayi lahir hidup) dari seorang wanita atau sekelompok wanita.selain fertilitas, dikenal pula istilah lain yang berkaitan dengan reproduksi, yakni natalitas dan kelahiran (birth).

  

Mortalitas diartikan sebagai kematian yang terjadi pada anggota penduduk. Berbeda halnya dengan penyakit dan kesakitan, yang dapat menimpa manusia lebih dari satu kali, mortalitas hanya dialami sekali dalam seumur hidup seseorang. Menurut konsepnya, terdapat tiga keadaan vital, yang masing-masing saling bersifat mutually exclusive. Artinya, keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersaman dengan salah satu keadaan lainnya.

                                     

Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian. Migrasi meningkatkan jumlah penduduk apabila apabila jumlah penduduk yang masuk ke suatu daerah lebih banyak daripada jumlah penduduk yang meninggalkan daerah tersebut. Migrasi juga bisa dikatakan perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ketempat lain melampaui batas politik atau negara ataupun batas administratif atau batas bagian dalam suatu negara.

contoh kasus

 

MORTALITAS

Indonesia mempunyai angka kelahiran dan angka kematian lumayan tinggi. Pada tahun 2010 CIA World Facebook menggolongkan Indonesia mempunyai urutan kematian ke 73 di dunia yang masuk pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat dari masih tingginya tinggkat kelahiran dan walaupun di Indonesia sudah mulai menurunnya tingkat kematian.

 

Harapan Hidup Manusia Di Indonesia adalah 71.5 tahun, pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia adalah 1,2% dari GDP Indonesia, sangat kecil, sehingga penanggulangan dan pencegahan penyakit di Indonesia sangat rendah hal ini dibuktikan dengan tingkat keselamatan ibu dari 100.000 kelahiran adalah 420 ibu meninggal saat melahirkan, Bandingkan dengan peringkat 1 yaitu Norwegia, yang harapan hidupnya mencapai 81 tahun lebih lama 10 tahun dari Indonesia, hal ini karena pemerintah Norwegia sangat mementingkan kesehatan warganya terbukti pengeluaran pemerintah untuk kesehatan adalah 7,5 % dari GDPnya,dengan tingkat keselamatan ibu pada saat melahirkan per 100.000 kelahiran adalaha 7 orang

 

FERTILITAS

Fertilitas (kelahiran) sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas, berteriak, jantung berdenyut dan sebagainya.

Indonesia saat ini memiliki angka fertilitas yang tergolong tinggi, yakni mencapai 4,5 juta bayi per tahun. Kondisi seperti ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga diposisikan sebagai beban pembangunan daripada modal pembangunan.

Dalam perspektif yang lebih luas, persoalan fertilitas tidak hanya berhubungan dengan jumlah anak sebab aspek yang terkait di dalamnya sangat kompleks dan variatif misalnya menyangkut isu kesehatan reproduksi. Isu kesehatan reproduksi menyangkut banyak hal seperti kehamilan tak dikehendaki, aborsi, jumlah anak, proses melahirkan yang sehat dan kesehatan ibu dan bayi.

Pada umumnya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi pada ibu yang berstatus sosial ekonomi rendah. Ini akan menimbulkan masalah tersendiri yang cukup rumit seperti proses kehamilan, proses persalinan ibu, ketercukupan gizi ibu dan anak dan lain sebagainya. Sementara itu, kasus kehamilan yang tidak dikehendaki tidak hanya terbatas terjadi pada perempuan dengan status menikah, tetapi juga perempuan yang tidak menikah. Untuk kasus terakhir ini besar kemungkinan menghasilkan kasus aborsi. Hal ini akan menambah persoalan aborsi yang pada dasarnya sudah sangat serius di Indonesia.

 

Migrasi

Kota-kota besar di Indonesia - seperti Jakarta - akan menghadapi persoalan bertambahnya penduduk akibat migrasi dari desa ke kota. Migrasi tersebut sebagai akibat ajakan dari mereka yang selama ini sudah bekerja di kota kepada mereka yang berada di desa. Ajakan tersebut berhasil karena dua faktor yaitu faktor penarik dan faktor pendorong. 
Faktor penarik berupa daya tarik ekonomi dari kota seperti: memberikan pendapatan lebih besar daripada di desa.

Bertambahnya penduduk kota setelah lebaran akibat "migrasi ajakan" ini tentu akan makin menambah besar dan padatnya penduduk kota. Padahal selama ini pun di samping migrasi yang bersifat tetap, kota-kota besar sudah menghadapi masalah berupa migrasi sirkuler atau penglaju. Sebagai contoh Jakarta, penduduk malamnya (atau penduduk tetapnya) berjumlah 9,5 juta jiwa. Tetapi penduduk siang (ditambah dengan para penglaju) bisa mencapai 12 juta jiwa. Para penglaju ke Jakarta tersebut berasal dari wilayah sekitarnya yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini