Senin, 16 September 2013

Novia Triesna Clara_Kpi 1/b _Tugas 2_Teori Durkheim

Emile Durkheim (1858-1917)
Secara politis Durkheim berhaluan liberal, namun secaa intelektual ia mengambil posisi yang lebih konservatif. Dalam buku The Rules of Sociological Method (1895/1982), Durkheim menyatakan bahwa tugas utama sosiologi adalah mengkaji apa yang disebut dengan fakta sosial. Ia mengkonsepkan fakta sosial sebagai kekuatan (Takla dan Pope, 1985) dan struktur yang ada di luar, namun memiliki daya paksa terhadap individu.
Durkheim percaya bahwa sosiologi adalah sebagai sebuah ide, telah lahir di Prancis pada abad ke- 19. Meskipun istilah sosiologi telah dilahirkan oleh Auguste Comte beberapa tahun sebelumnya, namun belum ada lapangan sosiologi per se dalam universitas pada akhir aad ke- 19. Memang ada beberapa pemikir yang dengan satu dan lain cara peduli dengan sosiologi, akan tetapi belum ada ranah disipliner bagi sosiologi. Sebenernya, terdapat tangtangan yang lebih kuat dari disiplin yang lebih tua terhadap penciptaan ranah baru ini. tantangan yang sangat signifikan berasal dari psikologi dan filsafat.
Untuk memisahkan sosiologi dari filsafat, Durkheim berpendapat bahwa sosiologi mesti berorientasi kepada penelitian empiris. Hal ini kelihatanya mudah namun menurut keyakinan Durkheim, justru merupakan situasi yang sangat sulit karena sosiologi juga diancam oleh aliran filsafat yang terdapat dalam sosiologi itu sendiri.
Fakta sosial
fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya dan nilai yang berada di luar dan memaksa aktor. Durkheim sendiri memberikan beberapa contoh tentang fakta sosial termasuk aturan legal, beban moral dan kesepakatan sosial. Dia juga memasukan bahasa sebagai fakta sosial dan menjadikannya sebagai contoh yang paling mudah dipahami. Pertama, karena bahasa adalah 'sesuatu' yang mesti dipelajari secara empiris. Kedua, Bahasa adalah sesuatu yang berada di luar individu. Meskipun individu menggunakan bahasa, namun bahasa tidak dapat didefinisikan atau diciptakan oleh individu. Ketiga, bahasa memaksa individu. Bahasa yang kita pakai membuat sesuatu benar-benar sulit untuk dikatakan. Terakhir, perubahan dalam bahasa hanya bisa dipelajari melalui fakta sosial lain yang tidak hanya bisa dengan keinginan individu saja. Meskipun tidak jarang perubahan dalam bahasa bisa ditelusuri kepada individu, namun penjelasan aktuall bagi perubahan tersebut tetap terletak pada fakta sosial yang membuat masyarakat terbuka terhadap persoalan ini.
Fakta Sosial Material dan Nonmaterial
Durkehim membedakan dua tipe fakta sosial yakni material dan nonmaterial. Fakta sosial material, seperti gaya arsitektur, bentuk teknologi dan hukum perundang-undangan, relatif mudah karena keduanya bisa diamati secara langsung. Study Durkheim yang paling penting terletak dalam studi fakta sosial nonmaterial ini. Durkheim mengungkapkan "Tidak semua kesadaran sosial mencapai... eksternalisasi dan materialisasi" (1897/1951: 315). Apa yang disebut norma dan nilai atau budaya oleh sosiologi secara umum (Alexander, 1988c) adalah contoh yang tepat untuk apa yang disebut Durkheim dengan Fakta sosial nonmaterial. Durkheim mengaku bahwa fakta sosial nonmaterial memiliki batasan tertentu, ia ada dalam pikiran individu. Individu masih perlu sebagai satu jenis lapisan bagi fakta sosial nonmaterial, namun bentuk dan isi partikularnya akan ditentukan oleh interaksi dan tidak oleh individu.
Jenis-jenis Fakta Sosial Nonmaterial
Ada empat jenis fakta sosial nonmaterial diantaranya adalah moralitas, kesadaran kolektif, representasi kolektif dan aliran sosial.
·         Moralitas, Prespektif Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain moralitas dapat dipelajari secara empiris, karena ia berada di luar individu, ia memaksa individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. kedua, Durkheim dianggap sebagai sosiolog moralitas karena studinya didorong kepeduliannya terhadap 'kesehatan' moral masyarakan modern. Hal ini bukan berarti Durkheim menganggap masyarakat tengah terancam bahaya, tidak bermoral. Namun, masyarakat tidak mungkin tidak bermoral, namun pasti ia bisa kehilangan kekuatan moralitasnya jika kepentingan kolektif  masyarakat hanya terdiri dari kepentingan individu-individu belaka.
·         Kesadaran Kolektif, Durkheim mencoba mewujudkan perhatiannya pada moralitas dengan berbagai macam cara dan konsep. Usaha awalnya untuk menangani persoalan ini adalah dengan mengembangkan ide tentang kesadaran kolektif. Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut :
seluruh kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri; kita boleh menyebutkan dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum... dengan demikian, dia tidaksama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran partikular
(Durkheim, 1893/1964: 79-80)
                Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. pertama, jelaslah Durkheim berpendapat bahwa kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika menyebut 'keseluruhan' kepercayacaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim jeals memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dan mampu menciptakan fakta sosial yang lain. kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap.
 
·         Representasi Kolektif. Karena Durkheim tidak puas dengan keterbatasan ini, dia akhirnya tidak terlalu banyak menggunakan konsep kesadaran kolektif dalam karya-karyanya yang terakhir dan lebih memilih konsep yang lebih spesifik. Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada individu-individu, karena ia muncul dari dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena representasi kolektif cenderung berhubungan dengan simbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.
·         Arus sosial, Durkheim mencotohkan arus sosial sebagai 'luapan semangat, amarah dan rasa kasihan' yang terbentuk dalam kumpulan publik (Durkheim,1895/1982: 52-53). Meskipun arus sosial kurang kongkret dibanding fakta sosial, itu dikarenakan fakta sosial tidak bisa direduksi pada individu. Kita diseret oleh arus sosial dan ia memiliki kekuatan untuk memaksa kita meski kita baru bisa menyadari ketika kita bergulat melawan perasaan bersama ini.
·         Pikiran kelompok. Karena adanya penekanan norma, nilai dan budaya dalam sosiologi kotemporer, kita tidak akan terlalu kesulitan dalam menerima minat Durkheim terhadap faktor sosial nonmaterial. Orang mengecam Durkheim karena prespektif seperti itu menganggap dia memberi fakta sosial nonmaterial sebuah eksistensi yang otonom.
 
Karya-karya Emile Durkheim
 
1.         The Division of Labor in Society 
2.         The Rule of Sociology Method
3.         Suicide 
4.         The Elementary Forms of Religious Life
5.         Professional Ethics and Civic Morals
6.          l'anne Sociologyque
 
 
Referensi
Teori Sosiologi (George Ritzer, Douglas j.goodman)
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini