Kisah Pengangguran Kota
Anida Najiyah Siti Solehah 11150510000160 Jurnalistik 1A
Arya Andika Nugraha 11150510000202 Jurnalistik 1B
Talia Tri Ananda 11150510000048 KPI 1B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Mengapa gejala sosial penting untuk ditulis atau diteliti
Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia dan terbatasnya lapangan kerja yang memadai membuat masalah pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang sulit untuk diatasi oleh pemerintah. Lambatnya penanganan pemerintah dalam menyikapi masalah ini, membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia, salah satunya adalah membuka lebih banyak lapangan pekerjaan untuk warganya. Jika pemerintah dapat bergerak cepat, tidak mustahil masalah pengangguran yang ada di Indonesia ini akan teratasi.
Masalah kependudukan yang serius dihadapi oleh negara berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Kekurangtersediaan lapangan pekerjaan akan berimbas pada kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat.Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan adalah teraihnya lapangan kerja yang diharapkan. Atau setidak-tidaknya, setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai "gengsi" yang lebih tinggi di banding sektor informal.Dengan demikian, keterbatasan lapangan pekerjaanakanberpotensi tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja, secara linear berpotensi menggugat eksistensi dan urgensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan.Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan".Maka merembaknya isu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya juga di Indonesia.
B. Landasan Teori
Max Weber
Pengertian sosiologi menurut max weber yakni sociology is a science which attempts the interpretive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88) Definisi tersebut dapat diterjemahkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mengupayakan pemahaman interpretatif suatu tindakan sosial dalam rangka untuk sampai pada penjelasan sederhana menyangkut sebab dan akibatnya. Definisi yang lain dapat dilihat pada pengertian sosiologi menurut para ahli.
Pandangan Weber berbeda dengan tokoh-tokoh lainya seperti Durkheim. Ia berpendapat: Here, then, is a category of facts with very distinctive characteristics: it consists of ways acting, thingking, and feeling, external to the individual, and endowed with a power of coercion, by reason of which they control him … These ways of thingking and acting … constitute the proper domain of sociology (Durkheim, 1965:3-4). Sosiologi dalam pernyataan itu adalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakanya fakta sosial (social fact). Menurut Durkheim, fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikanya.
Berdasarkan pemahaman teori sosiologi menurut max weber, menyanyi di kamar mandi untuk menghibur diri sendiri misalnya, tidak dapat kita anggap sebagai tindakan sosial. Tetapi menyanyi di kamar mandi dengan maksud menarik perhatian orang lain memang merupakan suatu tindakan sosial. Bunuh diri yang terjadi karena tidak dapat lagi menahan penderitaan penyakit menahun atau karena gangguan jiwa bukan tindakan sosial; tetapi bunuh diri untuk menghukum suami yang selingkuh atau karena rasa malu setelah melakukan kesalahan merupakan tindakan sosial.
Max Weber juga menjelaskan bahwa untuk memahami makna subyektif suatu tindakan sosial maka harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamanya. Ini dituangkan dengan pernyataannya: put one's self imaginatively in the place of the actor and thus sympathetically to participate in his experiences. Weber, 1964:90).
C. Metode
Melakukan penelitian merupakan suatu tahapan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sebuah kebenaran. Dalam memperoleh kebenaran atau dalam melakukan penelitian, banyak cara yang dilakukan seorang peneliti agar kualitas dari hasil penelitiannya mendekati sempurna dan dapat digunakan sebagai rujukan. Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti. Sebuah tahapan yang akan membuat penelitian menjadi terarah, sesuai jalur dan tidak melenceng dari tujuan awal melakukan penelitian. Secara umum tahapan yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian diantaranya yaitu menentukan topik permasalahan yang akan diteliti, menentukan objek penelitian, serta menentukan Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian.
Metode yang kami pakai dalam penelitian ini yaitu dengan metode Observasi dan Wawancara. Menurut kelompok kami metode observasi dan metode wawancara lah yang paling mudah dalam pengumpulan data dibandingkan dengan metode metode lainnya.
Observasi sendiri ialah metode atau cara cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pada dasranya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,karena dengan menggunakan metode ini kami dapat langsung berinteraksi dengan subjek dan objek yang akan kami teliti.
Sedangkan, Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Pada dasarnya wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
BAB II
GAMBARAN LOKASI
Dalam wawancara ini, kami melibatkan 3 narasumber. Yaitu pengangguran baru,pengangguran lama dan istri dari pengngangguran. Disini, untuk pengangguran baru kami melibatkan salah satu teman dari pemakalah,dan wawancara ini dimulai melalui video call pada tanggal 22 desember 2015. Mengapa kami menggunakan wawancara melalui videocall ? karena sang narasumber tidak bisa dilibatkan dalam wawancara secara langsung. Lalu, untuk objek pengangguran lama, kami melibatkan tetangga dari pemakalah yakni seorang kepala rumah tangga. Wawancara ini secara langsung, berlangsung pada tanggal 24 desember 2015,bertempat di kediaman sang objek. Lalu, untuk yang terkhir yakni istri dari pengangguran, kami melibatkan seorang ibu yang biasa membantu pekerjaan rumah tangga orang tua pemakalah, yang dilakukan pada tanggal 19 Desember 2015.
Narasumber pertama bernama Nezar Saputra, pria berumur 20 tahun. Sudah dua tahun dia menjadi pengangguran. Dia tinggal di daerah Kabupaten Sukabumi, tepatnya di daerah Cikukulu, Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Karena jarak dan tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara secara langsung, maka kami melakukan wawancara melalui video call dan juga telepon.
Narasumber yang kedua adalah seorang kepala rumah tangga yang bernama Rizal Saputra, seorang pria berumur 45 tahun dan sudah menjadi pengangguran selama 10 tahun. Dia tinggal tidak jauh dari rumah pemakalah hanya lima blok dari rumah pemakalah tinggal di daerah Tangerang Jalan anugerah I Rt.005 Rw.008 kota tengah tangerang kami melakukan wawancara dengan turun secara langsung ke lokasi menempuh jarak yang tidak terlalu jauh secara yang tadi dijelaskan jaraknya tidak terlalu jauh karena salah satu pemakalah kami yang rumahnya tidak jauh dari narasumber tersebut.
Setelah sampai di lokasi hal yang cukup miris karena narasumber tersebut rumahnya sangat memprihatinkan dengan tempat yang tidak layak untuk ditinggali , hanya depan rumahnya saja yang terlihat bagus , didalam rumah atapnya sudah banyak yang berlubang dan sudah banyak bagian" yang hilang dan bisa dilihat dari luar karena tidak memungkinkan untuk wawancara ditempat kelompok kami melakukan wawancara di dekat warung dan juga karena narasumber tidak menghendaki wawancara langsung di lokasi serta suatu hal alasan yang tidak kami ketahui.
Dan Narasumber terakhir adalah seorang istri pengangguran yang bernama Siti Julaiha berumur 35 tahun dengan memiliki suami yang bernama Yuantoro Surodi berumur 40 tahun yang sudah menganggur selama 12 tahun yang bertempat tinggal di daerah tanah abang Jakarta Pusat , di Kebon jahe 9 Rt.008 Rw.01 kecamatan gambir , kelurahan gambir kami menempuh jarak 25 km dan setelah sampai di lokasi walaupun tempat tinggal yang cukup baik tapi kenyataannya tempat tersebut hanya rumah saudara narasumber dan narasumber tersebut menumpang untuk waktu yang telah ditentukan karena saudara narasumber sedang melakukan pekerjaan ke luar kota, memang di lingkungan narasumber tersebut banyak dari istri seorang pengangguran korban PHK.
Di lingkungan narasumber tersebut rata" sambil menunggu suami mendapatkan pekerjaan ada yang bekerja sebagai tukang cuci, bekerja sebagai pedagang dan yang biasanya istrinya sebagai pedagang suaminya sambil mengisi kekosongan membantu istrinya berdagang di lingkungan tersebut . Kelompok kami melakukan wawancara dekat rumah narasumber tepatnya didepan rumah narasumber yang lingkungannya cukup tertata rapi dan warganya yang ramah tamah saat kami melakukan wawancara di lingkungan tersebut.
BAB III
ANALISIS MASALAH
Seiring dengan perkembangan zaman masalah-masalah sosial yang terjadi saat ini sangatlah kompleks. Dari mulai masalah-masalah yang sangat kecil dampaknya bagi masyarakat yang membutuhkan penanganan yang kecil pula untuk menanganinya, hingga masalah-masalah sosial yang sangat rumit serta memberikan dampak dan pengaruh besar bagi kehidupan sosial. Dari yang berupa masalah yang terkait dengan masalah pelanggaran norma, hingga permasalahan yang berupa masalah perekonomian.
Semua masalah-masalah itulah yang hingga saat ini masih ada dan terus dirasakan oleh hampir setiap Negara di dunia ini, terutama adalah bagi hegara miskin dan berkembang. Peran aktif pemerintah sebagai pemegang wewenang dan kekuasaan sebuah Negara menjadi sangat penting dan menjadi harapan utama rakyatnya untuk mencapai kemakmuran. Namun seringkali dalam perjalanan sejarah umat manusia masalah-masalah sosial yang muncul tidak mampu teratasi dan mengakibatkan sebuah Negara dapat terpuruk.
Masalah perekonomian merupakan masalah yang lazim dihadapi manusia saat ini. Karena pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup terlepas dari ekonomi. Masalah ekonomi yang muncul juga tidak lepas dari masalah kependudukan yang saat ini masih melanda sebagian besar negara-negara yang masih tergolong miskin dan berkembang, terutama adalah masalah pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Dengan adanya petumbuhan penduduk yang semakin pesat maka kesempatan seorang individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi sangat sempit.
Jumlah pengangguran di Indonesia ini masih sangat memprihatinkan, mengingat saat ini Indonesia sebagai Negara yang masih berkembanag dan belum mencapai pada masa kemajuannya harus menghadapi munculnya perdagangan bebas dimana setiap Negara leluasa untuk memasarkan hasil produksinya ke Negara manapun. Dengan masih banyaknya jumlah pengangguran ini maka tentunya akan mempengaruhi pula pada peningkatan perekonomian Negara, sehingga ekonomi Indonesia akan melemah dan mengakibatkan Indonesia tidak mampu bersaing dengan Negara lain dan perekonomian Indonesia akan menjadi semakin terpuruk. Karena bagaimanapun peran seorang individu dalam sebuah sistem kemasyarakatan dalam hal ini perekonomian sangat penting perannya dan mempengaruhi segakla system yang ada, dan apabila ada satu sistem yang tidak berjalan dalam masyarakat maka akan mempengaruhi pula sistem-sistem yang lain serta pemeliharaan system-sistem tersebut sangat diperlukan(Talcott Parsons, dalam George Ritzer).
1. Pengertian pengangguran
Pengangguran merupakan keadaan dimana dalam sebuah masyarakat, sebagian warganya tidak mampu memasuki kesempatan kerja yang ada, sehingga ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan ekonominya. Secara alami pengangguran terjadi karena pada saat kesempatan kerja penuh (full employment) dimana 95% angkatan kerja dalam waktu tertentu sepenuhnya bekerja, angkatan kerja yang belum masuk dalam kesempatan kerja tersebut berarti menganggur. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
2. Jenis & macam pengangguran:
· Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment: Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
· Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment: Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
· Pengangguran Siklikal ; Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran di Indonesia paling banyak berada di pedesaan, bahkan berdasarkan sensus penduduk pada tahun 1980 menenjukkan bahwa seketar 805 angkatan kerja yang ada di Indonesia berada di pedasaan. Hal ini tidak lepas dari makin sempitnya lahan pertanian yang ada di pedesaan yang beralih fungsi. Padahal sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menampung angkatan kerja di desa. Semakin sempitnya lahan pertanian yang ada di pedsaan ini juga tidak lepas dari sistrm pewarisan dengan pembagian tanah yang dilakukan petani pedesaan. Misal seorang petani mempunya tanah seluas 1 ha dan dia mempunyai dua orang anak, maka masing-masing anak mereka akan memperoleh ½ ha sebagai harta waris nantinya dan ini akan dilakukan secara turun menurun. Sehingga pada suatu saat seorang akan mengolah pertanian yang sangat sempit. Dengan demikian maka aka nada dua kemungkinan:
· Orang tersebut tetap di desa, menyebabkan disguised unemployment jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian di desa lebih besar daripada sumber daya dan factor produksi, sehingga tenaga kerja pertanian menjadi setengah menganggur.
· Mereka akam pergi dari desa menuju tempat lain ubtuk memperoleh pendapatan (urbanisasi)
Selain itu pertanian di daerah pedesaan juga masih bersifat peasant dan subsistensi. Peasant dan subsistensi merupakan gambarab tebang kondisi sosial masyarakat pedesaan. Peasant merupakan ketidakberhasilan yang kemudian menjadi kebiasaan dan melembaga menjadi tata nilai umum yang berlebih pada kekurangan. Sedangkan subsistensi merupakan kegiatan usaha tani yang hanya cukup untuk kepentingan makan saja yang sebenarnya merupakan ketidakerdayaan. Namun dengan rendahnya kualitas sumber daya lahan mengakibatkan tingginya tingkat biaya produksi yang harus dikeluarkan petani, proses produksi kurang efisien dan terjadi keterbatasan penguasaan lahan. Pergeseran fungsi lahan dan bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan menurunnya kesempatan kerja dan terjadilah penganagguran. Padahal, apabila dikelola dengan baik sektor pertanian dapat menopang perekonomian Nasional dan mampu menampung tenaga kerja serta mampu menghasilkan surplus bahan makanan untuk ekspor dan sebagai bahan baku industri. Pertanian di Indonesia yang melimpah akan kekeyaan alam Indonesia dengan tanah yang subur sebenarnya merupakan sektor yang unik dan khas dalam perekonomian Nasional.
Dalam mengatasi penganagguran ini peran pemerintah sebenarnya masih sangat kurang, ditambah lagi dengan adanya ketimpangan struktur masa lampau dan masa kini. Menurut Abu Ahmadi ketimpangan tersebut antara lain:
a) Pola pemekiman penduduk di Jawa dan diluar Jawa
b) Ketimpangan pembangunan antar daerah
c) Ketidakserasian laju pembanguna kota dan desa
d) Kurangnya informasi pasar tenaga kerja, terutama di pedesaan
e) Kurangya penyesuaian pendidikan dengan arah pembangunan
f) Kurangnya koordinasi investasi padat modal dan padat karya
g) Ketimpangan produktifitas sektor pertanian dan non pertanian
h) Kekurangserasian tumbuhnya sektor formal dan informal
i) Masalah penagangguran terbuka dan terselubung
j) Ketimpangan peranan pemerintah da swasta
Masalah pengangguran tersebut sebenarnya tidak dapat dipusahkan dari pembangunan bidang lain, karena itu harus melihat latar belakang semua bidang yang melingkupinya dan jangan sampai terjadi ketimpangan tersebut yang justru akan menghambat proses pembangunan itu sendiri. Pengangguran mungkin hanya satu dari beberapa masalah yang dialami Indonesia dan pemerintah harusnya hendak mengatasinya. Karena kalau satu dari masalah-masalah yang ada tidak diselesaikan maka akan muncul masalah lain yang saling berkaitan. Pada masalah pengangguran ini saja misalnya, dapat manimbulkan masalah sosial lain yang antara lain kemiskinan, kriminalitas, dan munculnya masalah perotaan berpa munculnya kawasan kumuh sebagai akibat dari urbanisasi karena di pedesaan sudah semakin sempitnya lapangan pekerjaan
3. Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalahmasalah sosial lainnya.
Yang bisa kami dapat dari beberapa narasumber, banyak kesamaan yang kami terima. Ya, manusia mana yang ingin hidup dengan berdiam diri seperti itu. Jelas mereka membutuhkan pekerjaannya. Mereka membutuhkan upah atau gaji untuk diri mereka sendiri juga keluarganya.
Kadang apa yang di cita-citakan tidak berbuah seperti apa yang diharapkan. Seperti contoh dari salah satu narasumber kami, pengangguran baru. Sejak sekolah di SMK dia berniat jika lulus nanti dia akan masuk ke perguruan tinggi negeri ternama. Jika tidak lulus, dia akan mengambil plan b yaitu bekerja di salah satu tv swasta. Tetapi, nasib memang berkata lain. Dia tidak lulus di perguruan tinggi negeri impiannya, dan dia juga tidak bisa bekerja di tv swasta karena baru lulusan SMK. Akhirnya sudah dua tahun ini dia menjadi pengangguran. Untuk mencoba test lagi ke perguruan tinggi negeri dia merasa tidak percaya diri, karena dia takut gagal seperti dulu. Untuk bekerja, dia masih mencari-cari pekerjaan apa yang sesuai dengan passionnya, tetapi masih menghargai ijazahnya yang hanya lulusan SMK itu.tapi disisi lain orang tua narasumber masih mendorong untuk tidak menyerah mendapatkan cita – citanya tersebut.
Selama kurun waktu 2bulan didalam 2 tahun ini saja narasumber berusaha mengisi waktu luang tapi banyak yang sia – sia mulai dari berdagang sampai membuat buku. Dan akhirnya narasumber tersebut hanya berlibur dan berdiam diri di rumah.
Tapi akhir – akhir ini narasumber sudah memiliki passion untuk mengisi waktu luang selama dia belum kuliah di tahun depan mencoba kembali mengejar cita – cita, salah satunya dalam menulis awal dari menulis buku yang sia – sia akhirnya suatu waktu dalam waktu sendirinya dirumah dia saat membuka media sosial twitter ada lomba menulis fiksi mini.
Lombanya tersebut dimulai dari awal bulan September sudah banyak prestasi yang ditorehkan mulai dari diundang untuk ikut festival fiksi novel se-Indonesia, sampai mendapat hadiah di produksinya Buku yang waktu lalu sia – sia dan sampai akhirnya,direncanakan narasumber mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di bidang media dan akhirnya tinggal menunggu tanda tangan persetujuan karena usahanya di lomba medsos fiksi mini, dan narasumber juga memberikan kalimat membangun "walaupun memang pengangguran jadilah pengangguran berprestasi dan meraih cita – cita sampai tidak menjadi pengangguran" .
Narasumber yang kedua, pengangguran sudah lama. Dulu dia sempat bekerja, tetapi sejak ada pemberhentian pekerja dalam pabrik yang dia tempati, dia terpaksa harus menjadi pengangguran. Sudah lebih dari 10 tahun dia menganggur. Alasan bapak ini menganggur karena memang pekerjaan untuk saat ini sulit didapat. Pertama, untuk bekerja saja sekarang harus ada ijazah minimal SMA, sedangkan bapak ini SD saja tidak lulus. Kedua, tenaga kerja yang dibutuhkan dikebanyakan pabrik atau tempat kerja yaitu perempuan, bukan lagi laki-laki. Karena kerja perempuan dinilai lebih cepat dan lebih rapih dibandingkan dengan laki-laki. Ketiga, jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah pengangguran yang ada sangat terlihat jelas ketidak seimbangannya, sehingga terjadilah banyak pengangguran padahal tinggal di kota besar.
Dan selain itu juga sang narasumber juga kurang memadai untuk pekerjaan yang lain waktu itu contohnya dia mencoba sebagai supir kendaraan umum tapi setelah banyak test yang dilalui ada satu kriteria yang membuatnya tidak lulus karena suatu alasan yang tidak ingin diketahui oleh kami dan sambil mengisi kekosongan saat menggangur dia hanya mengisi kolom Koran berisi komik dan lembaran ensiklopedi majalah hanya sebagai pekerja lepas yang tidak menentu.
Narasumber ketiga, yaitu istri dari seorang pengangguran.
Sebenarnya mereka juga bukan seutuhnya pengangguran. Mereka juga bekerja tetapi tidak tetap. Karena bekerja jika dibutuhkan saja. Ya mereka menjual jasa yang memang tidak bisa dari sekedar jasa itu mencukupi hidup mereka. Mereka membutuhkan pekerjaan yang layak yang memang bisa membantu untuk kehidupan manusia. Apalagi sebagai seorang bapak atau suami, pasti merasa malu jika istrinya bekerja sedangkan dia hanya berdiam diri dirumah. Seperti sudah tertukar kewajibannya. Dimana yang seharusnya seorang bapak atau suamilah yang menjadi tulang punggung keluarga, tetapi karena suami atau bapaknya ini tidak memiliki pekerjaan, yaa istrinyalah yang menggantikannya. Karena memang sudah tuntutan hidup sang istri terpaksa melakukan apa yang bisa dilakukan dari mulai menjadi pekerja rumah tangga sampai berjualan kecil"an sampai suaminya tersebut mendapat pekerjaan tetap seperti dulu.
Contohnya narasumber ketiga ini dia awalnya adalah seorang PRT di suatu rumah dekat dengan daerah rumahnya sampai modalnya terkumpul narasumber ini akhirnya berjualan kecil"an mulai dari menjual nasi bungkus sampai menyediakan minuman seperti kopi dan minuman jus. Suaminya tersebut terkadang membantu narasumber atau istrinya tersebut berjualan untuk mengisi waktu sampai dia mendapatkan pekerjaan.
Sang istri sebenarnya sudah lelah dengan kenyataan yang ada tapi karena rata" didaerah tersebut pengangguran karena PHK sang istri lama kelamaan menerima kenyataan yang ada dank arena sudah tuntutan hidup di kota besar sang istri melakukan pekerjaannya tersebut berjalan seperti air saja sampai sang suami mendapatkan pekerjaan, dan suaminya beralasan bukan tidak ingin mencari pekerjaan tapi karena memang tidak ada pekerjaan yang pertama tidak sesuai lalu kedua memang dia atau sang suami tersebut memang tidak memenuhi kriteria yang ada didalam pekerjaan yang dia telah cari selama 12 tahun menganggur.
4. Solusi dan Penanganan Masalah Pengangguran
Penanganan masalah pengangguran ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, dimana pihak pemerintah, swasta dan masyarakat sendiri harus berperan secara aktif dalam mengatasi masalah ini.
Peran Pemerintah dalam mengatasi pengangguran:
Salah satu peran pemerintah dalam pengelolaan pembangunan adalah penanggulangan masalah pengangguran dan. Dimana pengelolaan utama yang dilakukan pemerintah adalah untuk menangani masalah buruh, tata guna lahan di pedesaan dan pemajakan serata penyerapan tenaga kerja, Selama ini peran pemerintah sebenarnya sudah ada, terlihat dengan adanya berbagai lembaga yang dibentuk pemerintah dalam menyalurkan tenaga kerja. Lembaga tersebut ada yang bergerak untuk menyalurkan tenaga kerja di perusahaan dalam negeri, perusahaan BUMN, maupun penyaluran tenaga kerja yang ada di luar negeri. Walaupun demikian peran pemerintah ini masih dianggap belum maksimal. Hal ini, terlihat pada pelaksanaan yang ada pada saat ini dimana l;embaga penyalurab tenaga kerja yang ada hanya dalam pelaksanaannya masih kurang berjalan dengan baik. Selain itu, pada saat ini lambaga penyaluran tenaga kerja yang paling banyak diminati adalah lembaga penyaluran tenaga kerja di luar negeri walaupun sebagai pembantu runah tangga, yang tentunya tidak mambutuhkan pendidikan tinggi sebagai persyaratannya. Namun, seolah-olah pemerintah terus menyalurkan tenaga kerja di luar negeri sebagai jalan menangani masalah penganguran di Indonesia, walaupun sudah banyak berbagai kasus yang menimpa tenaga kerja di luar negeri. Sedangkan, usaha yang dilakukan pemerintah daerah masih terlihat kurang cerdas dan imajinatif dalam penanganan masalah pengangguran di daerahnya.
Penanggulangan masalah pengangguran ini seharusnya dilaksanakan dengan memperhatikan potensi daerah masing-masing wilayah di Indonesia yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan demikian maka peran pemerintah daerah dalam menangani masalah penganguran di daerahnya sendiri menjadi prioritas utama. Kaitannya dengan potensi daerah seharusnya pemerintah daerah melihat potensi tersebut ubtuk menciptakan lapangan kerja baru. Misalnya; di sebuah wilayah yang berpotensi dalam hal pariwisata pemerintah daerah harus melihat peluang untuk menciptakan lapangan kerja bagi warganya dengan mendirikan lembaga-lembaga pelatihan yang bergerak dalam pembuatan kerajinan tangan yang nantinya dapat dipasarkan kepada wisatawan yang datang, selain itu pemerintah daerah juga harus mengelola tempat pariwisata tersebut supaya tetap menarik dan bahkan dapat berkembang.
Pendirian usaha padat karya yang diatur pemerintah juga sangat penting, karena dengan industri padat karya ini mampu mengyerap banyak angkatan kerja di sekitar. Pemerintah juga harus memperhatikan masalah kapitalisme yang semakin lama semakin menaungi perekonomian manusia. Kapitalisme menumbuhkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia bahkan investor asing dengan leluasa mampu menanamkan modalnya di Indonesia. Pemerintah sebagai pemegang wewenang untuk mengatur perekonomian negara harus mampu memberikan peraturan yang tegas supaya perusahaan asing yang ada di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja Indonesia dengan kuota yang besar, tidak seperti selama ini yang justru bekerja hanya sebagai pekerja kasar bagi perusahaan asing di negeri sendiri, dan untuk duduk sebagai tenaga ahli tentunya membutuhkan pendidikan yang cukup. Sehingga, pada akhirnya pemerintah juga harus memperhatikan pendidikan demi kesejahteraan rakyatnya. Pendidikan disinai dapat berupa peningkatan mutu pendidikan formal maupun peningkatan mutu lembaga pelatihan dan penyaluran tenaga kerja.
Upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan menyalurkan bantuan kepada masyarakat terutama kepada pengusaha kecil dan menengah berupa kredit dengan bunga ringan. Dengan demikian maka usaha kecil dan menengah akan tumbuh semakin pesat dan berkembang yang tentunya akan menyerap tenaga kerja yang ada.
Apabila hal ini sudah dapat dilaksanakan maka pemerintah harus senantiasa memelihara sistem yang ada, seperti yang dungkapkan teoritisi sosiologi modern Talcott Parsons dimana setiap sistem sosial akan mengalami adaptasi atau penyesuaian diri, dalam hal ini dengan lingkungan yang semakin berubah. Kemudian diikuti dengan pencapaian tujuan yang diharapakan untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara pengintegrasian masing-masing sistem dan pola. Dan yang terakhir adalah pemeliharaan sistem-sistem atau pola tersebut.
1. Peranan pihak swasta
Dalam hal penanganan masalah pengangguran ini peran pihak swasta juga diperlukan, terutama pihak swasta harus mampu bekerja sama dengan pemerintah baik pusat maupun daerah. Dalam sebuah kebijakan pemerintah hendaknya mampu di taati dengan baik oleh pihak swasta terutama tentang tenaga kerja. Peran swasta dapat terlihat apabila perusahaan milik swasta mampu menciptakan lapangan kerja yang baru yang benar-benar menyerap banyak tenaga kerja di setiap daerah.
Pihak swasta dapat berupa pembangunan perusahaan padat karya yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, pihak swasta juga dapat mendirikan perusahaan-perusahaan dalam skala kecil yang mampu menyererap tenaga kerja tanpa pendidikan tinggi, karena hanya memebutuhkan sedikit ketrampilan saja melalui pelatihan-pelatian yang tidak terlalu lama. Perusahaan kecil ini sangat cocok apabila didirikan di daerah pedesaan dengan mayoritas angkatan kerjanya tidak berpendidikan tinggi. Dengan cara demikian lah maka pengangguran di desa dapat diatasi atau paling taidak dapat barkurang.
Peran Sosiolog
Ahli sosiologi atau sosiolog yang tentunya peka terhadap masyarakat dan sangat menguasai konsep-konsep sosiologi tentunya diharapkan mampu berperan dalam membantu pemerintah untuk menangani masalah-masalah sosial yang ada. Dalam hal ini sosiologi dapat berperan sebagai konsultan kebujakan pemerintah. Kebijakan yang dilakukan pemerintah sering mengalami kgagalan, hal ini karena pemerintah tidak dapat mengetahui keadaan masyarakat yang ada. Karena itu peran sosiolog sangat diperlukan. Menurut Paul B Horton (1984,44) sosiolog dapat membantu meramalkan pengaruh dari suatu kebijakan dan dengan dengan demikian membantu dalam pemilihan kebijakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Selain itu sebagai ahli riset sosiologi jugs sangat membantu apa yang seharusnya dilakukan pemerintah. Menurut Jabal Tarik (2002) sosiolog sebagai ahli riset dalam hal ini mampu meneliti suatu daerah dengan pemahaman pedesaan secara cepat ( Rapid Rural System Appraisal ) yaitu merupakan penelitian keadaan pedesaan yang sifatnya cepat, fleksibel,niterative, berorientasi sistem, partisipatif, biaya efektif, dan interdisipliner. Seperti yang kita tahu bahwa jimlah pengangguran yang paling banyak adalah terdapat di pedesaan, maka apabila menggunakan cara penelitian yang demikian mala akan sangat cocok untuk menangani masalah pengangguran yang ada.
Sosiologi juga dapat berperan sebagai teknisi yang terlinat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat, memberi saran dalam hubungan masyarakat, dan hubungan antar kelompok dalam hal organisasi dan perekonomian.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang harus segera ditangani. Karena kalau tidak ada penanganan yang serius maka akan menimbulkan masalah sosial yang lain antara lain kriminalitas, kemiskinan, dan munculnya arus urbanisasi yang menyebabkan munculnya kawasan kumuh diperkotaan. Peran pemerintah sebagai penentu kebijakan dan sosiolog sebagai konsultan kebijakan serta pihak swasta dalam menangani masalah ini.
Pengangguran di Indonesia yang telah mencapai puluhan juta orang
merupakan suatu masalah yang mendesak yang harus segera dipecahkan karena
dampak pengangguran itu akan sangat berbahaya bagi tatanan kehidupan sosial. Adalah fakta bahwa berbagai kejahatan sosial seperti pencurian/ penodongan/ perampokan, pelacuran, jual beli anak, anak jalanan dan lain-lain merupakan dampak dari pengangguran. Dilihat dari dampaknya yang luas terhadap tatanan kehidupan sosial, pengangguran telah menjadi kuman penyakit sosial yang relatif cepat menyebar, berbahaya dan beresiko tinggi menghasilkan korban sosial yang pada gilirannya menurunkan kualitas sumber daya manusia, martabat dan harga diri manusia. Karena itulah maka melalui strategi komunikasi pembangunan, kebijakan-kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis mutlak dilakukan agar angka pengangguran dapat ditekan/dikurangi. Dengan kebijakan yang langsung menyentuh permasalahan pengangguran, maka penyebab dari berbagai patologi sosial yang dialami masyarakat saat ini dapat dikurangi. Berbagai masalah sosial perkotaan yang meresahkan masyarakat saat ini berakar dari kesulitan hidup atau kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh ketiadaan sumber hidup(pekerjaan).
Lampiran
Ritzer, George dan Douglass J Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
Hortn, Paul B dan Chester L Hunt. 1984. Sosiologi Edisi keenam. Jakarta: Erlangga
Effendi, Tajudin Noer. 1995. Sumber Daya Manusia, Peluang kerja dan kemiskinan. Yogyakarta; Tria Wacana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar