Senin, 09 September 2013

Kholifah kpi 1/A_Tugas 1 sosiologi_definisidefinisi

1.        Emile Durkheim
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu.
Durkheim adalah orang pertama yang menunjukan "fakta sosial" (social fact) sebagai persoalan terpenting yang harus dipelajari dalam ilmu sosiologi. Fakta sosial dinyatakannya sebagai barang sesuatu yang berbeda dari dunia ide yang menjadi sasaran penyelidikan dari filsafat. Menurut Durkheim, fakta sosial tak dapat dipelajari dan dipahami dengan hanya melalui kegiatan mental murni atau melalui proses mental yang disebut dengan pemikiran spekulatif. Untuk memahaminya diperlukan suatu kegiatan penelitian empiris, sama halnya dengan ilmu pengetahuan alam (Natural sciences) dalam mempelajari objek studinya. 
Dengan menerangkan tentang objek penyelidikan sosiologi inilah durkheim berusaha untuk melepaskan sosiologi dari pengaruh filsafat positif comte dan specer yang mengarahkan dunia sosiologi kepada dunia ide, yang hanya dapat dipahami melalui pemikiran spekulatif. Dengan meletakkan fakta sosial sebagai sasaran yang harus dipelajari oleh sosiologi, berarti menempatkan sosiologi sebagai suatu ilmu yang bersifat empiris dan berdiri sendiri terlepas dari pengaruh filsafat.
2.        Max Weber
Secara definitif, weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk mengartikan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasarnya. Yang pertama konsep tindakan sosial dan yang kedua konsep tentang pengartian dan pemahaman.
Tindakan sosial yang dimaksud weber dapat berupa tindakan nyata yang diarahkan kepada orang lain. Selain itu tindakan sosial juga dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang bisa terjadi akibat pengaruh positif dari kondisi tertentu. Tindakan sosial juga merupakan tindakan pengulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa.
Weber mengemukakan 5 ciri yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu:
v  Tindakan manusia, sebagai pelaku subyektif meliputi berbagai tindakan nyata.
v  Tindakan nyata yang bersifat membatin dan bersifat subyektif.
v  Tindakan positif dari suatu kondisi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
v  Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
v  Tindakan itu memperhatikan orang lain dan dan mengarah kepada orang lain.
3.        August comte
August Comte mengartikan sosiologi dalam hubungan statistik sosial dan dinamika sosial.
Sosiologi statistik ini didasari oleh asumsi bahwa masyarakat merupakan sebuah organisme yang disatukan untuk konsensus atau kesepakatan sehingga didalamnya terjalin hubungan yang harmonis. Sosiologi dinamis merupakan pembahasan mengenai tata urutan perkembangan manusia. Pembelajaran ini mengacu pada proses perubahan sosial dalam masyarakat. Jika diibaratkan sebuah rumah, maka sosiologi statistik itu adalah bangunan rumahnya yang tidak berubah dalam waktu lama sedangkan sosiologi dinamis itu adalah isi rumah dan aktifitas manusia didalamnya yang dapat berubah kapanpun.
August Comte menyebutkan bahwa ada 3 faktor yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan manusia. Pertama adalah rasa bosan. Comte melihat aspek kebutuhan manusia, meskipun manusia telah menggunakan kecakapan yang lebih rendah tetap saja manusia terdorong untuk menggunakan kecakapan yang lebih tinggi karena salah satu sifat dasar manusia adalah selalu merasa tidak puas, meskipun kebutuhan-kebutuhannya telah tercukupi maka akan timbul keinginan-keinginan lain. Namun dengan semakin tinggi tingkat kemampuan yang digunakan maka semakin tinggi pula tingkat kemajuannya. Kedua adalah usia, August Comte melihat bahwa usia meningkatkan konservatisme sedangkan kemudaan ditandai oleh naluru yang berbeda. Jika usia manusia bertambah maka kekuatan konservatifnya akan meningkat dan semakin berpengaruh serta memperlambat laju perubahan. Ketiga adalah demografi atau peningkatan jumlah penduduk secara alamiah, termasuk peningkatan kepadatan penduduk. August Comte menjelaskan bahwa semakin tingginya tingkat kepadatan penduduk maka semakin tinggi pula keinginan dan masalah baru. Untuk itu, akan menimbulkan cara-cara baru dalam mencapai kemajuan dengan menetralisasi ketimpangan fisik dan akan meningkatkan pertumbuhan kekuatan intelektual serta moral diantara sekelompok orang yang tertindas.

4.        Karl Marx
Karl Marx adalah seorang ahli sosiolog yang kurang dikenal orang. Berbeda dengan Weber yang teori sosiologinya mudah diterima orang, Karl Marx teori sosiologinya tidak bisa diterima kalangan orang karena teori-teorinya mengarah kepada bidang politik dibandingkan bidang sosiologi. Namun demikian, Marx adalah yang terbaik dalam mengintegrasikan antara paradigma fakta sosial dan paradigma definisi sosial, hal ini disebabkan karena pandangan dialetikanya tentang hubungan antara individu dan masyarakat.
Karl Mark selaku penganut paradigma fakta sosial dalam arti yang lebih positif dengan menyatakan bahwa cara berproduksi dalam kehidupan materiallah yang menentukan karakter umum kehidupan sosial, politik, dan proses-proses spiritual kehidupan manusia bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensi sosial mereka tetapi eksistensi merekalah yang menentukan kesadarannya. (Bender, 1970:161-62).
Karl Marx mengakui sepenuhnya aspek aktif dan kreatif manusia. Mengenai hal ini Karl Marx menyampaikan bahwa, " yang membedakan arsitek terbodoh dari laba-laba terpintar ialah arsitek meningkatkan strukturnya dalam imajinasi sebelum menegakkannya dalam realitas". (Bender, 1970:360).
Daftar pustaka
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2007.
Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial.jakarta: PT Raja Grafindo,2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini