NAMA : DAIMATUL MAWADDAH
NIM : 11140540000020
PRODI : PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM / 3
LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN
Yayasan Pendidikan Islam Pesantren Al Manshuriyah Ibnu Shobar
A. PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah, atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam, lembaga pendidikan itu mengandung konkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma- norma dan peraturan- peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri.
Lembaga pendidikan saat ini sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan, khususnya di Indonesia. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep Islam, lembaga pendidikan Islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat Islam. Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mutlak diperlukan disuatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.
Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat signifikan di Indonesia dalam pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan karakter, sehingga masyarakat yang tercipta merupakan cerminan masyarakat islami. Dengan demikian Islam benar-benar menjadi rahmatan lil'alamin, rahmat bagi seluruh alam.
Namun hingga kini pendidikan Islam masih saja menghadapi permasalahan yang komplek, dari permasalah konseptual-teoritis, hingga persoalan operasional-praktis. Tidak terselesaikannya persoalan ini menjadikan pendidikan Islam tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan Islam terkesan sebagai pendidikan "kelas dua". Tidak heran jika kemudian banyak dari generasi muslim yang justru menempuh pendidikan di lembaga pendidikan non Islam.
Menjawab persoalan dan permasalahan yang dihadapi serta melihat situasi kondisi serta keadaan sehingga Bpk KH. Abu Manshur Shobar selaku pendiri Yayasan Pendidikan Islam Pesantren Al Manshuriyah beserta jajarannya tergerak membangun Yayasan Pendidikan Islam Pesantren Al Manshuriyah dengan tujuan memperluas wilayah syiar Islam yang berada di sekitar wilayah tersebut, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan bagi santri yang masih dalam proses belajar di Yayasan Pendidikan Islam Pesantren Al Manshuriyah, menciptakan saran pelatihan, pembelajaran, dan keterampilan dalam memahami nilai-nilai Islam dan baca tulis Al Qur'an, membentuk kader muslim yang sesuai dengan harapan dan cita-cita lembaga yaitu mempersiapkan individu yang berkualitas menuju terbentuknya ummat yang cinta Al Qur'an.
Metode yang digunakan pada saat turun kelapangan adalah observasi langsung dengan wawancara, dokumentasi serta alat bantu lainnya. Observasi ini dilakukan dengan mendatangi langsung tempatnya.
B. TINJAUAN TEORITIS
Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis pada awalnya untuk ilmu komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu.
Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut.
Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam perspektif interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolik, fenomenologis dan hermeneutik.
Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Max Weber menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorang yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya.
Paradigma konstruktivis dipengaruhi oleh perspektif interaksi simbolis dan perspektif strukturan fungsional. Perspektif interaksi simbolis ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif.
C. HASIL OBSERVASI LAPANGAN
Yayasan Pendidikan Islam Pesantren Al Manshuriyah berada di Jl. Raya Muchtar Gg. Jati No. 5 Sawangan Baru Depok, Jawa Barat. Pendirinya bernama Bpk KH. Abu Manshur Shobar (Alm), beliau lahir dan besar di Brebes Jawa Tengah, namun karena sering ada perkumpulan dengan para kiai lainnya di Jakarta, maka beliau menetap di Jakarta bersama keluarganya. Beliau wafat tanggal 22 April 2015. Sesudah beliau meninggal dunia, lalu YPIP ini diamanahkan dan dilanjutkan oleh istrinya bernama Hj. Muslimah dan keluarga.
Berdirinya YPIP Al Manshuriyah ini sejak 2007 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh pendiri sekaligus pengasuh YPIP Al Manshuriyah ini yakni Bpk. KH Abu Manshur Shobar. Tujuan utama almarhum membangun YPIP Al Manshuriyah ingin memperluas wilayah syiar Islam yang berada di sekitar wilayah tersebut. Tidak hanya itu, beliau juga ingin menciptakan saran pelatihan, pembelajaran, dan keterampilan dalam memahami nilai-nilai Islam dan baca tulis Al Qur'an agar membentuk kader muslim yang sesuai dengan harapan dan cita-cita lembaga yaitu mempersiapkan individu yang berkualitas menuju terbentuknya ummat yang cinta Al Qur'an.
YPIP Al Manshuriyah ini termasuk lembaga sosial. Termasuk para tenaga pengajar di sini, mereka tidak menerima imbalan layaknya di lembaga pendidikan lain. Sampai saat ini murid YPIP Al Manshuriyah berjumlah 40 santri. Mereka tidak hanya berdomisili daerah sekitar, melainkan ada yang dari daerah Jakarta, bogor, dan sekitarnya. Para santri YPIP Al Manshuriyah, semua biaya hidupnya telah ditanggung oleh pihak YPIP seperti biaya sekolah, biaya makan, dan lainnya.
Setiap tahunnya menjelang bulan Ramadhan, YPIP Al Manshuriyah ini juga mengadakan acara santunan yatim piatu dan dhuafa. Tidak hanya khusus untuk santri di yayasan ini tapi untuk warga sekitar seperti yatim piatu, kaum dhuafa, janda dan juga yang sudah berusia lanjut. Selain itu, para pengurus YPIP Al Manshuriyah juga rutin mengadakan pemotongan hewan kurban pada saat hari raya Idul Adha, yang dibantu oleh masyarakat sekitar.
Menurut pendiri upaya tegaknya nilai Islam harus diperjuangkan dan dilakukan secara nyata, salah satunya dengan upaya pembangunan Yayasan Pendidikan Islam Pesantren Al Manshuriyah Ibnu Shobar, membangun gedung sebagai sarana pendidikan dan pengembangan pembelajaran Al Quran dan Ilmu Pengetahuan. Dengan harapan semoga dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita sehingga kita dapat melestarikan ajaran Al Quran yaitu menjadikan umat Islam sebagai umat yang terbaik, dapat menjadi teladan bagi manusia hingga mewujudkan masyarakat yang madani.
Pendiri YPIP Al Manshuriyah serta para pengurus dan jajarannya berharap semoga dengan adanya YPIP Al Manshuriyah masyarakat sekitar maupun masyarakat dimana pun berada yang sekiranya kurang mampu bisa terbantu dalam segi ekonomi serta pendidikan bagi anak-anaknya.
D. KESIMPULAN
Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Max Weber menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya.
Dengan bertujuan utama ingin memperluas wilayah syiar Islam yang berada di sekitar wilayah tersebut, juga ingin menciptakan saran pelatihan, pembelajaran, dan keterampilan dalam memahami nilai-nilai Islam dan baca tulis Al Qur'an agar membentuk kader muslim yang sesuai dengan harapan dan cita-cita lembaga yaitu mempersiapkan individu yang berkualitas menuju terbentuknya ummat yang cinta Al Qur'an maka Bpk KH Abu Manshur Shobar (alm) sebagai pendiri bertindak sebagai agensi sosial melalui pemberian makna serta YPIP Al Manshuriyah sebagai agen sosial yang memberi pengaruh positif dalam masyarakat serta masyarakat sekitar maupun masyarakat dimana pun berada yang sekiranya kurang mampu bisa terbantu dalam segi eoknomi serta pendidikan bagi anak-anaknya.
E. DAFTAR PUSTAKA
- M. Setiadi.Elly, Usman Kolip.2001.Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala permasalahan sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar