Senin, 16 September 2013

Rahayu Saputro_KPI 1C_ Tugas2_Emile Durkheim

Emile Durkheim

Emile Durkheim lahir pada tanggal 15 April 1858 di Epinal, Prancis. Dilahirkan dari keluarga yahudi sehingga Ia diarahkan untuk menjadi rabi seperti ayah dan kakeknya. Namun Ia beralih dari pendidikan agama ke pendidikan umum. Pada tahun 1879 Ia masuk sekolah tingkat atas dan sekelas dengan Jean Jaures dan Henri Bergson, Ia juga diajari oleh Emile Boutroux dan Numa Denis Fustel de Coulanges. Mendapatkan ijazah guru pada tahun 1882, iya bekerja sebagai guru di Bordeaux pada tahun 1887 sambil mempersiapkan thesisnya yg berjudul De la divisiondu travail social (Pembagian Kerja Sosial) dan dipublikasikan pada tahun 1893. Pada tahun 1906 Ia masuk ke Sorbonne dan meninggal pada 15 November 1917 pada umur 59 tahun. 
Di tahun 1880 ilmu-ilmu kemanusiaan yang tengah didominasi oleh model biologi, Durkheim mengmbil kembali ambisi untuk membangun sebuah ilmu pengetahuan tentang masyarakat manusia yang otonom yaitu sosiologi. Dia memnuat bagan sosiologi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Morfologi social; studi tentang organisasi social dan geografi dasar seperti kependudukan, volume, kepadatan dan pengaruh tanah.
2. Fisiologi social; manifestasi kehidupan social dan sosiologi religious, sosiologi moral, sosiologi yuridis, sosiologi ekonomi dan sosiologi seni.
3. Sosiologi umum; tujuan filosofis ilmu, sintetis besar sejarah masyarakat manusia.
Dengan demikian setelah mendefinisikan aturan-aturan metode sosiologi ia menunjukan contoh penerapannya, yaitu Le Suicide (Bunuh Diri)(1897). Berikut teori-teori Emile Durkheim, yaitu:

A. Le Suicide / Bunuh Diri
"fenomena-fenomena social merupakan benda dan harus diperlakukan sebagaimana benda". Demikian merupakan formula yang diungkapkan dalam Les Regles de le Methode Sociologique diterapkan oleh Emile Durkheim dalam studinya tentang bunuhdiri (1897).
Durkheim berpegangan pada metode varioasi yang terjadi pada waktu yang sama (korelasi-korelasi) dengan membangun rangkaian-rangkaian mulai dari peristiwa yang harus terseleksi. Dan ia memisahkan umur, seks, situasi sipil, pendidikan dan keagamaan dengan angka kematian.
*Metode statistic dan komparatif
Dalam penelitian ini ia menggunakan suatu alat statistic dasar dan aritmatika sederhana. Dengan membangun hubungan antara angka bunuh diri dalam dua kategori, memunculkan jarak dengan jarak mengalkulasi "koefisien perlindungan (preservasi)" atau "kerapatan (aggravation)". 
*Proses sosialisasi
Setelah membantah teori yang menganggap bunuh diri disebabkan oleh kegilaan, ras dan hereditas, Durkheim mengembangkan teori sosialisasinya dengan membuat topologi
1. Bunuh diri egoistis
Suatu studi komparatif yang teliti terhadap angka bunh diri menurut agama yang dianut oleh pelakunya diberbagai negara Eropa. Ketika seseorang melemah atau terputus, individu akan kehilangan tempat bernaung dan mundur kearah dirinya sendiri, yaitu kepada egonya. Karan agama, keluarga dan masyarakat politik sama-sama merupakan kelompok social yang mendefinisikan identitas si individu.
2. Bunuh diri altruistis
Sebaliknya, jika intergrasi social terlalu kuat dan individu terlalu terkungkung, maka bias saja menghasilkan "altruism intens" yang menyebabkan orang bunh diri. Akan tetapi walau masyarakat modern member tempat lebih luas terhadap individualisme, namun bentuk ikatan social belum sepeuhnya hilang dan ada mayarakat masih menganggap moral primitif penting.
3. Bunuh diri anomik
Jika dalam proses sosialisasi ternyata integrasi social bias menunjukan adanya defisiensi lewat akses atau kekurangannya, maka hal yang sama juga terjadi begi peraturan social: yakni ketika dominasi intelektual atau moral kelompok melemah, individu akan menghadapi sendiri keinginan dan nafsunya. Terputusnya keseimbangan ini menyebabkan timbulnya anomie, yaitu desosialisasi. 
Bunuh diri anomik juga bias disebabkan oleh "hilangnya aturan matrimonial" di mana perkawinan yang mengatur hubungan cinta dan perceraian yang terjadi dimana-mana menjadi suatu indicator adanya anomie dalam perwakilan (anomie conjugal).
Sentiment individual menentukan masing-masing tindakan bunuh diri, namun hanya metode sosiologi mentanformasikan hal itu sebagai peristiwa yg membuat kita paham akan sifat dasar kekosongan afektif dan keterpencilan moral yang menimbulkan kurangnya integrasi dan aturan social.
B. The Rules of Sociological Method / Peraturan Metode Sosiologi
Didalam metode Durkheim ada liama aturan fundamental, yaitu:
1. Mendefinisikan objek yang dikaji secara objektif
Yan menjadi sasaran adalah peristiwa social yang diamati diluar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka dari apapun yang menjadi kesimpulan studi. 
2. Memilih satui atau beberapa kriteria yang objektif 
Durkheim mempelajari berbagai bentuk solidaritas social yang berbeda-beda dari sudut hokum. Ia berusaha mencari penyebab tindakan bunuh diri, dengan melihat angka kematian karne bunuh diri. Namun masih harus lebih banyak diperhatikan tentang kriteria-kriteria dalam mengajukan analisis.
3. Menjelaskan kenormalan patologi
Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bias mengacaukan keteraturan peristiwa. Kita harus membedakan situasi-situasi normal yang menjadi dasar kesimpulan-kesimpulan teoretis. Dapat dibandingkan pemikiran dengan metode ideal tipikal dari Max Weber, yang riil selalu terlihat orisinal dalam kompleksitasnya. Dan bisa juga kita mencari struktur dari cirri khas yang menonjol.
4. Menjelaskan masalah sosiak secara "social"
Peristiwa social tidak hanya dijelaskan lewat keinginan individual yang sadar, namun juga melalui peristiwa atau tindakan social sebeumnya. Setiap tindakan kolektif mempunyai satu signifikan dalam sebuah sistem interaksi dan sejarah, dan inilah yang disebut metode fungsionalis.
5. Mempergunakan metode komperatif secara sistematis
Semua hal diatas hanya komperativisme terhadap ruang dan waktu yang memungkinkan hal ini berakhir dengan suatu demonstrasi sosiologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini