Awaluddin Jamil 11150510000078
Awanda Noviani 11150510000084
Pengantar Sosiologi
A. Pendahuluan
Sosiologi adalah induk ilmu-ilmu sosial. Melalui sosiologi kita tidak saja dapat mengkaji dan memahami berbagai masalah perilaku individu dan masyarakat, tapi juga hubungan diantara keduanya yang menjadi berbagai fokus berbagai ilmu sosial. Sosiologi menyediakan berbagai macam perspektif, teori, pendekatan, dan paradigma. Cabang-cabang ilmu sosial seperti Ilmu Hukum, Ilmu Ekonomi, Ilmu Bisnis dan lain-lain semuanya berutang dan meminjam salah satu dan banyak hal pada teori pendekatan Ilmu Sosiologi.
Berdasarkan tugas mata kuliah Ilmu Sosiologi yang diberikan, kami tertarik untuk meneliti sebuah perusahaan penyewaan peralatan pesta yang mempunyai 12 orang karyawan.
Dalam penelitian kali ini kami menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data-data naratif dan visual untuk memperoleh wawasan atau pengetahuan tentang objek yang kita teliti.
Dalam penelitian ini tentunya banyak sekali terdapat kekurangan, karena kami belum sepenuhnya memahami teori-teori sosiologi secara mendalam. Karena itu kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan.
A. Tinjauan Teoritik
Sumbangan Marx kepada sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas. Ia berpendapat bahwa sejarah masyarakat hingga kini adalah sejarah perjuangan kelas (lihat Coser, 1977:48). Dengan munculnya kapitalisme terjadi pemisahan tajam antara mereka yang menguasai alat produksi dan mereka yang hanya mempunyai tenaga. Pengembangan kapitalisme memperuncing kontradiksi antara kedua kategori sosial sehingga pada akhirnya terjadi konflik di antara kedua kelas.
Marx memberikan gambaran mengenai hubungan antara buruh dengan majikan yang selalu berakibat pada penderita bagi buruh (memperoleh posisi buruh). Pemilik modal dengan kekuatan manajemennya selalu dapat mengatur kembali posisi buruh dalam hal ini dianggap sebagai alat produksi atau suku cadang peralatan produksi, dan buruh tidak pernah dilihat sebagai personal.
Hubungan-hubungan sosial dengan orang lain dalam usaha mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (makanan, tempat tinggal, pakaian, dan seterusnya), menimbulkan pembagian kerja sebagai akibat adanya kepemilikan akan penguasaan yang berbeda-beda atas sumber-sumber pokok dan berbagai alat produksi. Pemilikan dan penguasaan yang berbeda-beda atas barang milik ini merupakan dasar yang asasi untuk munculnya kelas-kelas sosial, sebab sumber-sumber materi yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia bersifat langka, hubungan-hubungan antara kelas-kelas yang berbeda itu menjadi kompetitif dan antogonis. Untuk itu, menurut pemikiran Marx bahwa siapa yang menguasai ekonomi akan berhasil menguasai aspek lainya.
Selanjutnya menurut Marx masyarakat akan berkembang berawal dari bentuk masyarakat primitif dan berakhir ketika mencapai kematangan peradaban yang berada pada posisi "scientific comunism" (masyarakat modern tanpa kelas). Marx menggambarkan masyarakat tanpa kelas sebagai masyarakat yang memiliki cara hidup yang sederhana, cara hidup ideal, kepemilikan bersama, tanpa memiliki nafsu bersaing antar sesama. Selain itu gambaran lain mengenai masyarakat tanpa kelas tersebut diantaranya berfikir rasional dengan logika ilmiah.
Bagi Marx, bahwa adanya kelas sosial semata-mata didasarkan pada hubungan seseorang dengan alat produksi (means of production)-peralatan, pabrik, lahan, modal yang digunakan untuk memproduksi kekayaan. Lebih lanjut Marx percaya bahwa akar penderitaan manusia terletak pada konflik kelas, eksploitasi kaum pekerja oleh mereka yang memiliki alat produksi. Untuk itu dalam pandangan Marx, perubahan sosial, dalam bentuk penggulingan kaum kapitalis oleh kaum pekerja (ploletariat) merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Perjuangan tersebut oleh Marx lebih dikenal sebagai kesedaran kelas (class consciousness).
Menurut Marx bahwa pengaruh ideologi memunculkan "kesadaran palsu". Kesadaran palsu dapat berupa kepercayaan bahwa kesejahteraan materil orang masa kini dan di masa yang akan datang terletak pada dalam dukungan terhadap status-quo politik di mana kepentingan meteril seseorang sesuai dengan kepentingan kelas penguasa atau bahwa kelas penguasa benar-benar akan memperhatikan kesejahteraan umum. Kesedaran palsu menciptakan ilusi yang mengaburkan kepentingan yang sebenarnya dari kelompok masyarakat dan mendukung kepentingan kelas dominan.
Untuk menganalisis kesadaran kelas yang benar dan kesadaran kelas yang palsu, Marx memberi contoh pada kesadaran kelas kaum kerja. Kesadaran palsu kaum pekerja, yakni pekerja pabrik pada jenjang hirarki organisasi yang paling bawah percaya bahwa kalau mereka bekerja keras mereka akhirnya akan memperoleh posisi yang tinggi. Padahal kenyataanya peluangnya sangat kecil.
Sementara bagi pekerja yang memiliki kesadaran kelas yang benar, kaum pekerja meyakani bahwa kesempatan mereka untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi sangat kecil, untuk itu mereka membentuk organisasi buruh untuk mendesak upah dan perekrutan tenaga secara adil, kondisi kerja yang lebih baik, otonomi yang lebih luas. Hasil akhir yang menjadi sasaran perjuangan sengit ini ialah suatu masyarakat tanpa kelas, yang bebes dari eksploitasi. Untuk itu dibutuhkan sebuah misi yang sama untuk membuang rantai-rantai perbudakan mereka.
A. Hasil Observasi lapangan
"Galeri Pesta" merupakan sebuah perusahaan yang bergelut dibidang penyewaan peralatan pesta. Peralatan yang disewakan diantaranya tenda, sound system, kursi, meja, alat band, flooring, mini garden, infocus, alat catering, dll. Perusahaan ini mulai didirikan pada tahun 2002 oleh pasangan suami istri yang tertarik pada bidang ini. Sang pemilik perusahaan awalnya bekerja sebagai karyawan swasta disebuah perusahaan, namun beliau tidak puas dengan hasil yang beliau dapatkan. Beliau berpikir bahwa ia tidak akan mendapatkan kelas baru dalam masyarakat jika ia terus menjadi karyawan. Atas dasar pemikiran inilah, ia bersama dengan istrinya berusaha membangun sebuah perusahaan. Bidang peralatan pesta dipilihnya karena menurut beliau, bisnis dalam bidang ini sangat menjanjikan dan tentunya memberikan keuntungan yang besar. Ia hanya perlu menyediakan peralatan dan yang bekerja sepenuhnya adalah karyawan. Pemilik modal hanya mengawasi jalannya perusahaan.
Kantor perusahaan ini terletak di Jl.raya Serang Km.35 Jayanti Tangerang-banten.
Awal mulanya, perusahaan ini hanya menyewakan alat-alat pesta yang kecil seperti kursi, meja dan juga tidak melayani penyewaan diatas 200 set karena belum banyaknya peralatan yang dimiliki. Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan ini berkembang dan hampir memiliki semua peralatan pesta.
Bahkan saat ini, perusahaan "Galeri pesta" banyak melayani permintaan pelanggan untuk berbagai macam pesta. Seperti pernikahan, acara launching produk, dll.
Karyawan yang dimiliki oleh perusahaan ini berjumlah 12 orang, 1 orang karyawan perempuan dan 11 orang merupakan karyawan laki-laki. sang pemilik perusahaan memberikan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh para karyawan.
Peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan permintaan pelanggan yang selalu menuntut perusahaan itu lebih memperbaiki kinerja karyawannya.
perusahaan ini dinilai kurang profesional dalam hal "waktu", peralatan-peralatan pesta sering kali datang tidak sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Hal ini terjadi karena kelalaian para karyawan yang menganggap waktu adalah hal yang tidak penting. Padahal, ini sangat mempengaruhi reputasi perusahaan dimata pelanggan.
Karena hal itu, pemilik perusahaan bersikap tegas dan memberikan sedikit pemaksaan kepada para karyawannya, ia tidak ingin perusahaan yang dibangunnya dengan kerja keras itu dinilai buruk oleh pelanggan.
Peraturan yang diberikan pemilik modal yang dianggap tidak adil oleh para karyawan adalah peraturan yang menyatakan bahwa setiap karyawan yang datang terlambat akan dikenakan pemotongan gaji. Padahal menurut mereka, gaji yang mereka dapatkan kurang untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Namun karena mereka hanyalah alat produksi dan tidak mempunyai modal, maka mereka hanya bisa mentaati peraturan tersebut.
Pemilik modal berpendapat bahwa peraturan tersebut dibuat sebagai motivasi agar para karyawan bekerja dengan lebih baik.
Kejadian ini seperti teori yang dikemukakan oleh marx weber tentang kelas sosial. Pemilik perusahaan sebagai kaum kapitalis dan para karyawan atau buruh yang dianggap sebagai alat produksi.
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh pemilik perusahaan bertujuan baik, yaitu untuk mempertahankan perusahaan dari saingan-saingannya. Pemilik perusahaan pun tidak akan membuat peraturan seperti itu jika semenjak awal para karyawan bekerja dengan profesional. Namun karena kinerja para karyawan yang menimbulkan reaksi negatif dari para pelanggan, maka pemilik perusahaan pun akhirnya membuat peraturan yang dianggap tidak memihak itu.
Walaupun peraturan itu dianggap tidak memihak, namun karena alat produksi atau para karyawan membutuhkan kesejahteraan materil, maka alat produksi tersebut secara perlahan memiliki kesadaran kelas yang mengacu pada keyakinan yang dianut oleh orang yang memiliki kedudukan sama dalam masyarakat. Kesadaran kelas bukan merupakan penjumlahan kesadaran individu, kesadara kelas adalah sifat sekelompok orang yang secara bersama menempati posisi serupa dalam sistem produksi.
Konsep kesadaran kelas, setidaknya dalam sistem kapitalis, secara tersirat menyatakan keadaan sebelumnya, yang dikenal sebagai kesadaran palsu yang menciptakan ilusi yang mengaburkan kepentingan sebenarnya dari kelompok masyarakat dan mendukung kepentingan kelas dominan.
Daftar Pustaka
Abrori Ahmad, Amin Muhammad Nurdin, Mengerti Sosiologi, Jakarta; Uin Jakarta Press Soekanto soerjono, Sosiologi suatu pengantar, Jakarta; Rajawali pers,2013. Sunarto Kamanto, pengantar sosiologi, lembaga fakultas ekonomi Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar