Rabu, 02 Oktober 2013

Mayani Saimima KPI 1C Tugas 2 Emile Durkheim

  1. Emile Durkheim "Suicide (1897)" atau "Bunuh Diri"

            Studi Durkheim tentang bunuh diri adalah contoh paradigmatic dari bagaimana seharusnya sosiolog menghubungkan teori dan penelitian (Merton, 1968). Tujuan studi ini tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pemahaman persoalan sosial saja, akan tetapi juga untuk mengetengahkan sebuah contoh metode disiplin sosiologi yang baru lahir.
            Bunuh diri secara umum merupakan salah satu tindakan pribadi dan personal, dan merupakan fenomena konkreat dan spesifik dimana tersedia data yang bagus secara komparatif. Kasus yang akan diteliti adalah perbedaan angka bunuh diri. Karena terdapat perbedaan antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
            Faktor psikologis ataupun biologis mungkin bisa menjelaskan kenapa sebagian individu dalam kelompok melakukan bunuh diri, lalu ada fakta sosial yang bisa menjelaskan dari suatu kelompok yang memiliki angka bunuh diri lebih tinggi dari yang lain. Ada dua cara saling berhubungan untuk mengevaluasi angka bunuh diri. Cara pertama dengan membandingkan suatu tipe masyarakat atau kelompok dengan tipe yang lain. Cara kedua yaitu melihat perubahan angka bunuh diri dalam sebuah kelompok dalam suatu rentang waktu. Faktor penting dalam perbedaan angka bunuh diri akan ditemukan dalam perbedaan level fakta sosial. Dalam melakukan penelitiannya, metode yang digunakan oleh Durkheim adalah peneltian empiris. Metodologi Durkheim berangkat dari pemahaman bahwa sosiologi lahir dan filsafat, namun harus dapat dipastikan dan dijelaskan secara ilmiah (dijadikan sains). Fenomena sosial harus dipelajari secara empiris dengan metode empiris.
 
Empat jenis Bunuh Diri
Hubungan-hubungan jenis bunuh diri dengan fakta sosial dibagi dua, menjadi:
1.  1.    Integrasi               Pengertian: Merupakan kuat tidaknya keterkaitan dengan masyarakat
                                       Pembagian: Dibagi lagi menjadi dua tipe bedasarkan rendah dan tinggi kasus
a.     Bunuh Diri Egoistis
Terjadi di kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Kelelahan  yang tidak dapat disembuhkan dan depresi yang menyedihkan yang diakibatkan oleh situasi politik dominasi oleh perasaan kesia-siaan, moralitas dilihat sebagai pilihan individ dan pandangan hidup masyarakat luar menekan kasus bunuh diri macam ini.
b.    Bunuh Diri Altruistis
Bunuh diri altruistis
Terjadi ketika "integrasi sosial sangat kuat" individu terpaksa bunuh diri

Contoh: bunuh diri massal dari pengikut pendeta jim jones di jonestown, guyana 1978. Mereka meminum racun dan kemudian diikuti oleh anak-anak mereka. Melakukan bunuh diri karena memiliki integrasi yang sangar erat dalam sebuah kelompok sebagai pengikut fanatik dari jones.

Dari contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa makin banyak harapan yang tersedia, karena dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu yang indah setelah hidup di dunia ini. Termasuk jenis bunuh diri tinggi karena integrasi yang menguat.
2.   2.  Regulasi              Pengertian: Merupakan tingkat paksaan eksternal yang dirasakan individu.
Pembagian: Berdasarkan tinggi dan rendah kasus bunuh diri
1)     Bunuh diri Anomik
Terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Yang membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Dibagi menjadi dua jenis gangguan
1. Gangguan positif (peningkatan ekonomi)
2. Gangguan negatif (penurunan ekonomi)

Membuat kolektivitas masyarakat tidak mampu melancarkan otoritasnya terhadap individu untuk sementara waktu.

Contoh kasus: Saat terjadi depresi ekonomi, pabrik yang tutup karena depresi ekonomi memyebabkan para pekerjanya kehilangan pekerjaan, sehingga mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan baik dari perusahaan maupun pekerjaan.
 
2)     Bunuh diri Fatalistis
Terjadi ketika regulasi meningkat. Mengambarkan seseorang yang melakukan bunuh diri fatalistis seperti "seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas."

Contoh: budak yang menghabisi hidupnya karena putus asa karena regulasi yang menekan setiap tindakannya
 
Berdasarkan penjelasan diatas, arus sosial dapat memengaruhi angka bunuh diriArus-arus seperti egoism, altuisme, anomi dan fatalism lebih dari sekedar kumpulan arus-arus individu, tetapi merupakan paksaan sui generis, karena menguasai keputusan individu.

 2.  Emile Durkheim "Peraturan Metode Sosiologi" atau "Rules of Sociology Method (1895)"

Terdapat lima aturan fundamental dalam metode Durkheim, yakni :
1)     Mendefenisikan objek yang dikaji secara objektif
Disini yang menjadi sasaran adalah sebuah peristiwa sosial yang bisa diamati di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi.
2)     Memilih satu atau beberapa criteria yang objektif
Dijelaskan Durkheim dalam pembahasan tentang solidaritas sosial yang berbeda-beda atau mencari penyebab bunuh diri dengan menggunakan angka kematian akibat bunuh diri. Akan tetapi harus banyak kriteria yang harus diperhatikan dalam mengajukan analisis tersebut.
3)     Menjelaskan kenormalan patologi
Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bisa mengacaukan keteraturan peristiwa. Dan harus melakukan pembedaan situasi-situasi normal yang menjadi dasar kesimpulan-kesimpulan teoritis.
4)     Menjelaskan masalah sosial secara "Sosial"
Peristiwa sosial tidak hanya bisa dijelaskan lewat keinginan individual yang sadar, namum juga melalui peristiwa atau tindakan sosial sebelumnya. Setiap tindakan kolektif mempunyais atu signifikansi dalam sebuah sistem interaksi dan sejarah, disebut sebagai metode fungsional.
5)     Mempergunakan metode komparatif secara sistematis
Hanya komparativisme (semua bagian saling terkait secara fungsional, mereka tembahkan keterangan bahwa bagian-bagian tertentu memiliki keterkaitan yang lebih erat daripada keterkaitan antara bagian-bagian lain) terhadap ruang dan waktu yang memungkinkan semua studi berakhir menjadi ilmu atau yang biasa disebut oleh Durkheim dengan demonstrasi sosiologis.
 
Sumber: Sosiologi Modern, George Ritzer Douglas J. Goodman. 2008. 
Anthony Gudged. Kreasi Wacana: 2004

nb: Salah tulis alamat email blog pak tantan, dan tidak masuk ke blognya, jadi baru kirim ulang tugasnya sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini