Rabu, 02 Desember 2015

Selsa Sandhika Erasta 11150510000045 KPI 1 A dan Sinta Marsela 11150510000229 Jurnalistik 1 B, Tugas Observasi Lapangan.

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

 

Secara teori, pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang  ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunannya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Pasar Tradisional menampung berbagai macam Penjual dari penjual sembako , buah buahan alat rumah tangga dan lain sebagainya.Contoh Pasar Tradisional yang ada di Bandung yaitu Pasar Anyar , Pasar Andir , Pasar Ciroyom , Pasar Sederhana , dan masih banyak lagi.

Sedangkan Pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang ( barcode ) jadi tidak ada proses tawar menawar , berada dalam bangunan yang nyaman , dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Contohnya Supermarket ( swalayan ) Carrefour, Hypermart, Giant , Yogya dan lain sebagainya.

 

 

Rumusan Masalah

 

1.      Kegiatan apa sajakah yang dilakukan di pasar?

2.      Bagaimana awal terjadinya pasar?

3.      Kenapa pasar ini bisa berjalan dengan lancar?

4.      Dimana letak pasar modern dan tradisional?

 

 

Tujuan

 

1.      Menjelaskan kebijakan-kebijakan dalam mengatasi problematika pembangunan minimarket atau pasar-pasar modern dalam menstabilkan perekonomian masyarakat

2.      Mengetahui pengaruh dari pasar modern

 

 

 

 

TINJAUAN TEORITIS

 

Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx lahir di Trier, Jerman pada tahun 1818 dari kalangan rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1841. Ia mengakhiri studinya di Universitas Berlin dengan menyelesaikan disertasi berjudul On the Differences between the Natural Philosophy of Democritus and Epicurus. Karena pergaulannya dengan orang yang dianggap radikal ia terpaksa mengurungkan niat untuk menjadi pengajar universitas dan menerjunkan diri ke kancah politik. Setelah menikah ia mengembara ke Negara lain di Eropa—mula-mula secara sukarela, dan kemudian secara terpaksa karena diusir oleh pemerintah setempat. Marx lebih dikenal sebagai tokoh sejarahn ekonomi, ahli filsafat, dan aktivis yang mengembangkan teori mengenai sosialisme yang di kemudian hari dikenal dengan nama Marxisme daripada sebagai perintid sosiologi. Levebevre mengemukakan, misalnya, bahwa meskipun Marx bukan ahli sosiologi namun tulisannya mengandung sosiologi (lihat Levebvre 1969.22). Menurut Kornblum (1988) Marx tidak menganggap dirinya sebagai ahli sosiologi melainkan sebagai ahli filsafat, ekonomi, ekonomi politik, dan sejarah.

Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenal kelas yang disajikannya dalam berbagai tulisan-tulisan termasuk di dalamnya The Communist Manifesto yang ditulisnya bersama Friedrich Engels. Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda: kelas yang terdiri atas orangt yang menguasai alat produksi, yang dinamakannya kaum bourgeoisie, yang mengeksploitasi kelas yang terdiri atas orang yang tidak memiliki alat produksi, yaitu kaum proletar. Menurut Marx pada suatu saat kaum proletar akan menyadari kepentingan berlangsung—yang oleh Marx dinamakan perjuangan kelas—kaum bourgeoisie akan dikalahkan. Marx meramalkan bahwa kaum proletar kemudian akan mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas.

Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud namun pemikiran Marx mengenai stratifikasi social dan konflik tetap berpengaruh terhadap pemikiran sejumlah besar ahli sosiologi. Sebagaimana halnya dengan para tokoh sosiologi lainnya, maka, sebagaimana telah kita lihat, pemikiran Marx pun diarahkkan pada perubahan social besar yang melanda Eropa Barat sebagai dampak perkembangan pembagian kerja, khususnya yang terkait dengan kapitalisme.[1]

 

George Lukacs

George Lukacs termasuk salah satu kritikus sastra yang punya pengaruh penting pada zamannya, ia juga filsuf modern yang cukup disegani sekaligus kontroversial di kalangan para filsuf sezaman, bahkan pemikirannya ikut mewarnai tradisi filsafat Jerman. Banyak orang menyebut Lukacs sebagai kritikus sastra dan filsuf marxis,.[2]

Dengan realismenya, Lukacs ingin menunjukan peran sastra dalam memberikan dasar yang khas untuk suatu proses penyadaran defitisis yang humanis. Dari itu, sastra realis yang benar idak akan menyederhanakan perubahan-perubahan sosial di sekitarnya.seorang realis akan memperlihatkan bagaimana satu realitas berkait dengan realitas lainna.Menurut Lukacs, ada tiga jalinan antara sastrawan realis dengan lingkungan sosialnya. Pertama, seorang realis menempatkan masyarakat sebagai tatapan utama. Kedua, seorang realis akan memakai makna kehidupan sebagai sudut pandangnya dalam melihat realitas masarakat. Ketiga, masa sekarang merupakan pusat gerak masarakat yang dipengaruhi masalalu dan menemtukan masadepan.[3]

 

 

 

                                                          

HASIL OBSERVASI LAPANGAN

 

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah, supermarket, pasar swalayan, hypermarket dan minimarket.

Hypermarket lebih membidik golongan menengah keatas dan dengan bangunan pasar modern yang cukup besar, rapi dan bersih. Kebersihan adalah salahsatu syarat mutlak dari pasar modern. Giant, Carrefour dan Hypermart adalah salahsatu brand pasar ritel modern di Indonesia, mereka muncul hampir disetiap kota besar dipulau Jawa, Sumatra, Bali, Sulawesi dan Kalimantan.

Pasar modern sendiri muncul diperiode tahun 1980an di Jakarta, pasar Mayestik dan Blok M adalah salahsatu pasar yang cukup nyaman dijamannya. Hingga muncul beberapa supermarket menjadi tempat belanja yang wah pada saya masih kecil. Salahsatu supermarket tertua di Indonesia yaitu Gelael danHero yang membidik golongan menengah keatas dibeberapa tempat di Jakarta. Kini hanya ada beberapa gerai supermarket saja yang masih bertahan di Jakarta. Selebihnya sudah banyak yang tutup semenjak mini market membooming diawal tahun 2000.

Minimarket seperti Alfamart dan Indomart seperti berlomba untuk menguasai ceruk yang ada. Ditempatb saya sudah ada 3 buah Alfamart dan 3 buah Indomart hanya dengan jarak ½ km saja dan ada yg beberapa toko saling berhadapan. Tidak jauh dari Pasar Inpres Jatiasih, terdapat sebuah hypermarket dengan merk Naga dan 1 km kedepannya kini sedang dibangunGiant.

Jadi pasar tradisional sudah dijegal sana sini, pembeli tidak harus repot berbecek ria untuk menuju kepasar tradisional dimusim hujan kecuali terpaksa. Karena kebutuhan harian bisa dibeli di minimarket terdekat dan kebutuhan belanja bulanan bisa dibeli dihypermarket. Sudah seharusnya pasar tradisional dirubah menjadi pasar modern yang bersih dan nyaman bagi para pembeli yang berkunjung

 

Pasar tradisional dikelola dengan professional dan bersih sehingga pengunjung juga merasa nyaman dan senang berbelanja. Thailand, pasar apungnya bahkan menjadi tujuan utama oleh turis asing yang berkunjung. Pasar tradisional di Turki, Jepang dan Korea juga dikelola secara professional dan menjadi tujuan wisata. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, termasuk kerjasama  swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.

Pengaruh datangnya pasar modern terhadap pasar tradisional sangat kuat sehingga selalu terjadi pro-kontra antara para pelaku bisnis retail modern. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika masuknya pasar modern dalam suatu wilayah atau kota diharapkan akan mampu bisa menyerap banyak tenaga kerja dalam hal ini adalah pemuda dan remaja yang baru lulus sekolah tingkat atas yaitu SMA atau yang setara.

 

 

 

 

KESIMPULAN

 

Kehadiran pasar modern  yang memberikan banyak kenyamanan membuat sebagian orang beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Sehingga pasar tradisional tersisihkan .Banyak Faktor yang membuat pasar tradisional tersisihkan dari mulai tempat / kondisi pasar yang becek, bau penuh sesak, panas,dan keamanan yang tidak terjamin. Harga yang ditawarkan umumnya relative baik di pasar modern maupun pasar tradisional, pembelian diskon selalu ditawarkan di pasar modern. Pembayarannya juga bisa secara credit card.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.

Johnson, Pauline. Marxist Aesthetics. Jakarta. 1984

Karyanto, Ibe. Realism socialis Georg Lukacs. Gramedia. Jakarta. 1997.



[1] Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Hal. 4-5

[2] Pauline Johnson (1984) Marxist Aesthetics.Hal 17

[3] Realism socialis Georg Lukacs. Ibe karyanto. Gramedia. Jakarta. 1997 Hal 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini