Selasa, 29 Desember 2015

UAS Sosiologi, sekolah elit dan non-elit_Robiatul Adawiyah jurnalistik 1B (11150510000213) Adithya Lesmana jurnalisti 1A (11150510000127) wisesha KPI 1B (11150510000092)

Analisis Gejala Sosial

Sekolah Elit dan Sekolah Non-Elit

 

Dosen Pembimbing:

Dr. Tantan Hermansyah, M.Si

 

 

 

Di susun oleh:

Robiatul Adawiyah / Jurnalistik 1B (11150510000213)

Adithya Lesmana / Jurnalistik 1A (11150510000127)

Wisesha / KPI 1B (11150510000092)

 

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

1.     Pendahuluan

a.       Mengapa gejala sosial ini penting untuk ditulis atau diteliti.

 

Gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat dapat diartikan sebagai  sebuah fenomena sosial. Munculnya fenomena sosial dimasyarakat berawal dari adanya perubahan sosial. Perubahan sosial itu tidak dapat kkita hindari, namun kita masih dapat mengantisipasinya. Perubahan sosial adda yang bersifat positif dan negatif, sehingga kita harus hati-hati dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

 

Fenomena sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat dapat menimbulkan masalah sosial. Adapun beberapa contoh fenomena sosial seperti munculnya kesenjangan sosial, demam musik luar (boyband/girlband), pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.

 

Gejala sosial juga diartikan sebagai suatu pristiwa yang sering terjadi pada lapisan masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

 

Penelitian atau riset pada dasarnya merupakan suatu penyelidikan yang sistematis dan metodis atas suatu masalah untuk menemukan solusi atas masalah tersebut dan menambah khazanah pengetahuan.

 

Penelitian adalah penyelidikan yang sistematis untuk menemukan jawaban atas masalah. Penelitian dapat digambarkan sebagai upaya yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik yang memerlukan solusi. Ini adalah serangkaian langkah-langkah dirancang dan diikuti, dengan tujuan menemukan jawaban terhadap isu-isu yang perhatian kepada kita dalam lingkungan kerja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.      Landasan teori sosiologi

 

Dalam meneliti kasus ini kami berlandaskan teori Karl Marx. Dalam teori kelas Karl Marx menganggap bahwa masyarakat terbagi ke dalam kelas-kelas dan kelas ini saling berhubungan akibat interaksi manusia dalam rangka bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan. Jadi, teori kelas merupakan analisis objektif terhadap hubungan masyarakat.

 

Kelas-kelas tidak datang secara subjektif, namun merupakan hasil pengorganisasian kelas kapitalis dalam rangka membangun nilai-nilai mereka.

 

Teori Kelas merupakan teori yang berdasarkan pemikiran bahwa: "sejarah dari segala bentuk masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian anatara golongan". Analisa Marx mengemukakan bagaiamana hubungan antar manusia terjadi dilihat dari hubungan antara posisi masing-masing terhadap sarana-sarana Produksi, yaitu dilihat dari usaha yang berbeda dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang langka. Perbedaan atas sarana tidak selalu menjadi sebab pertikaian antar golongan. Marx Beranggapan bahwa posisi didalam struktur yang seperti ini selalu mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki nasib mereka. Marx beranggapan bahwa meskipun gejala-gejala historis adalah hasil dari mempengaruhi berbagai komponen, namun pada analisa terakhir hanya ada satu independent variable yaitu Faktor Ekonomi. Dan menurut Marx sendiri, perkembangan-perkembangan politik, hukum filsafat, kesusasteraan serta kesenian, semuanya tertopang pada faktor ekonomi.

 

Kelas sosial atau golongan sosial merujuk pada stratifikasi (penggolongan) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat ditemukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat.

 

 

 

 

 

c.       Metode

 

Metode yang kami gunakan dalam penelitian kali ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak walaupun bahan-bahan tersebut secara nyata ada dalam masyarakat. Dalam metode kualitatif ini, terdapat bebrapa jenis metode, antara lain:

·         Metode historis, yaitu metode yang menggunakan analisis atas peristiwa yang terjadi di masa lampau untuk menghasilkan prinsip-prinsip umum dari pola-pola sosial, proses, dan perubahannya.

·         Metode komparatif, yaitu metode yang mementingkan perbandingan antara berbagai jenis masyarakat beserta bidang-bidangnya, tujuannya untuk menghasilkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan serta sebab dan akibat-akibatnya.

·         Metode studi kasus, jenis metode ini yang kami gunakan dalam penelitian kami. Metode studi kasus yaitu metode pengamatan tentang suatu keadaan kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, maupun induvidu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus antara lain: wawancara (interview), daftar pertanyaan (questionnare), dan participant observer technique (pengamat terlibat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat) yang diamati.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.     Gambaran Lokasi

 

·         Gambaran lokasi sekolah yang masuk dalam kriteria elit.

 

 

Sekolah Menengah Atas Bakti Mulya 400 atau nama ringkasnya SMA Bakti Mulya 400, merupakan sebuah Sekolah Menengah Atas Swasta yang terletak di Jl. Lingkar Selatan, Pondok Pinang Propinsi DKI Jakarta Kab/Ktmdy Jakarta Selatan, Indonesia.

 

Sekolah ini berlokasi di pinggir tol pondok pinang, deket carrefour lebak bulus. Akses masuk ke sekolah ini sangat strategis. Banyak kalangan artis yang menempuh pendidikan di sekolah ini. Fasilitas yang ada di sekolah ini pun lebih lengkap dan lebih menarik dari sekolah SMA lainnya.

 

 

 

 

 

·         Gambaran lokasi sekolah yang masuk dalam kriteria menengah.

 

 

Sekolah yang beralamat di Jl. Mampang Prapatan IV No.74, Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12790 ini bernama Madrasah Aliyah Al-Khairiyah termasuk dalam kategori sekolah menengah elit.

 

Sekolah al-khairiyah memiliki 2 gedung yang berhadapan yang terletak di jalan Mampang Prapatan di gedung pertama terdapat Aliyah & Tsanawiyah sedangkan di gedung kedua terdapat Ibtidaiyah, kantin, tempat parkr dan aula olahraga. Disana kita dapat mendalami ilmu agama agar lebih baik lagi disana pula diadakan ekstrakulikuler yang bermacam-macam mulai dari pramuka, paskibra, kesenian dan lain-lain. Suasana disana amatlah kekeluargaan serta guru-gurunya yang bijaksana.

 

Letak sekolah ini cukup strategis, akses masuk sekolah ini pun mudah. Hanya saja sekolah ini berada di dalam, tidak dekat dengan jalan raya.

 

 

 

           

·         Gambaran lokasi sekolah non-elit.

 

 

Sekolah SMA Puspita Bangsa beralamat di Jl. Aria Putra No. 9, Tangerang Selatan, Banten 15414, Indonesia. Persis di depan pasar ciputat, depan toko buah-buahan. Tertutup oleh ruko-ruko yang ada di pasar Ciputat. Dekat dengan pangkalan angkot.

 

Bangunannya berlantai dua, letaknya tidak strategis karena gerbang sekolahnya terhalang oleh ruko-ruko. Di depannya pula terdapat banyak tumpukan sampah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.     Analisis Kasus

 

Kelas adalah satu konsep yang mengukur kedudukan sosial manusia dari segi kebendaan dan merupakan satu pembentukan sosial yang tidak dapat dipisahkan daripada institusi ekonomi yang menguruskan hal-hal seperti harta, pendapatan, kewangan, pelaburan, tagihan kekayaan, tenaga kerja dan pembahagian buruh dalam masyarakat. Perjuangan kelas merupakan sesuatu yang terjadi sepanjang masa yang didasarkan semata-mata karena penindasan si kaya terhadap si miskin.

 

            Karl Marx menganggap kelas adalah statifikasi unggul dalam masyarakat manusia dan perkara yang menjelaskan perbedaan sosial. Marx menentang adanya system kelas yang telah membeda-bedakan masyarakat, Marx menginginkan terbentuknya kesamaan yang bermaksud bahawasanya masyarakat tidak harus saling membeda-bedakan diantara status samada kaya, miskin, pandai, tidak pandai dan sebagainya yang ada dalam masyarakat tersebut.

 

Adapun beberapa definisi kelas sosial menurut para ahli, yakni:

-    Menurut Pitrim A. Sorokin yang dimaksud dengan kelas sosial adalah "pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah.

 

-    Menurut Peter Beger mendefinisikan kelas sebagai "a type of stratification in which one's general position in society is basically determined by economic criteria" seperti yang dirumuskan Max dan Weber, bahwa konsep kelas dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, maksudnya disini adalah bahwasanya pembedaan kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi. Yang mana apabila semakin tinggi perekonomian seseorang maka semakin tinggi pula kedudukannya, dan bagi mereka perekonomiannya bagus (berkecukupan) termasuk kategori kelas tinggi (high class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup bahkan kurang, mereka termasuk kategori kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).

 

-    Menurut Jeffries mendefinisikan kelas sosial merupakan "social and economic groups constituted by a coalesence of economic, occupational, and educational bond". Maksudnya adalah bahwa konsep kelas melibatkan perpaduan antara ikat-ikatan. Yang diantaranya adalah ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Yang mana ketiga dimensi tersebut saling berkaitan. Jeffries mengemukakan bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya dasar yang dijadikan pedoman untuk mengklasifikasikan adanya kelas sosial, akan tetapi ketiga dimensi diatas mempunyai keterikatan yang erat. Seperti contoh orang yang mempunyai ekonomi yang bagus (kaya) belum tentu mempunyai pendidikan yang bagus (sarjana). Menurut Jeffries pendidikan dan pekerjaan juga merupakan aspek penting dari kelas, karena pendidikan sering menjadi prasyarat untuk seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak.

 

Secara umum klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut.

a)      Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan kelas ini dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang dijalankan, dan lain-lain.

b)      Kelas sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan. Keadaangolongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas atas.

c)      Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani.

 

Dalam pengertian umum kelas atas (elite) menunjukkan sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan  kecil yang memegang kekuasaan. Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : " posisi di dalam masyarakat di puncak struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas." Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive.

 

Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapitalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah golongan pembela setia kaum kapitalis.

 

Kami melakukan penelitian guna membandingkan antara kelas elit, menengah dan non-elit. Kami mengambil data 9 narasumber dari masing-masing sekolah. Sekolah pertama yang kami teliti adalah SMA Bakti Mulya 400.

 

SMA Bakti Mulya 400 didirikan pada tahun pelajaran 1999/2000. Dilihat dari usianya SMA Bakti Mulya 400 baru berusia + 13 Tahun.

Dimulai pada tanggal 30 September 1983 ditandatanganinya surat perjanjian kerja sama dalam bidang pendidikan antara Yayasan Keluarga 400 dengan Yayasan Pondok Mulya. Yayasan Keluarga 400 merupakan organisasi yang menghimpun ex Tentara Pelajar Bataliyon 400 Brigade 17, sedangkan Yayasan Pondok Mulya adalah yayasan pengelola Real Estate Pondok Indah.

Dalam rangka kerja sama tersebut, lahirlah Badan Kerja Sama Pendidikan Pondok Mulya Ikatan Keluarga 400 disingkat BKSP Pondok Mulya - Ikatan Keluarga 400. Keputusan kerja sama tersebut merupakan kesepakatan bersama untuk ikut serta dalam menopang kebijakan pemerintah di bidang pendidikan melalui usaha penyediaan fasilitas pendidikan yang menampung anak-anak usia sekolah. Selanjutnya dalam usaha kerja sama tersebut menggunakan nama Badan Kerja Sama Pendidikan Pondok Mulya - Ikatan Keluarga 400. Namun setelah mengalami beberapa proses akhirnya disepakati nama yang lebih praktis yaitu Badan Kerja Sama Pendidikan Bakti Mulya 400, disingkat BKSP Bakti Mulya 400.

Dalam melaksanakan kegiatannya, BKSP Bakti Mulya 400 berpegang pada motto : "Berbakti Pada Nusa dan Bangsa Seumur Hidup". Motto ini dilandasi idelisme dan bermodal patriotisme dengan meyakini bahsa pendidikan merupakan "Human Investment" yang mempunyai jangkauan jauh ke masa depan.

Prestasi awal SMA  Bakti Mulya 400 telah di percaya  sebagai pasukan paskibra pada upacara Hari sumpah pemuda 28 Oktober 1999 di Kanwil  Jakarta Selatan dan peringkat lima catur wulan dua Dari empat belas SMA negri  dan swasta di Kec. Kebayoran  lama. Sekolah yang terdiri tiga lantai  dengan di lengkapi sarana pembelajaran Lab  IPA  (Kimia. Fisika. Biologi), Lab. Bahasa, Lab Komputer, Lab Elektronika, Lab, Tata Busana, Perpustakaan, Green House, Studio Musik, Lapangan Olah raga Indoor OutDoor, Mushalla, Kantin, 18 ruang kelas ber AC dan sarana penunjang lainya pada tanggal 18 s.d 21 Juni Tahun 2001 telah mengadakan gelar budaya internasional  2001  sebagai duta belanda.

Tahun 2002, SMA Bakti Mulya 400 Khususnya dan Sekolah – sekolah Bakti Mulya 400  telah mengembangkan teknologi penerapan teknologi informasi melalui sistem sekolah ON –line. Sehingga para  orang tua dapat mengikuti perkembangan/kemajuan prestasi putra  putrinya melalui akases Internet http//www.baktimulya400.com.

Tahun 2004, Sekolah yang terletak di Pondok Indah Jakarta Selatan tersebut telah ditunjuk sebagai Science Center Mata Pelajaran Bahasa Inggris oleh Dinas pendidikan  Menengah dan Tinggi Subdis SMA.Penunjukan ini bertujuan untuk meningkatkan  kwalitas pembelajaran Bahasa Inggris pada sekolah menengah Atas di Provinsi DKI Jakarta Raya.

Tahun 2004 SMA Bakti Mulya 400 di akreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS) Dikmenti Provinsi DKI Jakarta dan mendapatkan penilaian "A ". Tahun 2005, Siswa –siswi SMA Bakti Mulya400 kembali menunjukan kebolehannya melalui gelar pentas budaya Internasional di Turki yang diselenggarakan oleh TUFAG, bertemakan "19th TUFAG International Folk Dance Festival Festival " (From 25 June to 2 July 2005 – Yalova).

Di Samping perkembangan prestasi akademik  dan non akademik yang terus meningkat, untuk menghadapi Globalisasi Pendidikan, SMA Bakti Mulya 400 mulai pada tahun pelajaran 2006/2009, membuka kelas internasional "International Foundation Programme" pada kelas du belas (III) yang bekerja pada PT. Imperial Education Indonesia dan pada tahun 2008/2009 menyelenggarakan IFP sejak kelas X.

Pada tahun ajaran 2009/2010, SMA Bakti Mulya 400 akan menerapkan Sistem Moving Class sebagai persiapan pelaksana sekolah Katagori Mandiri (SKM/SKS).

Sekolah ini memiliki visi: Menjadikan pusat pengembangan pendidikan yang melahirkan kader pemimpin dan intelektual muslim dengan wawasan luas serta tanggap terhadap lingkungan dan mampu bersaing di era globalisasi sehingga dapat memperbaiki kualitas bangsa Indonesia. Dan memiliki misi :

  1. Menyelenggarakan pendidikan umum bernafaskan Islam
  2. Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuhkembangkan potensi siswa untuk menjadi  siswa seutuhnya
  3. Menghasilkan lulusan yang unggul. kompeten/mampu dan terampil.
  4. Menghasilkan sumber daya manusia yang berguna bagi dirinya, bangsa dan agama.
  5. Menghasilkan lembaga pendidikan yang memiliki predikat sekolah unggulan.

SMA tersebut masuk dalam kategori elit karena di sekolah ini memiliki fasilitas yang lebih mendukung dari sekolah-sekolah lain. Bahkan setelah kami mewawancarai salah satu murid dari sekolah ini dia menjawab bahwa dia memiliki ketertarikan untuk masuk ke sekolah ini. Salah seorang wali murid pun yang kami wawancarai mempunyai anggapan bahwa jika ia memasukkan anaknya ke sekolah ini dia akan merasa tenang karena sekolah ini sangat tertib terhadap peraturan yang dibuat. Jadi wali murid tidak akan merasa khawatir anaknya nanti menjadi begajulan atau tidak baik akhlaknya apabila ia memasukkan ke sekolah ini. Dan wali murid pun yakin bahwa anaknya akan bisa lulus dengan hasil yang baik atau bagus.

Keberadaan sekolah ini sudah dikenal banyak masyarakat luas, sampai banyak artis-artis yang masuk ke sekolah ini. Selain itu fasilitasnya sangat menonjol serta prestasi-prestasi yang dicapainya pun sudah tidak diragukan lagi. Kebanyakan yang menempuh pendidikan di sekolah ini dari kalangan atas yang memiliki penghasilan ekonomi yang tinggi.

Prosfek kedepan sekolah ini sangat terjamin. Di dukung dengan fasilitas yang memadai, tenaga pengajar yang professional dan juga proses belajar mengajarnya yang disiplin.

Sekolah kedua yang kami wawancarai adalah Madrasah Aliyah Al-Khairiyah. Sekolah ini masuk dalam kategori menengah elit. Fasilitas yang terdapat di sekolah tersebut di bilang cukup memadai, diantaranya lapangan sepak bola, bulu tangkis, basket. Ekstrakulikuler yang ada di sekolah ini beragam diantaranya, paskibra, pramuka, futsal, basket.

 

Dari bidang ekskul pramuka, sekolah ini pernah mengikuti berbagai lomba diantaranya, jambore tingkat nasional, jambore tingkat cabang, raimuna daerah (Raida) dan ikut serta dalam kegiatan pramuka di bidang kesehatan menjadi tim kesehatan. Dari cabang futsal, sekolah ini pernah menjuarai berbagai tingkat cabang lomba di daerah Jakarta selatan salah satunya yang terbaru adalah sebagai perwakilan DKI Jakarta juara di tingkat madrasah aliyah di salah satu pondok pesantren. Sekolah ini juga pernah menjadi tuan rumah turnamen futsal antar SMA pada tahun 2014 dan sekaligus sekolah ini mendapat juara 2.

 

Dari cabang Organisasi Intra Sekolah (OSIS), sekolah ini sangat aktif dalam mengadakan kegiatan, mulai dari buka bersama di sekolah, halal bihalal, mengadakan perayaan idul adha di sekolah, bazar buku murah, maulid nabi, tahun baru islam, 17 Agustus dan masih banyak lagi.

 

Kebanyakan yang menempuh pendidikan di sekolah ini dari kalangan ekonomi menengah elit. Oleh sebab itu sekolah ini masuk dalam kategori menengah elit.

 

Sekolah ketiga yang berhasil kami wawancarai yaitu SMA Puspita Bangsa, sekolah ini masuk dalam kategori non-elit. Narasumber yang kami wawancarai beranggapan bahwa lingkungan sekolah ini sangat kumuh, banyak sampah dan kurang terawat. Pergaulan di sekolah ini pun kurang baik karena banyaknya para siswa yang melanggar aturan sekolah. Wali murid terpaksa memasukkan anaknya ke sekolah ini karena susahnya mencari sekolah didaerah sana. Fasilitas yang terdapat di sekolah ini pun tidak lengkap karena disebabkan kurangnya dana.

 

Masyarakat yang menempuh pendidikan disini dari golongan kelas bawah dalam hal ekonomi, dikarenakan biaya masuk sekolah ini yang terbilang cukup murah.

 

 

 

4.     Kesimpulan

 

Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki kedudukan sosial yang kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula. Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.

 

Kelas dan Strata Sosial dalam lingkungan masyarakat dipandang sebagai suatu jurang pembatas antar masyarakat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelas sosial dalam masyarakat seperti kekayaan, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, asosiasi, sosialisasi, sosialisasi individu.

 

Di dalam kehidupan masyarakat terdapat banyak perbedaan status sosial dan kelas sosial. Perbedaan status sosial dan kelas sosial tersebut menyebabkan adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial. Meskipun demikian perbedaan status sosial dan kelas sosial ini tidak menyebabkan kesenjangan sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.     Daftar Pustaka

 

Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi, Jogjakarta: 2010.

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_sosial

https://taufikhidayah21.wordpress.com/tag/pengertian-elite/

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini