Selasa, 02 Oktober 2012

Karl Marx_Rahma Sari JNR 1B_Tugas ke 3

PERTENTANGAN KELAS
          Kelas yang dimaksud oleh Marx adalah suatu kelompok orang-orang yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama dalam suatu organisasi produksi..Pada dasarnya teori konflik dari Marx merupakan pokok-pokok dari interpretasi sejarah ekonomi.Menurutnya,sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya merupakan sejarah tentang pertentangan kelas atau antargolongan mulai dari masyarakat sederhana hingga pada masyarakat komplek.Faktor utama yang menimbulkan konflik dalam analisis Marx adalah terletak pada factor produksi.Dengan adanya perbedaan atau ketimpangan yang semakin tajam dalam proses produksi menjadi dasar terjadinya konflik atau pertentangan kelas dalam masyarakat.
Marx menggambarkan hierarki masyarakat kedalam kela atas(borjuis)dan kelas bawah(proletar).Atas konsepnya itu,dalam sistem kapitalis merupakan negara kelas,artinya negara baik secara langsungmaupun tidak langsung telah dikuasai oleh kelas yang menguasai bidang ekonomi.
Dalam sistem produksi kapitalis,kedua kelas ini tidak hanya saling ketergantungan,tetapi antara kelas pemilik yang menduduki posisi kelas atas dengan kelas buruh yang termarginalkan itu kerap kali terjadi konflik vis a vis.Disini Marx menggambarkan bahwa kelas pemilik adalah kelas yang berkuasa dan pekerja adalah kelas yang lemah.Pada kondisi demikian ini kelas pemilik dengan seenaknya menetapkan persyaratan kepada mereka yang hendak bekerja sebagai kelas tanpa kepemilikan.Hubungan mereka merupakan kekuasaan,dimana kelas atas berkuasa atas kelas bawah sebagai buruh yang senantiasa tertindas.Peradangan dari pola hubungan patron clien ini menyebabkan munculnya kesadaran kelas yang kelak melahirkan konflik kelas.
Lantas kapankah kesadaran kelas tertindas itu bangkit?Apa yang menyebabkan kesadaran kelas itu muncul?Apakah akan terjadi revolusi dalam sejarah ekonomi kapitalis?.Marx memusatkan jawabannya pada perkembangan dalam kelas proletar masyarakat kapitalis.Satu factor pentng adalah semakin terpusatnya kaum buruh proletar dalam daerah-daerah industry di kota.Karena mereka bekerja sama-sama dalam kondisi yang kurang manusiawi dalam pabrik itu dan hidup berdampingan satu sama lain sebagai tetangga di kota,maka kaum proletar menjadi sadar akan penderitaan bersama.Singkatnya,terpusatnya mereka pada satu tempat,memungkinkan terbentuknya jaringan komunikasi dan menghasilkan kesadaran bersama.
Dalam kondisi kesengsaraan yang berkepanjangan itu,dibutuhkan jarngan komunikasi untuk meningkat kan kesadaran dari sekian banyak kelompok marginal.Jaringan ini dibentuk untuk kepentingan bersama menjadi jelas,maka strategi berikutnya adalah dibentuknya kelas proletar yang sadar melawan musuh bersama,organisasi ini berupa berdirinya serikat-serikat buruh,atau serikat-serikat kerja lainnya untuk mendesak upah yang lebih tinggi,perbaikan kondisi kerja,dan sebagainya.Organisasi kelas buruh ini dimaksudkan untuk menguatkan kaum buruh untuk menumbangkan segenap struktur sosial kapitalisdan dengan menggantikan struktur sosial yang akan menghargai kebutuhan dan kepentingan umat manusia seutuhnya.[1]
Beberapa  pandangan Marx tentang kehidupan sosial yaitu:
1.Masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat berbagai bentu pertentangan.
2.Negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berpihak kepada kekuatan yang dominan.
3.Paksaan (coercion) dalam wujud  hukum dipandang sebagai factor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial,seperti milik pribadi (property),perbudakan (slavery),capital yang menimbulkan ketidaksamaan hak dan kesempatan.Kesenjangan sosial terjadi dalam masyarak karena bekerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara kekerasan,penipuan,dan penindasan.Dengan demikian,titik tumpu dari konflik sosial adalah kesenjangan sosial.
4.Negara dan hukum dilihat sebagai alat  yang digunakan oleh kelas yang berkuasa (kapitalis) demi keuntungan mereka.
5.Kelas-kelas dianggap sebagai kelompok-kelompok sosial yang mempunyai kepentingan sendiri yang bertentangan satu sama lain,sehingga konflik tak terelakkan lagi.
            Dalam teori Marx disebutkan bahwa keadilan sosial akan tercapai jika kehidupan masyarakat tanpa kelas telah dapat terwujud.[2]
[1] Ambo Upe,S.Sos.,M.Si,Tradisi Aliran dalam Sosiologi,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),hal.141
[2] Elly M.Setiadi & Usman Kolip,PENGANTAR SOSIOLOGI PEMAHAMAN FAKTA DAN GEJALA PERMASALAHAN SOSIAL:TEORI,APLIKASI,DAN PEMECAHANNYA ,(Jakarta:Kencana,cet.1,2011),hal.364
 
IDEOLOGI
Sebenarnya kita harus mengetahui bahwa tesis fundamental Marx dinyatakan dua kali.Pada awalnya ia hendak beroposisi terhadaap pandangan sejarah idealis, terutama yang berasal dari "pemuda penganut aliran Hegel" yang dikritiknya secara tajam dalam L'Ideologie allemande (1845).Kaum idealis ini menganggap bahwa pemikiran mengatur dunia,oleh karena itu perlu diterapkan pemikiran-pemikiran yang baru pula.Menghadapi aliran "ideology" ini Marx mempertahankan pendapatnya tentang materialism dalam hal prinsip yang rumusan yang begitu meyakinkan.Kritiknya terhadap Hegelianisme "menjatuhkan" posisi aliran idealis dan menegaskan adanya konsep materialis di mana masarakat dianggap semacam piramida.Bagian terbawah teridri atas dasar material,ekonomi dan diatasnya politik hukum dan kemudian pemikiran.[1]
Sebagaimana halnya pertanyaan tentang Negara (Pemerintahan),Marx tidak memilki teori yang sistematik tentang ideology.Sebaliknya,yang ada hanya analisis-analisis parsial dan belum rampung namun seringkali berbobot dan tajam.Analisis ini berkisar pada beberapa tema yang sifatnya fundamental.
            Marx menempatkan ideology sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai superstruktur masyarakat.ideologi ini dikondisikan oleh bingkai atau batas ekonomi dan menjadi semacam refleksi atas bingkai itu.Dengan demikian kaum borjuis yang semakin menanjak telah menentukan pemikiran-pemikiran tentang kebebasan,hak asasi manusia,kesetaraan di hadapan hukum (hak) dalam bingkai pergulatan menghadapi orde atau tatanan lama.Mereka ini cenderung memindahkan apa-apa yang menjadi ekspresi kepentingan kelasnya menjadi nilai-nilai yang universal.[2]
                Organisasi politik di kembangkan menjadi suatu ideologi yang mengungkapkan kepentingan kelas buruh yang sesungguhnya dan memberikan satu penjelasan mengenai peranan sejarahnya dalam mengubah struktur sosial.Pada prinsipnya,corak berpikir yang demikian itu dalam pandangan Marx  yang ia sebut sebagai ideology.Ideologi merupakan ajaran yang menjelaskan suatu keadaan terutama struktur kekuasaan yang sedemikian rupa,sehingga sekelompok orang menilainya sah,walaupun sesungguhnya tidaklah sah.Ideologi melayani kepentingan kelas berkuasa karena memberikan legitimasi pada suatu keadaan yang sebenarnya tidak memilikilegitimasi.Karena itu Marx menyebut ideology sebagai "kesadaran palsu"yakni kesadaran yang mengacu pada nilai-nilai moral tinggi dengan sekaligus menutup kenyataan bahwa dibelakang nilai-nilai luhur tersembunyi kepentingan-kepentingan egois para kelas penguasa (Suseno,1992).[3]
[1] Antony Giddens,Daniel Bell,Michael forse,etc,Sosiologi sejarah dan Berbagai Pemikirannya,(YogyakartaI:Kreasi Wacana,cet.1,2004),hal.24
[2] Antony Giddens,Daniel Bell,Michael forse,etc,Sosiologi sejarah dan Berbagai Pemikirannya,(YogyakartaI:Kreasi Wacana,cet.1,2004),hal.31
[3] Ambo Upe,S.Sos.,M.Si,Tradisi Aliran dalam Sosiologi,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),hal.145
 
AGAMA
          Dalam artikelnya yang berjudul Economic Philosophical Manuscript,khususnya mengenai naskah pertama tentang alienated labour,dan dalam kedua artikel yang disebutkan di atas,Karl Marx membedakan alienasi diri manusia secara sakral dengan alienasi diri manusia secara sekuler.Yang pertama merupakan alienasi diri manusia dari agama,sedangkan yang kedua merupakan alienasi diri manusia dalam ekonomi,dan politik.Dengan metode materialisme historis,Marx "membuka" selubung kenyataan yang ada dalam masyarakat.Menurut Marx,agama merupakan gambaran ideal yang diciptakan oleh manusia dalam wujud Tuhan.Gambaran ideal yang disebut Tuhan kemudian disembah oleh manusia,sehingga akhirnya ciptaan manusia itu menjadi teralienasi dari manusia karena agama itu "menindas" manusia.Alienasi diri manusia secara sakral terjadi,karena manusia tunduk pada Tuhan yang merupakan ciptaannya,dan Tuhan ciptaannya itu mendominasi manusia.Menurut Marx,manusialah yang menciptakan agama;dan agama tidak menciptakan manusia.Marx,mengikuti pendapat Feuerbach,berdasarkan kenyataan empirik tidak melihat manusia sebagai 'self-alienated God' (alienasi diri Tuhan) atau manusia sebagai hasil penyerahan diri Tuhan,tetapi dia memandang bahwa Tuhan merupakan 'self-alienated Man' (alienasi diri manusia) atau Tuhan sebagai hasil penyerahan diri manusia.Oleh karena itu,penghapusan agama sebagai 'The Illusory Happiness of Man' merupakan tuntutan bagi kebahagiaan riil atau empiris manusia.Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa Marx bukanlah anti pada 'spiritual' atau agama.Yang ditentang Marx adalah agama sebagai 'The Illusory Happiness of Man' atau agama sebagai 'self-alienated Man'.Yang ingin dilihat Marx adalah manusia sebagai 'self-alienated God'.[1]
[1] Elly M.Setiadi & Usman Kolip,PENGANTAR SOSIOLOGI PEMAHAMAN FAKTA DAN GEJALA PERMASALAHAN SOSIAL:TEORI,APLIKASI,DAN PEMECAHANNYA ,(Jakarta:Kencana,cet.1,2011),hal.708
MODAL PRODUKSI
            Marx menggambarkan garis-garis besar  pendekatan  baru.Dasar atau fundamen masyarakat terletak dalam kehidupan materiilnya.Dengan bekerja manusia menghasilkan (berproduksi) untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat.Jadi "dalam ekonomi politik kita bisa menemukan anatomi masyarakat sipil".Struktur ekonomi masyarakat merupakan "fondasi riil yang menjadi dasar pendirian bangunan yuridis dan politik,serta menjadi jawaban atas bentuk-bentuk kesadaran sosial yang telah ditentukan".Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya,malahan "sebaiknya eksistensi sosiallah yang menentukan kesadaran mereka".
            Cara produksi dari sebuah masyarakat berupa "tenaga kerja produksi" (manusia,mesin dan teknik) dan "hubungan produksi " (perbudakan,sistem bagi hasil,sistem kerajinan tangan,bekerja upahan).Cara produksi ini membentuk 'kaki penopang yang menyangga superstruktur politik,yuridis dan ideologis masyarakat.Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi : dari yang model kuno,model Asia feodalistis dan borjuis.Ketika sampai pada tingkat perkembangan tertentu,tenaga produksi mulai terlibat konflik dengan hubungan produksi.Itu sebabnya maka,"dimulailah era revolusi sosial."[1]
Dalam avant propos de la critique de l'economie politique (1859) Marx membuat ikhtisar poros-poros utama konsepsi sejarah sebagai berikut :
"Secara singkat hasil umum yang saya capai dan begitu diperoleh akan menjadi tali penuntun kajian saya.Di dalam produksi sosial eksistensi,manusia menjalin hubungan tertentu,yang dibutuhkan dan bebas sesuai keinginan mereka:hubungan-hubungan produksi ini berkaitan dengan level tertentu yang terkait dengan perkembangan tenaga produksi material.Keseluruhan hubungan ini membentuk struktur ekonomi masyarakat,sebagai fondasi riil yang menjadi dasar berdirinya bangunan yuridis dan politik.dan sebagai jawaban atas bentuk-bentuk tertentu dalam kesadaran sosial.Cara produksi dalam kehidupan material pada umumnya mendominasi perkembangan kehidupan sosial,politik dan intelektual.Bukan kesadaran manusia yg menentukan eksistensinya,namun sebaliknya,eksistensi sosial mereka menenkan kesadaran tersebut.
Pada taraf perkembangan tertentu tenaga kerja produksi material dalam masyarakat berbenturan dengan hubungan produksi yang ada,….mulailah era revolusi sosial.Perubahan dalam fondasi ekonomi  disertai dengan ekacaun bangunan besar itu cepat atau lambat….terdapat kekacauan dalam kondisi-kondisi produksi ekonomi.Namun ada juga bentuk-bentuk yuridis,politik,religious,artistic dan filosofis,pendeknya bentuk-bentuk idelogi tempat manusia didalamnya memperoleh kesadaran akan adanya konflik itu dan akan mendorongnya hingga ke ujung akhir…Jika direduksi hingga ke garis-garis besarnya maka cara produksi ala asia,kuno,feudal dan borjuis tampak sebgai zaman progresif terbentuknya ekonomi dalam masyarakat.Hubungan-hubungan produksi model borjuis adalah bentuk antagonis terakhir dalam proes sosial produksi….Masa prasejarah kemanusiaan berakhir dengan sistem sosial ini" (Sumber:Oeuvres,La Pleiade,Gallimard).[2]
 
[1] Antony Giddens,Daniel Bell,Michael forse,etc,Sosiologi sejarah dan Berbagai Pemikirannya,(YogyakartaI:Kreasi Wacana,cet.1,2004),hal.23
[2] Antony Giddens,Daniel Bell,Michael forse,etc,Sosiologi sejarah dan Berbagai Pemikirannya,(YogyakartaI:Kreasi Wacana,cet.1,2004),hal.25
 
 
 
 
           
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini