Selasa, 02 Oktober 2012

Tugas Sosiologi Ke -4. Marxisme & Teori Kritis

Gilang Sakti Perdana
KPI 1E
1112051000161
Tugas Sosiologi 4
Marxisme dan Teori Kritis Karl Marx

 

MARXISME & TEORI KRITIS KARL MARX

Teori Kritis
    Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian, teori kecenderungannya menuju determinisme ekonomi. Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir eropa, meski pangaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika.

Kritik utama terhadap Kehidupan Sosial dan Intelektual
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap sebagai aspek kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat.

  I.   Kritik terhadap teori Marxian. Teori kritis mengambil kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya. Teori ktitis ini merasa sangat terganggu oleh pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi yang mekanistis. Beberapa orang diantaranya mengkritik determinisme yang tersirat di bagian tertentu dari pemikiran asli Marx, tetapi kritik mereka sangat direkankan pada neo-Marxis terutama karena mereka telah menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanistis. Teoritisi kritis tak menyatakan bahwa determnis ekonimi keliru, ketika memusatkan perhatian kepada bidang ekonomi, tetapi karna mereka seharusnya juga memusatkan perhatian kepada aspek kehidupan sosial yang lain. Selain menyerang teori Marxian lain, aliran kritis mengkritik masyarakat seperti bekas Uni Sovyet yang pura – pura dibangun bedasarkan teori Marxian.

II.   Kritik terhadap Positivisme. Teori kritis juga memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung penelitian ilmiyah terutama positivisme. Kritik terhadap positivisme sekurangnya sebagian berkaitan dengan kritik terhadap determinisme ekonimi karena beberapa pemikir determinisme ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivisme ilmu pengetahuan. Penganut positivisme yakin bahwa pengetahuan bersifat netral. Mereka merasa bahwa mereka dapat mencegah masuknya nilai-nilai kemanusiaan kedalam pemikiran mereka. Keyakinan ini selanjutnya menimbulkan pandangan bahwa ilmu tak berada dalam posisi mendukung bentuk tindakan sosial khusus apapun.
Aliran kritis menentang positivism
e karena berbagai alasan. Pertama, positivisme cenderung melihat kehidupan sosial sebagai proses alamiyah. Teoritisi kritis lebih menyukai memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun cara cara aktivitas tersebut mempengaruhi struktur sosial yang lebih luas. Singkatnya positivism dianggap mengabaikan actor, menurnkan aktor ke derajat yang pasif ditentukan oleh kekuatan alamiyah. Kritik ini mengarah ke pandangan bahwa positivisme berwatak konservatuf, tak mampu menantang sistem yangada. Positivisme menyebabkan aktor dan ilmuwan sosial menjadi pasif. Meski kritikan ada kritik terhadap positivisme, beberapa orang Marxis mendukung positivisme, dan Marx sendiri yang terlalu positivis.

III.   Kritik terhadap Sosiologi. Sosiologi diseran karna "keilmihanya", yakni karena menjadikan metode ilmiyah sebagai tujuan di dirinya sendiri dan juga sosiologi dituduh menerima  status quo. Aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tidak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur sosial masa kini. Menurut aliran kritis, sosiologi telah melepaskan kewajibanya untuk membantu yang ditindas oleh masyarakat masa kini.
menurut aliran ini, sosiolog lebih memperhatikan masyarakat satu kesatuan ketimbang memperhatikan individu dalam masyarakat, maka mereka mengabaikan interaksi individu dalam masyarakat. Akibatnya sosiolog tak mampu mengatakan sesuatu bermakna tentang perubahan politik. Seperti dikatakan Zoltan Tar, sosiolog menjadi"bagian integral masyarakat yang ada ketimbang menjadi alat untuk mengkritiknya dan menjadi ragu untuk perubaahan.

IV.   Kritik terhadap Masyarakat Modern. Kebanyakan teori Marxian awal secara tegas tertuju ke bidan ekonomi, sedangkan aliran kritis menggeser orientasinya ke tingkat  kulturall mengingat kultur di anggap sebagai realitas masyarakat kapitalis modern. Artinya, tempat dominasi dalam masyarakat modern telah bergeser dari bidang ekonomi ke bidang kultural. Seperti dijelaskan Trent Schroyer pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam masyarakat modrn penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial dominan. Menurut teori kritis, rasionalitas formal tak mencerminkan perhatian mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Inilah yang dipandang sebagai 'cara berfikir teknokratis" simana tujuanya adalah untuk membantu kekuatan yang mendominasi, bukan untuk menemukan cara yang paling efisien untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh pemegang kekuasaan. Teoritisi kritis memandang Nazisme pada umumnya, dank amp konsentrasi Nazi pada khususnya, pada contoh rasionalitas formal yang bertempur mati matian dengan nalar sehat.
Meski kehidupan modern kelihatan rasional, aliran kritis memandang masyarakat modern penuh dengan ketidakrasionalan. Gagasan ini dapat diberi nama "irasionalitas dan rasionalitas formal". Aliran kritis terutama memusatkan perhatian pada suatu bentuk rasionalitas formal-teknologi modern. Marcuse, misalnya, mengecam keras teknologi modern setidaknya seperti yang digunakan dalam kapitalisme. Marcuse menolak gagasan bahwa teknologi adalah netral  dalam dunia modern dan sebaliknya memandangnya sebagai alat untuk menguasai rakyat. Teknologi modern adalah efektif karena walaupun ketika diciptakan tampaknya netral sebenarnya ia diperbudak. Teknologi membantu menindas individualitas. Marcuse juga tetap mempertahankan pandangan asli Marx yang menyatakan teknologi bukanlah sebuah masalah bawaan dan karna itu dapat digunakan untuk membangun masyarakat yang "lebih baik".

  V.   Kritik terhadap Kultur. Teoritisi kritis melontarkan kritik pedas terhadap yang mereka sebut "industri kultur", yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokratisasikan yang mengendalikan kultur modern. Perhatian terhadap industri kultur lebih mencerminkan perhatian mereka terhadap konsep superstruktur Marxian ketimbang terhadap basis ekonomi. Ada dua hal yang paling di cemaskan oleh pemikir kritis mengenai industri kultur ini. pertama, mereka mengkhawatirkan mengenai kepalsuanya. Mereka membayangkan sebagai sekumpulan paket gagasan yang diproduksi secara missal dan disebarkan ke tengah-tengah massamelalui media. Kedua, teoritis kritis terganggu oleh pengaruh yang bersifat menentramkan, menindas dan membius dar industri kultur terhadap rakyat.
Aliran kritis juga tertarik dan kritis terhadap apa yang disebut sebagai "industr
i pengetahuan", yang mengacu entitas-entitas yang berhubungan dengan produksi pengetahuan yang menjadi struktur otonom di dalam. Analisis kritis Marx terhadap kapitalisme membuatnya berrharap pada masa depan, tetapi banya teoristis kritis malah masuk pada pandangan putus asa dan tanpa harapan. Mereka melihat problem-problem dunia modern bukan hanya ada pada kapitalisme, tetapi mewabah sampai ke dunia yang dirasionalkan. Mreka memandang masa depan, dalam istilah weberian, sebagai "sangkar besi" struktur yang semaki rasional yang tak ada harapan untuk keluar darinya.

 

 

Sumber:
Teori Sosiologi Modern, George Ritzer & Douglas J.Goodman
(jakarta : Kencana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini