Selasa, 02 Oktober 2012

Teori Kritis (Marx dan Marxisme) oleh Novi Fitriani KPI 1/E

Teori Kritis

Oleh : Novi Fitriani _ 1112051000147

 

Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian (Bernstein, 1993; Kellner, 1993) terutama kecendrungannya menuju determinisme ekonomi. The Institute of Social Research, organisasi yang berkaitan dengan teori kritis ini resmi didirikan di Frankfurt, Jerman,23 Februaru 1923, meski sejumlah anggotanya telah aktif sebelum organisasi itu didirikan (Wiggershaus, 1994). Teori kritis telah berkembang melampaui batas aliran Frankfurt (Calhount dan karaganis,2001;telos,1989 - 90). Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika (Marcus,1999;Van den berg,1980).

Kritik Utama Terhadap Kehidupan Sosial dan Intelektual

Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat (Bleich, 1977)

Pemikiran kritis telah dibentuk tak hanya oleh teori Marxian, tetapi juga oleh teori Webberian, seperti tercermin pada perhatian mereka kepada rasionalitas sebagai perkembangan dominan dalam dunia modern. Seperti dijelaskan Trent sechroyer (1970) pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang menggantikan ekploitasi ekonomi sebagai masalah sosial dominan. Aliran kritis jelas telah mengadopsi pembedaan Webber antara rasionalitas formal dan rasionalitas subjektif atau apa yang oleh teoritisi radikal dipandang sebagai reason. Menurut teritisi kritis, rasionalitas formal tak mencerminkan perhatian mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujhuan tertentu (Tar, 1977). Inilah yang dipandang sebagai "cara berbikir tekno-kratis"dimana tujuannya adalah untuk membantu kekuatan yang mendominasi, bukan untuk memerdekakan individu dari dominasi. Tujuannya adalah semata-mata untuk menemukan cara yang paling efisien untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh pemegang kekuasaan. Cara berpikir tekno-kratis berbeda dari cara berpikir nalar (reason), yang dalam pikiran teoritisi kritis menja

Di tumpuan harapan masyarakat. Nalar meliputi penelitian tentang cara diliahat dari sudut nilai manusia tertinggi yang berkenaan dengan keadilan, perdamaian, dan kebahagiaan. Teoritisi kritis memandang Nazisme pada umumnya, dan Camp konsentrasi Nazi pada khususnya, sebagai contoh rasionalitas formal yang bertempur mati-matian dengan nalar sehat. Demikianlah seperti dikatakan Friedman, "Auschwitz adalah tempat yang rasional, tetapi ia bukan tempat yang masuk akal (reasonable)" (1981:15; lih Bab 12, dan diskusi Bauman, 1989).

Meski kehidupan modern kelihatan rasional, aliran kritis memandang aliran modern penuh dengan ketidakrasionalan (Crook,1995). Gagasan ini dapat diberi nama "irasionalitas dari rasionalitas formal". Menurut pandangan Maarcuse, meski tampaknya rasionalitas diwujudkan, masyarakat ini secara keseluruhan tak rasional secara keseluruhan (1964:ix;lih juga Farganis 1975).

Aliran kritis yang utama memusatkan perhatian pada satu bentuk rasionalitas-formal-teknologi modern (Feenberg,1996). Marcuse (1964), misalnya mengecam keras teknologi modern setidaknya seperti yang digunakan dalam kapitalisme. Sebenarnya ia memandang teknologi berperan penting sebagai metode pengendalian eksternal terhadap individu yang baru, lebih efektif, dan bahkan lebih menyenangkan.

Aliran kritis juga tertarik dan kritis terhadap apa yang disebut sebagai "industri pengetahuan", yang mengacu kepada entitas-entitas yang berhubungan dengan produksi pengetahuan (misalnya,universitas dan lembaga penelitian) yang menjadi struktur otonom didalam masyarakat. Otonomi itu membuat mereka bisa membuat mereka bisa memperluas mereka melampaui mandatnya (Schroyr,1970). Mereka menjadi struktur yang opresif yang hanya tertarik untuk menyebarkan pengaruhnya keseluruh masyarakat.

Analitis kritis Marx terhadap kapitalisme membuatnya berharap pada masa depan, tetapi banyak teoriti kritis malah masuk pada pandangan putus asa dan tanpa harapan. Mereka melihat problem-problem dunia modern bukan hanya ada pada kapitalisme tetapi mewabah sampai ke dunia yang di rasionalkan (rationalized). Mereka memandang masa depan dalam istilah Webberian, sebagai "sangkar besi" struktur yang semakin rasional yang tak ada harapan untuk keluar darinya.

Sebagian besar teori kritik (seperti rumusan asli Marx) adalah sejalan dengan analisis kritik. Meskipun teori kritik juga mempunyai sejumlah minat positif, tetapi ia lebih banyak memberi kontribusi yang lebih ritis ketimbang kontribusi positif. Dan karena alasan ini mereka merasa bahwa teori kritik tak banyak memberi sumbangan pada teori sosiologi.

Teori Kritis Dewasa Ini

Meski Hebermas adalah pemikir sosial paling terkenal dewasa ini, namun ia tak sendirian berjuang mengembangkan teori kritis yang lebih sesuai dengan realitas masa kini. Untuk melukiskan kelanjutan upaya ini akan dibahas upaya Kellner(1989c) dalam mengembangkan teori kritis mengenai "tekno-kapitalisme".

Tekno-kapitalisme. Teori Keller didasarkan atas premis bahwa kita belum  lagi bergerak ke abad post-modern atau post-industri, tetapi masih berada di zaman kapitalisme yang terus merajalela seperti di masa jayanya teori kritis. Karena itu ia merasa konsep dasar yang dikembangkan untuk menganalisis kapitalisme (contoh reivikasi, pengasingan) masih relevan untukk menganalisis tekno-Kapitalisme. Keller mendefinisaikan tekno-Kapitalisme sebagai :

Konfigurasi masyarakat kapitalis dimana teknik, ilmu pengetahuan ilmiah, otomatisasi, komputer, dan teknologi tinggi, berperan penting dalam proses produksi dan sejajar dengan peran tenaga manusia, mekanisasi, dan mesin-mesin di era sebelum kapitalisme, dan juga mengahasilkan cara-cara mengorganisir masyarakat dan bentuk kultur serta kehidupan sehari-hari yang baru (Keller 1989c; 178).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini