Definisi Sosiologi
Emile Durkheim
Emilie Durkheim adalah seorang pelopor perkembangan sosiologi. Menurut Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses social. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas : solidaritas mekanik dan solidaritas organic. Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Solidaritas organic merupakan suatu system terpadu yang terdiri dari atas bagian yang saling tergantung, laksana bagian suatu organisme biologis. BErbeda dengan solidaritas mekanik yang didasarkan pada pada hati nurani kolektif, maka solidaritas organik didasarkan pada hukum dan akal.
Durkheim dan rekan-rekannya memperkenalkan pembagian sosiologi berdasarkan pokok bahasannya. Sosiologi mereka klasifikasikan menjadi tujuh bagian.
1. Sosiologi Umum, yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
2. Sosiologi Agama.
3. Sosiologi Hukum dan Moral, yang mencakup organisasi politik, social, perkawinan, dan keluarga.
4. Sosiologi tentang Kejahatan.
5. Sosiologi Ekonomi, yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja.
6. Sosiologi Masyarakat, yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan
7. Sosiologi Estetika.
Karl Marx
Ia mengembangkan konsep sejarah pejuangan kelas, yaitu lahirnya kelompok borjuis (kelompak yang menguasai alat-alat produksi) dan kelas proletar ( kelompok rakyat jelata yang tidak memiliki alat-alat produksi). Menurut Marx, kelompok poletar akan memberontak melawan kelompok borjuis, kemudian melahirkan suatu masyarakat tanpa kelas.
Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud, namun pemikiran Marx mengenai stratifikasi social dan konflik tetap berpengaruh terhadap pemikiran sejumlah besar ahli sosiologi. Sebagaimana para tokoh sosiologi lainnya, pemikiran Marx pun dilatarbelakangi dan diilhami oleh perubahan social besar yang melanda eropa barat sebagai dampak perkembangan pembagian kerja, khususnya yang terkait dengan kapitalisme.
Max Weber
Menurut Max Weber, sosiologi sebagai ilmu berusaha memberikan pengertian adalah tentang aksi-aksi social. Ia memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi sosial. Karya Max Weber tentang perkembangan sosiologi, misalnya analisis tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi, dan sebagainya.
Dalam buku The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism (1904), ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara etika protestan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Menurut Weber, muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan sekte kalvinisme dalam agama protestan. Argumen Weber adalah sebagi berikut: ajaran kalvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur – sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras. Karena umat kalvinisme bekerja keras, antara lain dengan harapan bahwa kemakmuran merupakan tanda baik yang mereka harapkan dapat menuntun mereka ke arah surga, maka mereka pun menjadi makmur.
Auguste Comte
Perkataan sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste Comte, seorang ahli filsafat kebangsaan perancis. Oleh karena itu, tokoh ini lazim dikenal sebagai bapak sosiologi. Beberapa sumbangan penting comte terhadap sosiologi, antara lain sebagai berikut:
a. Ia mengatakan bahwa ilmu sosiologi harus didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematis. Objek yang di kaji pun harus berupa fakta (bukan harapan atau prediksi). Jadi, harus objektif dan harus pula bermanfaat serta mengarah kepada kepastian dan kecermatan
b. Ia menyumbangkan pemikiran yang mendorong perkembangan sosiologi yang dikenal dengan hukum kemajuan manusia atau hukum tiga jenjang. Ia mengatakan, bahwa dalam menjelaskan gejala alam dan gejala sosial, manusia akan melewati tiga jenjang berikut ini.
1) Jenjang Teologi
2) Jenjang Metafisika
3) Jenjang Positif
(sumber: Pengantar Sosiologi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar