Selasa, 02 Oktober 2012

Marx_Lilis Yuniarsih JRN 1B_Tugas Ketiga

TEORI IDEOLOGI
Sebagaimana halnya pertanyaan tentang negara(pemerintahan), Marx tidak memiliki teori yang sistematik tentang ideologi. Sebaliknya, yang ada hanya analisis-analisis parsial dan belum rampung namun seringkali berbobot dan tajam. Analisis ini berkisar pada beberapa tema yang sifatnya fundamental. Marx menempatkan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai suprastruktur masyarakat. Ideologi ini dikondisiskan oleh bingkai atau batas ekonomi dan menjadi semacam refleksi atas bingkai itu. Dengan demikian kaum borjuis yang semakin menanjaktelah menentukan pemikiran-pemikiran tentang kebebasan, hak asasi manusia, kesetaraan di hadapan hukum(hak) dalam bingkai pergulatan menghadapi or atatu tatanan lama. Mereka ini cenderung memindahkan apa-apa yang menjadi ekspresi kepentingan kelasnya menjadi nilai-nilai yang universal.
                Marx juga memiliki sebuah teori tentang ideologi sebagai semacam alienas. Pengertian itu dipinjam filsuf Ludwig Feuerbach yang merupakan L'Essence du christianisme (Esensi Kristianisme) (1864). Bagi Feuerbach agama itu merupakan proyek dalam bentuk "surga bagi pemikiran(ide)",harapan dan keyakinan manusia. Orang bisa mempercayai eksistensi Tuhan secara riil seperti yang ditemukannya. Marx mengambil kembali pemikiran ini (bahwa agama adalah "candu bagi masyarakat"). Selanjutnya ia akan mengusungnya kedalam analisis komoditas. [1]
                Dalam The German Ideology Marx dan Engels mulai mengangkat persoalan ideologi, dan mngekritik sesuatu yang ironis, mengingat pengistimewaan proletariat dalam teori merekapretensi kaum borjuis bahwa kepentingan mereka sendiri tak lain adalah kepentingan rakyat umum. Tahun 1848 Marx dan Engels menerbitkan karyanya yang amat terkenal, The Communist Manifest, sebuah polemik yang brilian dan menggunakan satu dimensi utama proyek Marx; suatu penilaian atas peradaban kapitalis yang sangat ambivalen, peradaban yang menjadikan segala sesuatu menjadi mungkin, dan serentak menyingkirkan realisasi-diri potensi kemanusiaan. Ini merupakan pemikiran yang brilian, yang mengantisipasi pemikiran Tonnies, Simmel Seabrook, dan Berman, serta mengambil inspirasi antara dari Carlyle("jaringan uang") dan dari imanjinasi Goethe tentang pelajar ilmu sihir. Kaum borjuis telah menciptakan suatu cara pertumbuhan ekonomis yang menakjubkan namun tak terkendali; Marx sekedar mengajukan pertanyaan tentang apakah ini adalah problem dimana proletariat merupakan solusinya.
                Manifesto tersebut juga kembali ke tema sejarah yang telah dibahas dalam The German Ideology. Disinilah muncul sistem bahwa semua sejarah adalah sejarah perjuangan kelas. Bagi Marx muda, perjuangan kelas adalah porosnya; bagi marx adalah struktur kelas, kerja, dan modal yang menjadi kategori-kategori formalnya. Disini Marx mengembangkan model dua kelas yang ditiru oleh para sosiolog dan sejarawan di belakang hari, dan yang merupakan konsep sentral dalam Capital. Sejarah bukan seedar sejarah kelas – kelas yang berjuan.sejarah modern adalah peperangan besar antara kelas fundamental; Borjuis dan proletar.
 
 
PERTENTANGAN KELAS
Teori Karl Marx merupakan teori sosiologi yang hingga kini masih tetap menjadi rujukan klasik dalam berbagai karya ilmiah tentang konflik. Kelas yang dimaksudkan oleh Karl Marx adalah suatu kelompok orang-orang yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama dalam suatu organisasi produksi. Pada dasarnya teori konflik dari Marx merupakan pokok-pokok dari interpretasi sejarah ekonomi. Menurutnya, sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya merupakan sejarah tentang pertentangan kelas atau antargolongan mulai dari masyarakat sederhana hingga masyarakat kompleks. Faktor utama yang menimbulkan konflik dalam analisis Marx adalah terletak pada faktor produksi. Marx menggunakan istilah kelas untuk menggambarkan hierarki masyarakat ke dalam kelas atas (borjuis) dan kelas bawah (proletar). Atas konsepnya itu, Marx kemudian mengatakan bahwa pada hakikatnya negara dalam sistem kapitalis merupakan negara kelas, artinya negara baik secara langsung maupun tidak langsung telah dikuasai oleh kelas yang menguasai bidang ekonomi. Kemampuan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung pada keterlibatannta dalam hubungan sosial dengan orang lain untuk mengubah lingkungan materiil melalui kegiatan produktivitasnya. Hubungan-hubungan sosial yang elementer itu membentuk infrastruktur ekonomi masyarakat.
Dalam sistem produksi kapitalis, kedua kelas ini tidak hanya saling ketergantungan, tapi antara kelas pemilik yang menduduki posisi kelas atas dengan kelas buruh termaginalkan itu kerap kali terjadi konflik vis a vis. Disini Marx menggambarkan bahwa kelas yang pemilik adalah kelas yang berkuasa dan pekerja adalah kelas yang lemah. Pada kondisi demikian ini kelas pemilik dengan seenaknya menetapkan persyaratan kepada mereka yang hendak bekerja sebagai kelas tanpa kepemilikan. Hubungan mereka merupakan kekuasaan, dimana kelas atas berkuasa atas kelas bawah sebagai buruh yang senantiasa tertindas. Peradangan dari pola hubungan patron clien ini menyebabkan munculnya kesadaran kelas yang kelak melahirkan konflik kelas. [2]
Analisis tentang masyarakat dalam masalah kelass sosial sebenarnya tidak ditemukan oleh Marx. Bahkan para penulis seperti Adam Smith atau Alexis de tocqueville juga mengakui sebelumnya bahwa masyarakat memang terbagi atas kelas-kelas yang ditentukan oleh posisi ekonomi, status, penghasilan, posisi kekuasaan yang berbeda dan memiliki kepentingan yang berkelindan. Sesudah Marx-pun sosiolog-sosiolog lain dari Max Weber hingga Vilfredo Pareto, dari Joseph Schumpeter hingga Raymond Aron belakangan mempergunakan analisis masyarakat dengan dengan istilah kelas-kelas sosial. [3]
 
 
 
 
 
ALIENASI AGAMA (SAKRAL)
Dalam artikelnya yang berjudul Economic and Philosohical Manuscript, khususnya naskah pertama tentang alienasi labour, dan dalam kedua artikel yang sudah disebutkan diatas, Karl Marx membedakan alienasi diri manusia secara sakral dengan alienasi diri manusia secara sekuler. Yang pertama merupakan alienasi diri manusia dari agama, sedangkan yang kedua merupakan alienasi diri manusia dalam ekonomi, dan politik. Dengan metode materialisme historis, Marx "membuka" selubung kenyataan yang ada dalam masyarakat. Menurut Marx agama merupakan gambaran ideal yang diciptakan oleh manusia dalam wujud Tuhan. Gambaran ideal yang disebut Tuhan itu kemudian disembah oleh manusia, sehingga akhirnya ciptaan manusia itu menjadi teralienasi dari manusia karena agama itu "menindas" manusia. Alienasi diri manusia secara sakral terjadi, karena manusia tunduk pada Tuhan yang merupakan ciptaannya, dan Tuhan ciptaannya itu mendominasi manusia. Menurut Marx, manusia lah yang menciptakan agama, dan agama tidak menciptakan manusia. Marx, mengikuti pendapat Feuerbach, berdasarkan kenyataan empirik tidak melihat manusia sebagai 'self-alienated God' (alienasi diri Tuhan) atau manusia sebagai hasil penyerahan diri Tuhan, tetapi dia memandang bahwa Tuhan merupakan 'self-alienated Man' (alienasi diri) atau Tuhan sebagai hasil penyerahan diri manusia. Oleh karena itu, penghapusan agama sebagai 'The Illusory Happiness of Man' merupakan tuntutan bagi kebahagiaan riil atau empiris manusia. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa Marx bukanlah anti pada 'spiritual' atau agama. Yang ditentang Marx adalah agama sebagai 'The Illusory Happines of Man' atau agama sebagai 'self-alienated Man'. Yang ingin dilihat Marx adalah manusia sebagai 'self-alienated god'.  [4]
 
 
 
 
 

 
MODEL PRODUKSI
Dasar atau fundamen masyarakat terletak dalam kehidupan materiilnya. Dengan bekerja manusia menghasilkan (bereproduksi) untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat. Cara produksi dari sebuah masyarakat beurpa "tenaga kerja produksi" (manusia, mesin, dan teknik) dan "hubungan produksi (perbudakan, sistem bagi hasil, sistem kerajinan tangan, bekerja upahan). Cara produksi ini membentuk "kaki penopang" yang menyangga struktur politik, yuridis, dan idesologis masyarakat. Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi : dari yang model kuno, model Asia, feodalistis dan borjuis. Ketika sampai pada tingkat perkembangan tertentu, tenaga produksi mulai terlibat konflik dengan hubungan produksi. Bergantinya suatu cara produksi ke cara produksi lain menimbulkan kontradiksi- kontradiksi ekonomi. Cara produksi dalam kehidupan material pada umumya mendominasi perkembangan kehidupan sosial, politik dan intelektual. Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, namun sebaliknya, eksistensi sosial mereka menentukan kesadaran tersebut. Pada taraf perkembangan tertentu tenaga kerja produksi material dalam masyarakat berbenturan dengan hubungan produksi yang ada, mulailah era revolusi sosial. Jika direduksi hingga ke garis- garis besarnya, maka cara produksi ala Asia, kuno, feodal,dan borjuis tampak sebagai zaman progresif terbentuknya ekonomi dalam masyarakat. Hubungan- hubungan produksi model borjuis adalah bentuk antagonis terakhir dalam proses sosial produksi. Kaum borjuis menjadi pemilik modal. Para "borjuis kecil" yang merupakan kategori yang tidak terlalu tajam terdiri dari para tukang atau pengrajin, pedagang, notaris, pengacara dan seluruh "birokrat". Sedangkan kaum proletar adalah mereka yang "menjual tenaga dalam bekerja". [5]


[1] Anthony Giddens, Daniel Bell, etc, SOSIOLOGI Sejarah dan Berbagai Pemikiranny, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, cet.3, 2008) hal.31
[2] Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, cet.1,2010), hal.141
[3] Anthony Giddens, Daniel Bell, etc, SOSIOLOGI Sejarah dan Berbagai Pemikiranny, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, cet.3, 2008) hal 27
[4] Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana, cet.1,2011), hal.708
[5] Anthony Giddens, Daniel Bell, etc, SOSIOLOGI Sejarah dan Berbagai Pemikiranny, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, cet.3, 2008) hal.23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini