Selasa, 29 Desember 2015

TUGAS AKHIR SEMESTER PENGANTAR SOSIOLOGI

Sinar Mega Nurani Putri (11150510000049) KPI 1B
Rissa Diah Dwi Djayanti (11150510000156) JURNALISTIK 1A
Atikah Rahmah (11150510000069) JURNALISTIK 1B

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Mengapa gejala social ini penting ditulis?

Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara indonesia adalah masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung  terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah – masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi  yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangan besar dan kompleks.

Keterbatasan lapangan pekerjaan di indonesia khususnya di kota-kota besar sangatlah tinggi dari tahun ketahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja  setiap tahun mengalami kenaikan tidak pernah mengalami penurunan. Dan pada akhirnya masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi  lembaga pendiddikan jika masalah pengangguran masih trus seperti ini dari tahun ke tahun.

Pengangguran bisa terjadi juga karena jumblah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumblah pencari kerja.  Juga kompetensi  pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang   efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Adanya juga hal-hal lain yang bisa membuat terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebaban antara lain, perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usaha akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif.

B.     Landasan teori sosiologi

Berdasarkan Teori perubahan social dan budaya Karl Marx , yang menjadi tinjauan atas  kasus sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti yang telah kelompok telah kami ambil yaitu permasalahan sosial yang sering terjadi yaitu penngguran. Untuk mencari permaslahan guna pembelajaran. Berdasarkan teori teori Karl marx  bahwa perubahan social dan budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max weber lebih pada system gagasan, system pengetahuan, system kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan. Menurut Douglas (1973), mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi mempelajari struktur.

George C. Homans yang mempelajari mikrososiologi mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari, sedangkan Gerhard Lenski lebih menekankan pada struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecenderungan jangka panjang yang menandai sejarah. Talcott Parsons yang bekerja pada ranah makrososiologi menilai struktur sebagai kesalingterkaitan antar manusia dalam suatu sistem sosial. Coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia atau masyarakat. Kornblum (1988) menyatakan struktur merupakan pola perilaku berulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat. Status yang diperoleh adalah status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan antar individu yang dibawa sejak lahir. Sedangkan status yang diraih didefinisikan sebagai status yang memerlukan kualitas tertentu. Status seperti ini tidak diberikan pada individu sejak ia lahir, melainkan harus diraih melalui persaingan atau usaha pribadi. Social inequality merupakan konsep dasar yang menyusun pembagian suatu struktur sosial menjadi beberapa bagian atau lapisan yang saling berkait.

Konsep ini memberikan gambaran bahwa dalam suatu struktur sosial ada ketidaksamaan posisi sosial antar individu di dalamnya. Terdapat tiga dimensi dimana suatu masyarakat terbagi dalam suatu susunan atau stratifikasi, yaitu kelas, status dan kekuasaan. Konsep kelas, status dan kekuasaan merupakan pandangan yang disampaikan oleh Max Weber (Beteille, 1970). Kelas dalam pandangan Weber merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan yang sama dalam proses produksi, distribusi maupun perdagangan. Pandangan Weber melengkapi pandangan Marx yang menyatakan kelas hanya didasarkan pada penguasaan modal, namun juga meliputi kesempatan dalam meraih keuntungan dalam pasar komoditas dan tenaga kerja. Keduanya menyatakan kelas sebagai kedudukan seseorang dalam hierarkhi ekonomi. Sedangkan status oleh Weber lebih ditekankan pada gaya hidup atau pola konsumsi. Namun demikian status juga dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti ras, usia dan agama (Beteille, 1970).

Berbagai kasus yang disajikan oleh beberapa penulis di depan dapat kita pahami sebagai bentuk adanya peluang mobilitas sosial dalam masyarakat. Kemunculan kelas-kelas sosial baru dapat terjadi dengan adanya dukungan perubahan moda produksi sehingga menimbulkan pembagian dan spesialisasi kerja serta hadirnya organisasi modern yang bersifat kompleks. Perubahan tatanan masyarakat dari yang semula tradisional agraris bercirikan feodal menuju masyarakat industri modern memungkinkan timbulnya kelas-kelas baru. Kelas merupakan perwujudan sekelompok individu dengan persamaan status. Status sosial pada masyarakat tradisional seringkali hanya berupa ascribed status seperti gelar kebangsawanan atau penguasaan tanah secara turun temurun. Seiring dengan lahirnya industri modern, pembagian kerja dan organisasi modern turut menyumbangkan adanya achieved status, seperti pekerjaan, pendapatan hingga pendidikan.Teori inkonsistensi status telah mencoba menelaah tentang adanya inkonsistensi dalam individu sebagai akibat berbagai status yang diperolehnya. Konsep ini memberikan gambaran bagaimana tentang proses kemunculan kelas-kelas baru dalam masyarakat sehingga menimbulkan perubahan stratifikasi sosial yang tentu saja mempengaruhi struktur sosial yang telah ada. Apabila dilihat lebih jauh, kemunculan kelas baru ini akan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi antar individu dalam masyarakat baik dalam perebutan kekuasaan atau upaya melanggengkan status yang telah diraih. Fenomena kompetisi dan konflik yang muncul dapat dipahami sebagai sebuah mekanisme interaksional yang memunculkan perubahan sosial dalam masyarakat.

C.    Metode penelitian

Metode Kualitatif

Metode ini mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.

Observasi sendiri ialah metode atau cara cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pada dasranya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,karena dengan menggunakan metode ini kami dapat langsung berinteraksi dengan subjek dan objek yang akan kami teliti.

Sedangkan, Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.  Pada dasarnya wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

 

BAB II

KAJIAN LOKASI

Tema yang kami ambil pada tugas kelompok turun lapangan kali ini yaitu mengangkat tema pengangguran, dari mulai wawancara pekerja , wawancara pengangguran yang sudah lama, sampai wawancara terhadap pengguran baru. Teori yang kami pakai yaitu teori karl marx, menggunakan teori kualitatif. Dimulai dari kami tentukan waktu , tempat lokasi , beserta nara sumber yang akan di jadikan bahan wawancara.

Hari pertama kami turun lapangan mencari data yang baru saja nganggur di salah satu tempat di daerah pamulang, sesampai di sana kami tindak begitu menemui kendala yang besar, sampai wawancara berakhirpun sang narasumber cukup bersahabat, membuat wawancara pertama kami ini berjalan lancer, lalu setelah usai mewawancara kami tak tak langsung pulang masing masing, kami teruskan mengolah data data yang kami dapat dari wawancara tadi, selesai mengolah data baru kami pamit pulang masing masing.

Hari kedua pejumpaan kami, kami tentukan kembali lokasi tempat wawancara berserta narasumber yang ingin kami wawancarai, sepakat kami wawancara terjun lapangan ke daerah yang sama dengan wawancara sebelumnya yaitu di daerah pamulang, wawancara kali ini kami mewawancarai narasumber yang sudah berkerja, wawan cara ini juga tak menemui banyak kendala, dan terhitung cukup lancer, dari mula awal wawancara, berlangsungnya wawancara sampai selesai wawancar cukup lancar.setelah usai kami bergegas kembali tak langsung pulang masing masing, melainkan kembali mengerjakan tugas ini, dengan mengolah data wawancara yang baru saja kami dapat dan memperbaiki data wawancara yang sebelumnya pula.

Pertemuan selanjutnya, pertemuan ke tiga kami mengambil wawancara mengenai pengangguran yang sudah lama tak mendapatkan pekerjaan, kali ini cukup sulit, karna narasumber yang inin kami wawancara tidak sedikit yang bersedia meluangkan waktunya untuk di pinta wawancara, dngan berbagai alas an yang menyatakan dirinya keberatan untuk di mita waktunya kita wawancarai, walau sedikit mendapat kendala pada akhirnya, ada salah satu nara sumber yang bersedia meluangkan waktunya untuk dipinta tolong , agar bisa kami wawancarai, wawancara cukup lancer setelah melewati sedikit kendala , kali ini kami mewawancarai narasumber di daerah yang cukup jauh yaitu di daerah bekasi, setelah usai mewawancarai kami beranjak masing masing pulang untuk istirahat, wawancara kali ini cukup melelahkan dan mmakan waktu yang lebih panjang dari wawancara sebelumnya. Pertemuan keempat, kami mengolah ketiga data wawancara kami menjadi satu kesatuan tugas menyempurnakan dan menyelesaikan tugas kelompok kami, hari ini kami lembur sampai sore menjelang magrib mengerjakan tugas, setelah uasi mengerjakan tugas kami baru mengirim tugas kami ke email beserta blog dosen mata kuliah kami dosen sosiologi.

 

BAB III

ANALISIS KASUS

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Statistik pengangguran

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja.

Jenis pengangguran

Berdasarkan jam kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:

  • Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
  • Pengangguran setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
  • Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

Berdasarkan penyebab terjadinya

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 9 macam:

  • Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran karena pekerja menunggu pekerjaan yang lebih baik.
  • Pengangguran struktural (Structural unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja.
  • Pengangguran teknologi (Technology unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang diterapkan.
  • Pengangguran kiknikal adalah pengangguran yang disebabkan kemunduran ekonomi yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menampung semua pekerja yang ada. Contoh penyebabnya, karena adanya perusahaan lain sejenis yang beroperasi atau daya beli produk oleh masyarakat menurun.
  • Pengangguran musiman adalah pengangguran akibat siklus ekonomi yang berfluktuasi karena pergantian musim. Umumnya pada bidang pertanian dan perikanan. Contohnya adalah para petani dan nelayan.
  • Pengangguran setengah menganggur adalah pengangguran di saat pekerja yang hanya bekerja di bawah jam normal (sekitar 7-8 jam per hari).
  • Pengangguran keahlian adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian. Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran tidak kentara dikarenakan mempunyai aktivitas berdasarkan keahliannya tetapi tidak menerima uang.
  • Pengangguran total adalah pengangguran yang benar-benar tidak mendapat pekerjaan, karena tidak adanya lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk menciptakan lapangan kerja.
  • Pengangguran unik adalah pekerja yang menerima gaji secara rutin tanpa pemotongan, tetapi di tempat kerjanya hanya sering diisi dengan bercerita sesama pekerja karena minimnya pekerjaan yang harus dikerjakan.

Penyebab pengangguran

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu proses pembangunan.

Akibat pengangguran

Bagi perekonomian negara

  1. Penurunan pendapatan perkapita.
  2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
  3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
  4. Dapat menambah hutang negara.

Bagi masyarakat

  1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
  2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
  3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Tunjangan pengangguran

Tunjangan penangguran adalah penerimaan tunjangan tunai bagi para pengangguran untuk jangka waktu tertentu. Tunjangan ini dibayarkan dari dana yang berasal dari kontribusi pemberi kerja (perusahaan), pekerja dan pemerintah.

Tunjangan pengangguran  akan membantu pekerja finansial yang telah hubungan kerja mereka telah diakhiri untuk periode waktu yang terbatas saat mereka berusaha mencari pekerjaan lain.

Sayangnya di Indonesia sampai saat ini belum ada peraturan mengenai tunjangan pengangguran. Adapun begitu akan tetapi Undang-Undang mengatur mengenai adanya uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak saat terjadi pemutusan hubungan kerja. Peraturan mengenai perhitungan uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian terdapat dalam pasal 156 Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.


HASIL WAWANCARA:

Pengangguran lama

Sore ini saya dan kawan kawan pergi terjun langsung kelapangan untuk mencari data wawancara, kali ini kami mencari data wawancara kepada seorang pengagguran yang sudah lama mencari kerja namun tak kunjung dating , bermula menentukan waktu dan tempat, lalu sore itu kami berkumpul dan bergegas menjumpai nara sumber, setelah sampai ke tempat lokasi dan menjumpai narasumber kami mengemukakan maksud dan tujuan kami lalu memulai sesi wawancara dengan pembukaan mengenalkan diri ,dan mengemukakan maksud dan tujuan kami, lalu lanjut ke sesi wawancara Tanya jawab bermula dengan pertanyaan mennyakan nama,  maaf Nama kk siapa? Iya menjawab, nama saya shigit mujidin, kemudian saya bertanya lagi , tinggal di mana k? pamulang de, jawabnya. Lalu saya menegaskan kembali dengan bertanya, asli pamulang k? Iya menjawab , iya, asli pamulang. sudah kerja k? belum de, jawabnya dengan mimik yang cukup menggambarkan kekecewaannya. Lalu saya bertanya kembali, sudah lama gk kerja atau baru keluar dari kerjaan k? sudah lama mengaggur de, tegas jawabnya. Lalu saya bertanya kembali, berapa lama k? Dia jawab, dari berhenti sekolah aja de.

Lalu saya kembali melontarkan pertanyaan , maaf, kk lulusan apa kalo boleh tau? Dengan muka penuh sesal ia menjawab lirih , SMP doang saya , SMA setahun doang gak lanjut gak lama berhenti. Memecahkan Susana saya kembali member pertanyaan, untuk memsatikan kenapa ia berhenti sekolah,  kalau boleh tau kenapa berhenti k? Lalu ia menjawab dengan penuh sesal , dulu kebawa temen yang males de, makanya kuliah yang bener biar gk kaya saya nyesel. Lalu saya kembali bertanya, kk udah pernah cari kerja sebelumnya?  ya pernahlah de beberapa kali, tapi gagal ajah, sekali dapet ya gitu kerjaannya cape banget dan gaji gk seberapa, jawabnya dengan muka sedih, dan kecewa. Lalu saya melanjutkan pertanyaan, kalo semisal gagal itu, gagal dimananya, pas interview atau gimana k? Iya menjawab, yak macem macem ada yang pas interview ada yang gk dipanggil panggil. Lalu saya meneruskan kembali pertanyaan saya, usaha kedepan kk bagai mana mau lanjut berjuang mencari kerja, atau bagai mana ? mau mencari kerja lagi de, kan nanti bakal berkeluarga nanti mau nafkahin pake apa kalo gk kerja mah, ia menjawab lagi lagi dengan muka penuh kekecewaan dan cukup menggambarkan patah semangat. Lalu saya memecahkan Susana dengan member semangat , dengan berkata ,  tetep semangat yah k, lalu ia membalas dengan menjawab ,iya de terima kasih, seraya senyum.

Pengangguran baru

Dari wawancara yang kami lakukan mengapa para pengangguran di negara ini khususnya negara indonesia dan begitu banyaknya para mengangguran di ibu kota dan sampai saat ini masalahnya belum bisa terselesaikan untuk megurangi peningkatan pengangguran pasalnya setiap tahunya pengangguran akan terus meningkat dan menurut dari kisah narasumber yang kami wawancarai yang kebetulan narasumber  ini hanya bersedia untuk di wawancarai dan tidak bersedia dicantumkan identitasnya dan narasumber kami ini adalah seorang sarjana yang baru saja lulus dari universitas brawijaya malang  dan menganggur sudah hampir 3 bulan dan selama tiga bulan ini sudah banyak usaha yang telah ia lakukan untuk mendapatkan pekerjaan tetapi masih belum ada panggilan pekerjaan. Dari mulai mencari di internet dan juga datang ke job fair dan memasukan lamaran pekerjaan via pos. Dan sampai saat ini belum ada panggilan pekerjaan yang datang dan menurut narasumber kami ini mencari pekerjaan di ibu kota ini tidak lah mudah walaupun sudah memiliki bekal seperti lulusan sarjana tapi kenyataannya masih saja susah mendapatkan pekerjaan dan dirasa tidak ada perbedaan dengan yang lulusan SMA masih sama-sama susah mendapatkan pekerjaan.

Menurut kakak yang saya wawancrai ini ada banyak kesulitan yang ia dapat saat melamar kerja karena masih bnayak perusahaan yang merekrut pekerja lewat SDM dan sering di sebut dengan yayasan dan jarang sekali perusahaan yang tidak memakai jasa SDM  itulah faktor yang membuat para pencari kerja kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena SDM atau yayasan pun memiliki syarat-syarat agar bisa masuk di perusahaan yang ia inginkan dan juga biaya yang harus di keluarkan tidak sedikit berkisar dari 2 hingga 3 juta untuk perusahaan yang biasa saja dan bergaji kecil dan 4 juta hingga 5 juta untuk bisa di terima bekerja di perusahaan yang bonavit dan bergaji tinggi. Dengan adanya ini dirasa sangat menyulitkan para pencari kerja dengan tingginya harga yang di tawarkan bagi pencari kerja dan juga banyak sekali para pekerja yang ragu mendaftarkan diri lewat yayasan karena begitu banyaknya penipuan yang sering terjadi dari mulai sudah membayar kemudian tidak ada informasi lebih lanjut dan tidak adanya panggilan pekerjaan. dari situ kita dapat lihat ada ketidak efektifan sistem pencarian pekerjaan di ibu kota ini dan itu lah mengapa pengangguran selalu meningkat tiap tahunnya. Dan harapan narasumber yang kami wawancarai semoga pemerintah semakin memeprluas dan meningkatkan lapangan pekerjaaan untuk calon pekerjan apa lagi khususnya untuk yang berjenjang  sarjana karena menurut narasumber yang kami wawancarai sudah tidak ada bedanya lagi yang lulusan SMA dan yang  lulusan sarjana, masih susah juga mendapatkan pekerjaan. Jadi pemerintah harus bisa mencarikan solusi untuk masalah ini. Karena banyak harapan orang tua yang menguliahkan anaknya agar di masa depan mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Tetapi kenyataannya belum bisa dikatakan seperti itu karena banyaknya instansi-instansi atau penyalur pekerja yang kurang efektif di indonesia ini.

Karyawan kerja

Wawancara kami yang terakhir yaitu mewawancarai seseorang yang sudah bekerja, ia bekerja di pabrik atau sering disebut dengan PT. Awalnya ia mencoba melamar disebuah pabrik kemudian dengan pendidikannya yang hanya lulusan SMK ia diterima melalui link atau kerabat dekatnya. Ia bekerja sudah 5 tahun dan sambil bekerja ia juga meneruskan pendidikannya dijenjang strata 1 dengan jurusan pendidikan matematika di universitas daerah pasar minggu. Setelah wisuda dan mendapatkan gelar Strata 1 ia mencoba peruntungan kembali untuk melamar pekerjaan sesuai dengan bidang yang dimilikinya sebagai seorang guru. Usahanyapun membuahkan hasil memuaskan ia bisa diterima bekerja di sekolah dasar yang diinginkan. Lalu ia meninggalkan pekerjaannya yang lama untuk menjadi guru. Dari hal tersebut kita bisa lihat asalkan ingin berusaha dan memiliki banyak kerabat atau link agar begitu mudahnya narasumber kami mendapatkan pekerjaan sambil meneruskan pendidikannya.

 

BAB IV

KESIMPULAN

Dari wawancara yang kami lakukan untuk memenuhi tugas kelompok ini guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester, banyak nilai yang berisi pebelajaran, salah satu nya yaitu yang kan kami jadikan kesimpulan , yaitu penyebab pengangguran beserta upaya untuk meminimalisir pengangguran, yaitu yang akan kami lampirkan sebagai berikut.

 

Upaya untuk meminimalisir pengangguran , cara yang digunakan adalah:

  • Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
  • Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
  • Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
  • Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

Cara mengatasi pengangguran friksional

Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:

  • Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
  • Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
  • Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
  • Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
  • Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

Cara mengatasi pengangguran musiman

Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut:

  • Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
  • Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

Cara mengatasi pengangguran siklis

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:

  • Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
  • Meningkatkan daya beli masyarakat.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/jaminan-sosial/pengangguran

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Hortn, Paul B dan Chester L Hunt. 1984. Sosiologi Edisi keenam. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini