Rabu, 02 Desember 2015

Tugas sosiolologi observasi_Aisyah Yuli Yanthi/KPI 1b/ 11150510000055_Ferian Haqiqi/JurnalA/11150510000079

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

      Pasar adalah tempat yang tak asing lagi bagi kita semua. Pasar adalah tempat dimana terjadinya transaksi jual-beli. Tempat dimana terjadinya interaksi antara penjual dan pembeli. Maka tidak heran banyak sekali mahasiswa yang melakukan observasi tentang pasar dilihat melalui tinjauan sosiologi.

      Pasar merupakan salah satu lembaga ekonomi yang memengaruhi ekonomi di Negara ini. sesuai dengan tugas yang sudah diberikan kepada kami, maka kami memilih pasar sebagai objek penelitian sosiologi.

B.     Metode Penelitian

1)      Subyek Penelitian             : Pedagang dan Pembeli di Pasar

2)      Sumber data                      : Hasil Wawancara dan Pengamatan

3)      Tekhnik pengumpulan data :

a)      Observasi

b)      Wawancara

4)      Jenis sumber data :

Data primer : data yang diperoleh dari Narasumber langsung dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan jawaban diperlukan peneliti.

C.      Tahapan Waktu

Ø  Jum'at, 27 November 2015

Memperkenalkan diri kepada subjek penelitian serta menjelaskan maksud dan tujuan observasi ini.

Ø  Sabtu, 28 November 2015

Mulai melakukan wawancara sesuai janji pertemuan dan melakukan pengamatan

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

 

Ekonomi Marxis mengacu pada teori ekonomi pada fungsi kapitalisme yang didasarkan pada karya-karya Karl Marx. Para penganut ekonomi Marxis, khususnya akademisi, membedakannya dari Marxisme sebagai ideologi politik dan teori sosiologi, dengan alasan bahwa pendekatan Marx untuk memahami ekonomi secara intelektual terbebas dari anjurannya atas sosialisme revolusioner atau dukungannya terhadap revolusi proletar.

Para penganut ekonomi Marxis menganggap teori ekonomi Marx adalah dasar kerangka analitis yang sangat baik, dan alternatif untuk ekonomi neo-klasik yang lebih konvensional. Ekonom Marxis tidak hanya bersandar sepenuhnya pada karya-karya Marx dan Marxis lain yang telah dikenal secara luas saja, mereka menarik teori dari berbagai sumber, baik Marxis maupun non-Marxis.

 Kelas sosial merupakan pengelompokan sosial paling mendasar pada masyarakat. Masyarakat selalu bertransformasi sehingga menyebabkan munculnya kaum kapitalis dan kaum proletar. Jika dilihat secara keseluruhan akan ada dua kelas dalam tatanan ekonomi kapitalis, yaitu kaum borjuis & kaum proletar. Kaum borjuis adalah pemilik sarana produksi dan pembeli tenaga kerja. Sedangkan kaum proletar adalah sekelompok orang yang tidak memiliki sarana produksi dan hidup dengan mengandalkan tenaga kerjanya. Borjuis sama dengan kapitalis, yang berprospek menghasilkan uang dan uang. Untuk menghasilkan uang, kaum kapitalis atau kaum borjuis harus membuat relasi dengan kaum proletar, ya dengan cara membeli tenaga kerja kaum proletariat tersebut.  Prinsip ekonomi kapitalis yaitu melakukan kegiatan ekonomi dengan menekan biaya produksi seminim mungkin dan berusaha menghasilkan hasil (uang) semaksimal mungkin. Selain dengan menekan biaya produksi seminimal mungkin, prinsip ekonomi kapitalis adalah membeli murah tenaga kerja kaum proletar,dari sinilah muncul teori nilai lebih yang dikemukakan oleh karl marx.

 

Neo-Marxisme adalah istilah diterapkan pada teori sosial atau analisis sosiologi yang mengacu pada ide-ide Karl Marx, Friedrich Engels dan unsur-unsur dari tradisi intelektual lain, seperti psikoanalisis (teori kritis), sosiologi Weberian (teori Erik Olin Wright tentang kelas yang bertentangan) dan anarkisme (kriminologi kritis). Neo-Marxisme juga meliputi analisis Marxisme, Marxisme Hegelian, teori Antonio Gramsci tentang hegemoni, feminisme Marxis, Marxisme ekologis, post-Marxisme dan berbagai teori sosial kritis yang berasal dari Frankfurt School.

Penganut Neo-Marxisme (Neo-Marxis) menunjukkan bagaimana kebijakan-kebijakan dalam kapitalisme menghambat pembangunan dan meningkatkan kesenjangan antara negara di bagian utara dan selatan. Sejak saat itu, Neo-Marxis menghasilkan teori ketergantungan dan teori sistem dunia sebagai ilustrasi tentang bagaimana kapitalisme neo-liberal meningkatkan ketidaksetaraan ekonomi global.

Teori neo-Marxian pertama secara histories adalah determinasi ekonomi, tetapi determinasi ekonomi kurang penting pada masa sekarang, khususnya bagi pemikir yang berorientasi sosiologis. Teori yang berdasarkan determinasi ekonomi ini ditentang oleh berbagai jenis teori Marxian lain yang berkembang kemudian.

Berikutnya dikemukakan dua aliran pemikiran dalam sosiologi ekonomi neo-Marxian.Pertama, yang menerangkan hubungan antara modal dan tenaga kerja, terutama dalam karya Baran-Sweezy dan Braverman. Kedua, yang menerangkan transisi dari Fordisme ke post-Fordisme. Ketiga,kumpulan pemikiran ini mencerminkan upaya untuk kembali ke beberapa pemikiran ekonomi tradional sosiologi Marxian.

 Pemikiran ini penting karena upayanya untuk memperbarui sosiologi ekonomi Marxian dengan memperhatikan realitas yang muncul dalam masyarakat kapitalisme saat ini. Pemikiran lain adalah Marxisme berorientasi sejarah, khususnya pemikiran Immanuel Wallerstein dan pendukungnya mengenai system dunia modern.[1]


 

BAB III

ANALISIS HASIL

A.    Hari pertama : Jum'at, 27 November 2015

Setelah memperkenalkan diri kepada pengelola pasar dan beberapa pedagang kami mulai mengamati keadaan pasar dan interaksi yang ada di pasar Citayam ini. Mulai dari keadaan pasar dan pengunjung yang datang kesana.

Hampir semua pengunjung terdiri dari orang-orang golongan menengah ke bawah. Terlihat dari penuhnya lahan parkir pasar oleh kendaraan roda dua. Sebagian dari mereka berbelanja ke pasar ini untuk kebutuhan pribadi dan sebagian lagi terlihat membawa belanjaan yang sangat  banyak untuk dijual kembali dikampung-kampung.

Pengelola pasar disini tidak seperti pengelola pasar swalayan karena mereka lebih   kepada penjaga keamanan pasar dari pada pengelola pasar. Mereka juga menarik iuran dari para pedagang yang dimana uang itu digunakan untuk pengurusan sampah di pasar.

 

Di pagi hari banyak pedakang kaki lima dadakan dimana mereka hanya berjualan saat jam 05.00- 07.00. Mereka tidak memiliki toko ataupun meja untuk berjualan, mereka hanya memiliki terpal sebagai alas berjualan dan keranjang sebagai tempat sayuran.

Mereka mengatakan bahwa dengan berjualan seperti ini mereka tak perlu membayar sewa toko tapi hanya membayar uang kebersihan. Terlihat sekali bahwa pengelola pasar disini memiliki kewenangan sendiri dalam menentukan iuran di pasar. Pasar dilantai pertama terdiri dari para pedagang sembako, sayuran, daging, ayam, kue-kue dll.

Dilantai kedua terlihat dipenuhi oleh pedagang pakaian, sepatu, tas, dan toko emas. Para pedagang dilantai dua baru berdatangan saat matahari sudah tinggi. Berbeda sekali dengan para pedagang sayuran yang sudah menggelar dagangannya sejak jam 5 pagi.

Dihari pertama ini kami hanya mengamati keadaan pasar, dimulai dari tempatnya yang terlihat kumuh dan becek meskipun saat musim panas. Para pedagang yang sebagian besar berasal dari daerah sekitar pasar. Pengelola atau lebih tepatnya penarik iuran kebersihan.

Pembeli yang hampir semua menaiki kendaraan roda dua. Para tukang parkir yang mengatur kendaraan pengunjung sampai peminta-minta serta anak-anak yang berkeliaran menjajakan kantong plastic kepada ibu-ibu.

Tidak lupa juga kami membuat janji untuk wawancara dengan pedagang dan beberapa penghuni pasar yang lain selain pedagang. Tidak mudah membuat janji dengan para pedagang, beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka terlalu sibuk untuk diwawancarai dan beberapa lainnya menolak wawancara tanpa alasan yang jelas.

Akhirnya kami mendapakatkan pedagang yang ingin bekerjasama untuk melakukan wawancara dengan kami. Kartoaji seorang pedagang sayuran di pasar ini dan juga Wulan seorang ibu setengah baya penjual kue-kue dan beberapa pengunjung lain.

B.     Hari kedua : Sabtu, 28 November 2015

Hari kedua kami mulai melakukan wawancara dengan pedagang dan pengunjung di pasar dari hasil wawancara dengan Kartoaji ia sudah berjualan di pasar ini sejak tahun 2005. Bahkan ia sudah memiliki dua toko di pasar Citayam ini. Dalam masyarakat kapitalis, Marx membagi kelas masyarakat kedalam tiga kelas :

1)      Kaum Buruh

2)      Kaum Pemilik Modal

3)      Kaum Tuan Tanah

Dan Kartoaji masuk ke dalam kelas kaum pemilik modal dan tuan tanah karena ia yang memiliki modal dalam usaha ini dan juga ia yang memiliki toko tersebut. Ia berjualan dibantu oleh seorang kerabatnya yang bertugas sebagai pengangkut barang jika ada pengunjung yang belanja banyak.

Dewasa ini menurut Kartoaji karena rupiah melemah maka income pedagang pun berkurang. Semua harga  barang kebutuhan naik, belum lagi dia harus mengahadapi pembeli yang protes dan menawar harga.

Dani salah seorang karyawan membantu Kartoaji dalam berjualan hanyalah lulusan sekolah dasar. Ia bukan seorang pemilik modal ataupun tuan tanah. Dalam teori kelas yang dikemukakan oleh Marx, karena manusia selalu bertransformasi maka terbentuklah dua kelas sosial yaitu kaum borjuis dan kaum proletar.

Kartoaji memiliki modal dan juga tempat usaha bisa dipastikan dia termasuk kaum borjuis. Sedangkan Dani hanyalah seorang pekerja yang tidak memiliki modal maupun tempat usaha, otomatis dia termasuk kaum proletar.

Pada abad ke-19 teori kapitalis sangat menjerat kaum proletar karena mereka harus bekerja sesuai dengan perintah dari atasan mereka dan pendapatan mereka pun selalu lebih sedikit ketimbang pemilik modal.

Tapi teori kapitalis tidak melulu tentang pembagian hasil yang tidak seimbang. Ini semua karena kaum borjuis merasa bahwa mereka telah mengeluarkan modal dan tempat usaha sehingga sudah sewajarnya kalau mereka mendapatkan hasil lebih.

Beralih kepada Wulan seorang tukang kue, walaupun dia hanya seorang kue kecil-kecilan itu adalah miliknya sendiri. Seperti perkataan Bob Sadino "Walaupun kecil tapi saya bosnya". Ia memilih untuk tidak bekerja dengan orang lain karena menurutnya usaha milik sendiri lebih menyenangkan.

Dengan para pengunjung saya hanya bertanya tentang keadaan pasar yang sangat semrawut. Mereka lebih memilih belanja di pasar tradisional karena harga di pasar lebih murah ketimbang di pasar swalayan. Mereka tidak terganggu dengan keadaan pasar yang baud an kotor.

Memang harga barang di pasar Swalayan lebih mahal tapi tentu saja ditunjang dengan pelayanan yang menyenangkan dan fasilitas yang bagus.

BAB IV

KESIMPULAN

 

Dari hasil analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem kapitalis sangat mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Teori kelas yang disampaikan oleh Marx memang tidak terlalu terasa di pasar tradisional tapi beda lagi ceritanya jika itu adalah pasar swalayan. Semoga saja dari semua hasil analisi ini kita bisa mengambil lebih banyak lagi pelajaran.



[1] George Ritzer Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, Kreasi Warna, Bantul, 2012, hlm. 315

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini