Teori Fakta Sosial
fakt social adalah seluruh cara bertindak, baku
maupun tidak. Yang dapat berlaku pada diri indivdu sebagi sebuah paksaan
eksternal atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara
bertindak yang umum yamg dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama
keberadaannya terlepas dari menisfestasi
individual. Durkhaim memberikan dua definisi untuk fakta sosial agar sosiologi
bisa di bedakan dari psikologi, pertama, fakta sosial adalah pengalaman sebuah
paksaan eksternal dan bukannya dorongan internal, kedua. Fakta sosial umum
meliputi seluruh masyarakat dan tidak terikat pada individual particular apa
pun.dia berpendapat bahwa fakta sosial
tidak biisa di reduksi kepada individu.namun meski di pelajari sebagai realitas
mereka. Durkhaim Sendiri memberikan beberapa contoh tentang fakta
sosial.termasuk aturan legal moral, dan kesepakatan sosial, dia juga memasukan
bahasa sebagi fakta sosial dan menjadikan contoh yang mudah di pahami. Pertama
karna bahasa adalah sesuatu yang mesti di pelajari secara empiris. Kedua bahasa
adalah sesuatu yang berada diluar individu,meskipun individu menggunakan
bahasa, namun bahasa tidak bisa di definisikan atau di ciptakan oleh
individu.ketiga bahsa memaksa individu bahsa yang kita pakai membuat sesuatu
benar benar sulit untuk di katakana, perubahan dalam basasa hanya bisa
dipelajari melalui fakta sosial lain dan tidak bisa hanya dengan keinginan
individu saja.
Fakta Sosial material dan non
material
Durkhaim membedakan dua tipe fakta
sosial material dan non material. Fakta sosial material,seperti gaya
arsitektur, bentuk teknologi,dan hukum perundang undangan, relatif mudah di
fahami karena keduanya bisa diammati secara langsung. Fakta sosial material
tersebut sering kali mengekspresikan kekuatan moral yang lebih besar dan kuat yang
sama sama berada diluar individu dan memaksa mereka,kekuatan moral inilah yang
disebut dengan fakta sosial non material.
Study Durkhaim yang paling penting,
dan inti dari sosiologinya terletak dalam study fakta sosial non material ini. Durkhaim mengungkapkan : " tidak semua
kesadaran sosial mencapai eksternalisasi dan matrealisasi " (1897/1951:315).
Apa yang saat ini disebut normal dan nilai atau budaya aleh sosiolog secara
umum (Alexander, 1988c) adalah contoh yang tepat untuk apa yang Durkhaim dengan fakta sosial non material.
Durkhaim mengakui bahwa fakta sosial
nonmaterial memiliki batasan tertentu, ia ada dalam pikiran individu/. Akan
tetapi ia yakin bahwa ketika orang memulai ber interaksi secara sempurna maka
interaksi itu akan " mematuhi hokum nya sendiri " (Durkhaim,(1912) 1965:471)
individu masih terus sebagai satu jenis lapisan sebagai fakta sosial
nonmaterial,namun bentuk dan isi partikulannya akan ditentukan oleh interaksi
dan tidak untuk individu.
Empat jenis fakta sosial nonmaterial
: Moralitas, Kesadaran kolektif, Refresentatif kolektif, Dan aliran sosial.
Moralitas
adalah fakta sosial dengan kata lain dapat
dipelajari secara empiris karena ia berada diluar individu, ia memaksa individu
dan bisa dijelaskan dengan fakta fakta lain, Moralitas adalah sesuatu yang bisa
dipikirkan secara filosopi namun sesuatu yang mesti dipelajari sebagai fenomema
empiris.
Kesadaran Kolektif
Durkhaim mendefinisakan kesadaran
kolektif sebagai berikut : Seluruh kepercayaan dan perasaan bersam orang
kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu system yang punya
kehidupan sendiri; kita boleh menyebutnya kesadaran kolektif dan kesadaran
umum,dengan demikian dia tidak sama dengan kesadaran particular, kendati hanya
bisa disadari lewat kesadaran kesadaran particular. ( Durkhaim ,
1983/1964;79-80)
Representasi kolektif
Contoh Representasi koektif adalah
symbol agama,mitos, dan lagenda papuler. Semua yang tersebut adalah cara-cara
dimana masyarakat mereplesikan dirinya (Durkhaim, 1895/1982;40) semuanya merepresentasikan
kepercayaan,norma, dan nilaikolektif, dan mendorong kita untuk menyesuaikan
diri dengan klaim kolektif. Refresentasi kolektif juga tidak bisa direduksi
kepada individu-individu, karna ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa
dipelajari secara langsung karna refresentasi kolekif cenderung berhubungan
dengan symbol material seperti syarat, ikon, dan gambar yang berhubungan dengan
praktek seperti ritual.
Arus Sosial
Meskipun arus sosial kurang konkret
dibandingkan fakta sosial, itu dikarnakan fakta sosial tidak bisa direduksikan
pada individu,kita diseret oleh arus sosial, dan ia memiliki kekuatan untuk
memaksa kita meski kita baru bisa menyadarinya ketika kita bergulat melawan
perasaan seperti ini. Arus sosial bisa dilihat sebagai serangkain makna yang
disepakti dan dimiliki bersama oleh seluruh anggota kelompok. Karna itu arus
sosial tersebut tidak bisa dijelaskan berdasarkan suatu pikiran individual
tertentu apa pun. Individu-individu tentu punya kontribusi dalam arus sosial,
akan tetapi karna sudah menjadi sosial, sesuatu yang lahir karna interaksi
sosial.arus sosisl bisa dilihat sebagai serabngkaian makna yang disepakati dan
dimiliki oleh seluruh anggota kelompok. Arus sosial tidak bisa dijelaskan
berdasarkan suatu pikiran individu tertentu apapun. Individu-individu tentu
saja punya kinstribusi dalam arus sosial karna sudah menjadi sosial, sesuatu
yang lahir karena interaksi mereka. Arus sosial juga tidak bisa dijelaskan
secara intersubjek, yaitu berdasarkan interaksi antar individu, arus sosial
hanya bisa tampak pada level interaksi, bukan pada level individu "mood"
kolektif tersebut atau arus sosial, berada pada satu kelompok ke kelompok yang
lain.akibatnya tingkah laku pun berbeda-beda.
Bunuh Diri
Telah dijelaskan bahwa setudi
Durkhaim tentang bunuh diri ini adalah contoh pragdimatis dari bagimana
sosiologi menghubungkan teori dengan penelitian(Marton, 1968). Tujuannya dalam
studi ini tidak hanya untuk memberikan
kontribusi terhadap pemahaman persoalan sosial saja, akan tetapi juga
mengetengahkan sebuah contoh metode disiplin sosiologi yang baru lahir
ini.alasan utama Durkhaim untuk melakukan study bunuh diri ini adalah salah
satu tindakan pribadi dan personal. Durkhaim percaya bahwa jika dia bisa
memperlihatkan bahwa sosiologi mampu berperan dalam menjelaskan tindakan yang
kelihatannya bersifat individualistik seperti bunuh diri ini. Durkhaim
menawarkan dua cara yang saling berhubungan untuk mangevaluasi angka bunuh
diri. Cara pertama adalah dengan cara membandingkan suatu tipe masyarakat atau
kelompok dengan tipe yang lain. Cara kedua yaitu melihat perubahan angka bunuh
diri dalam sebuah kelompok dalam situasi rentang waktu.dalam kasus yang lain.
baik antar budaya maupun yang sejarah. Jika ada perbedaan dalam angka bunuh diri
antara satu dengan yang lainnya maka menurut Durkhaim perbedaan tersebut adalah
akibat pebedaan factor-faktor sosial,ringkasannya, arus sosial.durkhaim
mengakui bahwa setiap individu mungkin mempunyai alasan-alasan tersendiri
mengapa melakukan bunuh dir, tetapi alasan tersebut bukanlah yang sebenarnya.
Alas an itu mungkin bisa dikatakan menunjukan titik-titik kelemahan individu
bersangkutan, yang menjadi tempat masuk termudah bagi arus yang ada diluar
dirinya sendiri.
Empat Jenis Bunuh Diri
Durkhaim mengelompokan Bunuh Diri
menjadi empat: bunuh diri egiositis, fatalistis,berkaitan dengan regulasi yang
tinggi, sementara bunuh diri anomik adalah rendahnya regulasi.
Bunuh Diri Egoistis, tingginya bunuh
diri egoistis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok dimana individu
tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi
ini melahirkan perasaan bahwa individu
bukan bagian dari masyarakat dan masyarakat bukan pula dari bagian individu.durkhaim
percaya bagian paling baik dari manusia moralitas nilai,dan tujuan kita berasal
dari masyarakat. Sebuah masyarakat yang yang padu akan member kita semua in,
dan dukungan moral umum bagi kita agar kuat melalui keterpurukan dan kekecewaan
kecil seharu-hari. Tanpa ini besar kemungkinan kita akan bunuh diri ketika
mengalami frustasi yang paling kecil sekalipun.
Bunuh Diri Alturistik. Tipe bunuh diri kedua yang dibahas
Durkhaim adalah alturistik. Bunuh diri alturistik terjadi ketika integrasi sosial
sangat kuat(Durkhaim 1897/1951:217) secara harfiah dapat dikatakan individu
terpaksa bunuh diri.durkhaim berpendapat bahwa secara khusus, Bunuh diri alturistis ini mungkin terjadi pada
militer yang memiliki tingkat integrasi begitu kuat, bahwa seorang individu
akan merasa telah membawa aib bagi kesatuannya meski hanya kesalahan sepal.
Bunuh diri alturistik makin banyak terjadi jika"makin banyak harapan yang
tersedia, karna dia bergantung pada keyakinanakan adanya sesuatu yang indah
setelah hidup didunia ini"(Durkhaim 1897/1961:225). Ketika integrasi menguat,
mereka melakukan bunuh diri justru demi kebaikan yang lebih benar.
Bunuh Diri Anomik. Terjadi ketika kekuatan regulasi
masyarakat terganggu. Gangguan ini mungkin akan membuat individu merasa tidak
puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas
terhadap kesenangannya. Angka bunuh diri anomik bisa meningkat terlepas dari
apakah gangguan itu positif (missal,
peningkatan ekonomi) atau negetif (penurunan ekonomi)kedua macam gangguan ini
membuat kolektivitas masyarakat tidak mampu melancarkan otoritasnya terhadap
individu untuk sementara waktu. Perubahab-perubahan semacam ini menempatan orang
dalam situasi di mana normal lama tidak lagi berlaku sementara normal baru
belum lagi di kembangkan. Periode ganggguan ini melepaskan arus anomi rasa
ketercerabutan dari akar dan rasa kehilangan norma-norma mengikat dan arus ini
cenderung mempertinggikan anggka bunuh diri anomik.
Bunuh Diri Fatalistik.Durkhaim tidak terlalu banyak
membahas tipe bunuh diri ini, dia hanya membahasnya dalam sebuah catatan kaki
dalam Scuide(Besnard,1993) bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat.
Contohnya adalah budak yang menghabisi hidupnya karna putus asa karn regulasi
yang menekan setiap tindakannya. Regulasi tekana yang terlalu banyak akan
menekankan arus kesedihan.yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan angka
diri patalistis.
Sumber Teori Sosiologi, edisi terbaru.
George,Rizter,Dauglesj,Goodmen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar