Selasa, 29 Desember 2015

UAS Sosiologi, Kehidupan Sosial di Pasar Tradisional_Aldieny Nurunnisa KPI 1B (11150510000093) Ikhwana Mutuah Mico Jurnalistik 1A (11150510000057) Siti Fatimah KPI 1A (11150510000015)

UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH SOSIOLOGI
KEHIDUPAN SOSIAL DIPASAR TRADISIONAL

 

 

Aldieny Nurunnisa KPI 1B (11150510000093)
Ikhwana Mutuah Mico Jurnalistik 1A (11150510000057)
Siti Fatimah KPI 1A (11150510000015)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Mengapa gejala sosial ini penting ditulis/diteliti

Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan sistem tawar menawar yang menjadi ciri khas pasar tradisional. Pola kehidupan di pasar tradisional menarik diteliti karena didalamnya terdapat pembagian kerja, dan ternyata terdapat struktur yang telah mengikat. Terdapat peraturan tertulis dan tidak tertulis yang secara sadar telah dipatuhi oleh seluruh pedagang tradisional. Interaksi antara pembeli dan penjual, penjual dengan penjual, dan pembeli dengan pembeli, serta komponen yang lain yang terdapat pada pasar tradisional seperti penjaga parkir, preman, kuli angkut barang dan pengemis menjadikan pola komunikasi di lokal pasar tradisional lebih kompleks.

Pengunjung pasar tradisional umumnya adalah masyarakat kelas menengah kebawah hal ini ditandai dengan lahan parkir yang dipenuhi oleh sepeda motor, kemudian beberapa orang yang turun dari kendaraan angkot. Selain menawarkan harga yang lebih murah di banding dengan supermarket pasar tradisional juga, dilengkapi dengan heterogenitas barang yang dijual di masing-masing toko. Dengan banyaknya penjual dan pembeli yang mengunjungi pasar tradisional setiap harinya tak ayal jika pasar menjadi ukuran kemajuan masyarakat. Perputaran perekonomian dapat dilihat dari harga barang-barang yang dijual di pasar tradisional. Seperti harga bahan pokok utama yaitu beras, gula dan tepung. Dalam ranah pergaulan antar masyarakat pasar memiliki pola kehidupannya sendiri, sebab penjual dan pembeli berinteraksi dalam waktu yang tertentu dan dengan motif yang tertentu pula.

Pola interaksi ini membuat sesama pedagang di pasar tradisional memiliki rasa senasib sepenanggungan walaupun sejatinya mereka bersaing menjual barang dagangan mereka. Terkadang juga terjadi konflik  batin ketika pedagang lain yang menjual barang yang sama lebih laris di banding dengan barang dagangannya, hal ini yang menarik untuk diteliti terutama karena kompleksitas dan keunikan yang dimiliki dalam interaksi di pasar tradisional.

B.     Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
      Pendekatan penelitian kami ini menggunakan Metode Kualitatif yang lebih menekankan
      aspek pemahaman terhadap suatu masalah dengan menggunakan tekhnik wawancara dan
      penelitian untuk mendapatkan hasil dari narasumber pedagang pasar.
2. Lokasi dan Tempat Penelitian
      Lokasi penelitian yang kami lakukan adalah diberbagai pasar yaitu Pasar Johar, Pasar Ci-
      putat dan Pasar… Dalam penelitian untuk melakukan kegiatan wawancara tersebut kita
      tidak perlu mengeluarkan uang untuk transport karena tempat tersebut mudah di jangkau
      oleh kami.
3. Subyek Penelitian
      Dalam subyek penelitian ini kami memilih untuk mewawancarai beberapa pedagang yang
      ada di dalam pasar karena ini membantu untuk hasil wawancara kami. 

C.    Tinjauan Teoritis
      Untuk meneliti tentang kehidupan ketiga pasar tradisional, kami berlandaskan teori Weber yang dicetuskan oleh Max Weber (1864-1920). Weber memandang gagasan atau ide sebagai kekuatan otonom yang besar pengaruhnya terhadap dunia ekonomi. Pada penelitian pola kehidupan ketiga pasar ini, sejalan dengan pendapat  Weber tentang kebutuhan individu untuk bertahan terhadap pengaruh birokrasi dan struktur masyarakat modern yang lain. Dalam studi ini Max Weber mencoba melukiskan faktor yang membantu mendorong atau merintangi perkembangan rasionalisasi.

 

              Pemikiran Weber ini, dasarnya merupakan teori tentang proses rasionalisasi. Berbeda dengan Karl Marx (1818-1883) yang lebih terkenal dengan teori kapitalisme. Weber sendiri memiliki argumen yang berbeda dengan Mark, tetapi tidak menyalahkan teori Marx, Weber melihat birokrasi (dan proses historis birokrasi) sebagai contoh klasik rasionalisasi. Weber memasukkan diskusinya mengenai proses birokratisasi ke dalam diskusi yang lebih luas tentang lembaga politik. Ia membedakan antara tiga jenis sistem otoritas – tradisional, karismatik, dan rasional-legal. Sistem otoritas rasional-legal hanya dapat berkembang dalam masyarakat Barat modern dan hanya pada sistem itulah birokrasi modern dapat berkembang penuh.Masyarakat lain di dunia tetap didominasi oleh sistem otoritas tradisional atau karismatik yang umumnya merintangi perkembangan sistem hukum rasional dan birokrasi modern.

 

              Weber juga membuat analisis rinci dan canggih tentang rasionalisasi fenomena seperti agama, hukum, kota, dan bahkan musik. Weber juga berupaya memahami mengapa sistem ekonomi rasional (kapitalisme) berkembang di Barat dan mengapa gagal berkembang di masyarakat lain di luar masyarakat Barat. Weber menghabiskan sebagian besar usianya untuk mempelajari sejarah secara rinci dan kesimpulan politis yang dibuatnya selalu dalam konteks risetnya. Karena itu kesimpulan yang disajikan sangat ilmiah dan akademis.  Weber berkarya menurut tradisi filsafat Kant yang antara lain berarti bahwa ia cenderung berpikir dalam hubungan sebab akibat. Demikian alasan kami meneliti pejual ayam yang ada di ketiga pasar tersebut, karena peneliti  memerlukan bagaimana usaha mereka untuk menjadi kreatif dan banyak pembeli sedangkan harga ayam potong yang relatif tidak stabil.

 

 

 

 

 

 

 

BAB II
GAMBARAN LOKASI

Kami meneliti 3 Pasar Tradisional  yang terletak di daerah Tangerang Selatan dan Jakarta diantaranya :

1.      Pasar Johar

Pasar johar terletak di jalan Percetakan Negara 2, Jakarta Pusat. Pasar ini berdiri tiga lantai yang dipadati oleh pedagang dan pembeli dari sekitar wilayah Johar Baru dan sekitarnya.  Pasar ini buka pada pukul 04.00 pagi sampai 17.00 sore. Di pasar ini tidak hanya menjual sembako, sayur-mayur, daging, dan kebutuhan sehari-hari melainkan juga menjual pakaian, perhiasan, sepatu, seragam sekolah bahkan pula menjual permainan untuk anak. Pasar Johar ini yang letaknya cukup strategis setiap harinya selalu ramai dengan pembeli apalagi jika sudah menjelang Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Penjual dipasar Johar ini tidak hanya berasal dari Jakarta saja melainkan dari luar daerah seperti Bogor, Banten, Padang dan lain-lain. Di lantai satu pasar Johar banyak yang menjual sayur mayur, daging, sembako, bumbu dapur dan lain-lain, sedangkan dilantai dua pasar Johar banyak yang menjual pakaian, sepatu, perhiasan dan permainan anak. Sementara dilantai tiga adalah tempat untuk parkir mobil. Bukan hanya didalam pasar saja yang ramai tetapi diluar pasar pun banyak yang menjual aneka jajanan dan makanan seperti nasi uduk, lontong sayur, kue pancong, kue ape, bakso dan lain-lain. Walaupun disekitar pasar Johar ini dikelilingi banyak minimarket, tetapi pasar Johar selalu ramai dengan para pembeli, namun nyatanya pasar Johar sebagai pasar tradisional tetap memiliki konsumen tersendiri karena pasar Johar sudah dikenal sebagai pusat pembelanjaan tradisional. Dan dalam kenyataannya harga bahan pangan dan sandang lebih murah dibandingkan dipasar modern.

                   

2.      Pasar Ciputat

Pasar Tradisional Ciputat berlokasi di Jalan Dewi Sartika, Tangerang Selatan. Pasar ini selalu ramai pengunjung. Penjual di pasar ini berasal dari berbagai daerah namun mayoritas berasal dari sekitar Pasar Ciputat. Pasar yang sudah mengalami perenofasian dari pasar tradisional pada umumnya yaitu ditandai dengan pasar yang terdiri atas tiga lantai. Pasar ini mulai beroprasi pada pukul 07.00-17.00 wib. Daya tarik pasar tradisional ciputat tidak surut meskipun diantara pusat perbelanjaan Plaza Ciputat dan Ramayana.

            Harga yang relatif lebih murah dan dapat melakukan tawar-menawar menjadi salah satu alasan pembeli lebih memilih pasar ciputat. Selain itu heterogenitas barang yang sangat banyak. Mulai dari sayur, buah, sembako, pakaian, perabot rumah tangga, perhiasan semua tersedia. Pasar ciputat memiliki pelanggannya sendiri meskipun dalam segi kenyamanan dan kebersihan jauh di bawah Plaza dan Ramayana.

 

3.      Pasar Mini Komplek Pertamina

Pasar ini terletak dijalan W.R.Supratman, Pondok Ranji, Ciputat Timur. Pasar ini selalu ramai dengan pengunjung, karena dipasar ini banyak menjual macam-macam sayur-mayur, daging, sembako dan bumbu-bumbu dapur. Pasar ini buka pada pukul 05.00 pagi sampai jam 08.00 pasar ini terletak di tengah tengah komplek dan satu satu nya pasat tradisional yang ada di pondok ranji pasar ini berdekatan dari sekolah sd  dan tk jadi banyak pelanggan ibu ibu yang dating sambil mengantar anaknya di situ.

Dari segi harga sangat relatif murah pasar yang tidak terlalu besar namun di pasar ini khusus tempat berjualan bahan bahan untuk memasak, seperti sayur sayuran,ayam,bumbu dapur ,ikan dan sebagainya.pasar ini pun berada di tengah tengah komplek namun dari segi perawatan sangat kurang terawat gelap dan kumuh karna di dekatnya banyak rumah rumah yang tidak layak huni.

 

 

 

 

 

BAB III
HASIL OBSERVASI

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan waktu lainnnya untuk memperoleh keuntungan. Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara.Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolok ukur tingkat perekonomian negara itu sendiri.Sehingga bisa dibilang perdagangan merupakan urat nadi perekonomian suatu negara.Melalui perdagangan pula suatu negara bisa menjalin hubungan diplomatik dengan negara tetangga sehingga secara tidak langsung perdagangan juga berhubungan erat dengan dunia politik.

Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli. Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.

Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Sebagaimana para pengusaha yang kami pilih sebagai objek penelitian sosiologi ini kebanyakan adalah seorang perantau yang jika dilihat mereka merasakan bagaimana menyesuikn diri dengan lingkungn sosial yang berbeda dengan tempat asalnya. Pengusaha dan sosiologi sangat berhubungan karena pengusaha berperan penting di bidang ekonomi yang didalamnya terjalin hubungan sosial yang melibatkan banyak aspek. Jadi  jika dikaitkan dengan ekonomi, maka sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.

Pola dan sistem yang berlaku dalam mekanisme pasar (interaksi ekonomi yang dilakukan antar individu dan masyarakat) sebenarnya berawal dari hubungan yang sederhana antara individu dan masyarakat (interaksi sosial) dalam rangka mengatasi kelangkaan. Sesuai seperti warung sembako yang menyediakan barang kebutuhan rumah tangga dengan harga yang terjangkau sehingga seluruh masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan yang dibutuhkan seperti beras, telur, mie instan, sabun mandi dan lain lain.  Lebih lagi dijelaskan bahwa, ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial. Karena dalam pasar terjalin hubungan social antara para pedagang dengan para pedagang lainnya atau antar pembeli dan penjual. Bahkan aktivitas ekonomi selalu melekat dalam sosialitas tempat kejadian ekonomi itu berlangsung, begitupun sebaliknya.


           
Pada kesempatan ini kami mewawancarai narasumber pertama yang berdagang sebagai pedagang ayam yang bertempatan di pasar Johar Baru, pedagang ini bernama Bapak Iwan yang sudah berumur 45 tahun. Beliau berjualan daging ayam sudah menginjak lima tahun sejak tahun 2010, yang mendasari usaha beliau adalah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, beliau menafkahi enam orang dikeluarganya. Untuk memulai usaha ini beliau membutuhkan modal sekitar 15-30 juta untuk membeli pasokan daging ayam dan tempat beliau untuk berdagang. Beliau membeli pasokan dagangannya yaitu daging ayam di Pangkalan Asem, beliau tidak mempunyai ternak ayam sendiri sehingga beliau hanya bisa membeli dari peternak lain. Beliau mulai berdagang dari pukul jam 04.00 pagi sampai jam 12.00 siang untuk menyiapkan dagangannya belaiu butuh waktu setengah jam sebelum beliau mulai berdagang. Beliau menjual daging ayam dari harga Rp.25.000 sampai Rp.40.000  dan dalam sehari beliau bisa menjual sekitar 200 ekor daging ayam. Beliau hanya mendistribusikan daging ayam ke pasar-pasar saja.
            Disetiap perjalanan pasti mempunyai hambatan, Bapak Iwan pun juga mempunyai hambatan ketika berdagang. Hambatan beliau adalah disaat maraknya ayam tiren diberita membuat dagangan beliau menjadi sepi dan turunnya penghasilan yang drastis, tetapi dengan berita itu tidak menyurutkan semangat beliau untuk berdagang bahkan beliau tidak berniat untuk meninggalkan dagangan atau usahanya ini, karena dengan cara berdagang inilah beliau dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Penghasilan yang beliau dapat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari selain itu jika ada sisa beliau memilih menabung dari penghasilannya tersebut. Dagangan beliau ramai pada saat Hari Raya Besar seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha karena menurut beliau pada saat itulah dagangan beliau cepat habis dan penghasilan beliau pun ikut melonjak pesat dibandingkan dengan hari-hari biasa.
            Walaupun banyak yang berdagang sama dengan beliau tetapi beliau tidak merasa tersaingi karena menurut beliau rejeki, jodoh dan kematian sudah ada yang mengatur dan menurut beliau persaingan yang terdapat di dalam pasar ialah persaingan yang sehat tidak ada yang saling mendahului atau saling cemburu sosial seperti ramainya pembeli di dagangan sebelah atau yang lain. Banyak sekali suka duka yang sudah Bapak Iwan lewati selama berdagang, tetapi dibalik itu semua beliau pun juga mempunyai harapan untuk ke depannya yaitu harapan beliau agar dagangan beliau selalu ramai setiap hari dan penghasilannya semakin bertambah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

                Selanjutnya kami mewawancari narasumber yang kedua yaitu Bapak Ibnusina , beliau berumur 39 tahun seorang penjual ayam di pasar komplek pertamina disitu orang yang sudah berjualan ayam semenjak setahun terakhir ini banyak sekali suka duka dari berjualan ayam di pasar tradisional ini tapi dengan kegigihan dan semangat beliau beliau bisa bertahan untuk menjadi seorang penjual ayam .beliau  sudah merasakan tertipu dan di bodoh bodohi orang karna berjualan ayam ini adalah usaha pertamanya dan tidak tahu apa apa dengan dunia bisnis,namun dengan berjalannya wakyu beliau dapat berdiri dengan tidak takut untuk ditipu karna sudah mendapatkan besik dan bisa memenejemenkan perkerjaan dengan penuh strategi.

Beliau adalah kepala keluarga dari4 anak dan satu istri dan hanya beliau yang menjadi tumpuan keluarga, pada awalnya dia hanya seorang yang pekerjaannya tidak jelas serabutan dan sangat bertopang kepada orang lain namun semenjak dia berfikir untuk berubah dia berfikir harus memiliki usaha yang menurut dia bisa merubah kehidupannya ke jona yang lebih baik untu keluarganya. Awalnya dia ingin membuka usaha berjualan ayam cepat saji namun  setelah difikirkan keuntungan yang tidak seberapa dan karna beliau suka sekali dengan ayam maka memutuskan membeli anak anak ayam 200 ekor dan dia besarkan lalu selama2 bulan  peroses berjalan ayam semakin besar dan siap untuk dipasrkan dan tahap awal sudah sangat bagus karna habis semua walau untungnya tidak ada bahkan bisa dikatakan rugi karna pada saat itu strategi yang di perhitungkan  meleset

            Pada awal nya memang ada fikiran untuk tidak melanjutkan namun ketika berfikir lagi sayang sekali di hentikan akhirnya strategi lama dig anti dan dari saat itu omset penjualan sangat baik banyak pesanan untuk tempat makan dan menjadi langganan tetap da pedagang lain disini mengambil ayam di sini juga .dari penjualan ayam ini saya dapat menghidupi keluarga saya semoga jualan saya mencukupi bahkan sampai melebihi kebutuhan anak saya.

Selanjutnya kami berkesempatan mewawancarai narasumber ke tiga yaitu ibu emi yang sekarang berumur 43 tahun beliau sudah menjalankan pekerjaan sebagai penjual ayam  sudah sekitar 10 tahun sejak tahun 2005 ,beliau berjualan dari jam 5 pagi hingga sampai jam 2 siang ibu eli berjualan ini bukan karna kemauan sendiri melainkan melanjutkan pekerjaan orang tuanya atau bisa dibilang ini turun temurun sekitar kurang lebih  Rp.2.100.000 dari segi jualan selama ini tidak ada hambatan untuk menghalangi  kegiatannya untuk bekerja,beliau tidak sama sekali berfikiran untung meninggalkan pekerjaan ini karna dari segi umur juga beliau berfikiran sudah tua.hanya berjualan di pasar ini tempat satu satunya beliau berjualan , duka yang pernah di hadapi saya menjalani pekerjaan ini adalah tidak balik modal pernah mengalami rugi.

Hasil dari berjualan ini di kembalikan untuk modal lagi berjualan selanjutnya .sering kali ada orng yang menghutang dan sangat lama membayarnya.hanya sayu jam persiapan berjualan setiap paginya. jika ada penjual ayam yang lebih murah biasanya pelanggan langsung lari ke tempat itu dan itu membuat saya sangat merasa tersaingi,ayam sangat laku pada saat ada hari hari besar seperti hari raya . Ayam-ayam yang dijual biasanya di ambil dari perusahaan ayam.dalam sehari bisa terjual kurang lebih 60 ekor.dari keluarga yang harus di nafkahi ada lima orang ,dari keluarga hanya beliau yang menjadi tulang punggung keluarga .penjualan ayam dari perekornya sekitar 40 sampai Rp.45.000 . Beliau tidak memiliki ternak ayam pribadi jadi harus mengambil dari orang lain .saya hanya menjual ayam ini di pasar saja tidak menjual ketempat lain.

Dan dalam kesempatan ini kami pun mewawancarai konsumen yang ada didalam pasar. Menurut mereka berbelanja dipasar tradisional sangatlah membantu mereka untuk  membeli kebutuhan sehari-hari. Walaupun kebanyakan pasar tidak senyaman pasar modern tetapi jika dibandingkan dengan harga sangatlah berbeda sekali, karena dipasar pun tidak ada pungutan biaya pajak atau apapun itu. Setiap jual beli dipasar tradisional pastilah antara penjual dan pembeli saling menawar harga, bahkan bisa lebih murah dari harga yang dijajakan penjual tersebut. Konsumen mengaku sangat terbantu dengan adanya pasar tradisional di sekitar daerah mereka. Selain harganya yang ekonomis, pasar tradisional pun mudah dijangkau. Dan konsumen berharap agar pasar-pasar tradisional di Indonesia sudah bisa sebanding dengan pasar modern tetapi dengan catatan harga tetap ekonomis, karena konsumen mengharapkan kenyamanan berbelanja walaupun didalam pasar. Karena pandangan pasar pun menurut kebanyakan orang adalah selain tidak nyaman dan kurang bersih, didalam pasar pun pasti banyaknya pencopet yang berkeliaran dan konsumen berharap agar pasar tradisional sangatlah nyaman dan aman dalam berbelanja.

 

KESIMPULAN

Dalam pandangan Islam Perdangan merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat horizontal dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, sektor ini mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil. Sistim ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua sektor yang dimaksud.

Keutamaan sistem ekonomi yang mengutamakan sektor riil seperti ini, pertumbuhan bukanlah merupakan ukuran utama dalam melihat perkembangan ekonomi yang terjadi, tetapi pada aspek pemerataan, dan ini memang lebih dimungkinkan dengan pengembangan ekonomi sektor riil. 

Dalam Islam kegiatan perdagangan itu haruslah mengikuti kaidah-kaidah dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Aktivitas perdagangan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh agama mempunyai nilai ibadah.  Dengan demikian, selain mendapatkan keuntungan-keuntungan materiil guna memenuhi kebutuhan ekonomi, seseorang tersebut sekaligus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Usaha perdagangan yang didalamnya terkandung tujuan-tujuan yang eskatologis seperti ini dengan sendirinya mempunyai watak-watak khusus yang bersumber dari tata nilai samawi. Watak-watak yang khusus itulah merupakan ciri-ciri dari perdagangan yang Islami sifatnya, dan ini tentu saja merupakan pembeda dengan pola-pola perdagangan lainnya yang tidak Islami.

            Saat ini pasar tradisional sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak, tidak hanya harga yang relatif murah lokasi pun mudah dijangkau dengan berjalan kaki maupun dengan kendaraan motor. Tetapi masyarakat pun sebagai konsumen yang setiap harinya berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga mengharapkan agar pemerintah Indonesia bisa mengubah pasar tradisional dengan pasar yang nyaman dan aman, tapi dengan catatan harga yang ditawarkan penjual tetap ekonomis dan mudah dijangkau.

DAFTAR PUSTAKA

·         Ritzer, George, dan J.Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Perdana Media Grup.

·         Raho, Bernard, SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

·         https://fachrizal31.wordpress.com/2011/03/20/pengertian-tentang-perdagangan-dan-hukum-dagang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini