Judul Penelitian:
"Hambatan yang terjadi di bidang bisnis kuliner daerah"
Peneliti: Anisa Indriani (1112051100053)
Jurnalistik I/B
I. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki banyak suku, kepercayaan, budaya, agama dan lain sebagainya. Dengan banyaknya pendatang baru ke kota Jakarta untuk alasan merubah nasib, tidak sedikit yang berminat untuk membuka toko mkanan khas masing -masing daerahnya, dengan berbagai tujuan dan alasan. Jakarta pada saat ini sudah seperti layaknya pasar festival kuliner nusantara disetiap sudutnya. Pangsa pasar yang dinilai cukup besar untuk usaha kuliner membuat sebagian orang lebih tertarik membuka usaha yang berbasis makanan ringan dengan berbagai konsep.
Dalam era globalisasi ini banyak bisnis usaha makanan dari luar negeri atau tempat makan yang menyediakan masakan oriental yang tumbuh berkembang di Indonesia, dengan adanya restaurant atau tempat makan luar negeri yang menjual kenyamanan dan rasa yang baru turut ikut serta dalam menghambat perkembangan dan kemajuan bisnis makanan dalam negeri yang justru berperan besar dalam pembudidayaan kuliner daerah.
II. Pertanyaan pokok penilitian
1. Mengapa anda lebih memilih membuka usaha tempat makan dibanding dengan usaha yang lain?
2. Apa hal yang dirasa menghambat dalam pertumbuhan usaha anda?
III. Metode penilitian
Metode Kualitatif. Yaitu metode sosiologi yang prosesnya mengambil data secara langsung, dimana peneliti sebagai instrument. Metode ini dilakukan dengan dasar mencari data-data yang kuat lalu dilakukan wawancara secara mendalam terhadap narasumber.
Narasumber 1:
Lokasi : warung Soto Betawi Mpok Ida, Kampung Utan, Ciputat, Tangerang Selatan
Waktu : Rabu, 21 November 2012
Pukul : 10.00 WIB
Narasumber 2:
Lokasi : warung Bakso Lesus, pasar Ciputat, Ciputat, Tangerang Selatan
Waktu : Rabu, 21 November 2012
Pukul : 11.00 WIB
IV. Gambaran Subyek/Obyek penelitian
Pada penelitian kali ini, saya mewawancarai dua narasumber yang terpercaya yaitu pemilik sekaligus pendiri usaha rumah makan daerah yang terletak di kawasan Ciputat.
Narasumber pertama adalah seorang ibu rumah tangga yang membuka usaha Soto Betawi. Ibu yang berusia 47 tahun ini merupakan ibu dari 3 anak. Ibu Ida mulai membuka usahanya sejak tahun 2009. Pada awal usahanya beliau tidak langsung membuka kios Soto Betawi yang saat ini berada di Kampung Utan melainkan warung makan betawi di daerah Gintung.
Narasumber yang kedua adalah seorang bapak yang bernama Handoko yang merintis usaha warung Bakso. Beliau merupakan bapak dari 3 orang anak yang semuanya bertempat tinggal di daerah Wonosari, Yogyakarta. Berdasarkan keahlian yang dipelajari dari kakaknya Bapak Handoko memberanikan diri untuk hijrah ke Jakarta dan berdagang bakso keliling. Dengan ketekunan dan keyakinan yang dimilikinya, akhirnya Bapak Handoko membuka kios baru miliknya sendiri.
V. Analisis
Persaingan bisnis kuliner di Indonesia yang kian ketat membuat para pedagang makanan daerah atau pengusaha harus berfikir lebih keras dan menuntut pemikiran – pemikiran baru untuk mempertahankan eksistensinya dan tidak kalah saing dengan perusahaan – perusahaan makanan lainnya yang tumbuh secara instant. Ditambah lagi dengan semakin sedikitnya kesadaran masyarakat dan pengusaha lainnya untuk melestarikan budaya kuliner daerahnya dengan alasan prospek usaha yang kurang menjanjikan dan alasan lain sebagainya, pemikiran tersebut juga ikut berperan dalam pemusnahan budaya makanan dan kuliner daerah secara perlahan.
Kemajuan suatu usaha banyak sekali yang dipengaruhi oleh mainset seorang pebisnis atau pemilik usaha itu sendiri, apakah pemilik usaha tersebut dapat berkomitmen untuk memajukan usahanya, mempertahankan ketekunan yang senantiasa diiringi oleh usaha yang sungguh – sungguh. Namun ada satu pepatah yang mengatakan 'semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa' pepatah tersebut menyatakan bahwa semakin besar usaha yang dirintis, semakin besar juga cobaan yang dialami, entah dari segi keuangan, modal, persaingan, dan banyak lagi.
Dalam perkembangan suatu usaha tidak lepas dari hambatan atau kendala – kendala yang terjadi. Dari dua usaha kecil menengah di bidang kuliner daerah yang saya wawancarai melalui metode kualitatif, mereka sepakat bahwa hambatan yang paling mendasar yaitu ketidak stabilan harga bahan pokok yang menimbulkan kekhawatiran para pemilik bisnis atau pengusaha tentang bagaimana produksi masakan kuliner daerah tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan tetap terjaga kualitasnya. Untuk menjawab pertanyaan yang kedua pada umumnya pengusaha tersebut mau menjalankan usaha tersebut karena memang hobi dan memiliki kemampuan dasar yang kuat untuk membuat masakan tersebut sehingga yakin untuk membuka usaha dibidang masakan daerah tersebut.
Dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi maka tentu saja menyebabkan adanya dampak yang berpengaruh terhadap bisnis tersebut. Dampak – dampak tersebut antara lain: berkurangnya jumlah produksi, kurangnya minat masyarakat untuk membeli serta kurangnya omzet yang didapat oleh pemilik usaha.
Tentu saja para pemilik usaha yang cerdas telah menyiapkan diri untuk mengantisipasi hambatan – hambatan umum yang akan terjadi di kemudian hari, sebagai contoh siasat yang digunakan oleh kedua pemilik usaha kuliner tersebut adalah mengurangi kuantitas isi dari setiap porsinya, hal itu dimaksudkan untuk menutupi masalah lonjakan harga bahan pokok. Sebagai pilihan terakhir apabila harga bahan pokok tidak kunjung turun, biasanya para pedagang atau pemilik usaha memilih untuk menaikkan harga jual produk guna mempertahankan bisnis agar tetap berjalan.
Pastinya para pengusaha dan pedangan memiliki harapan bagi perkembangan bisnis usaha kedepannya. Harapan – harapan mereka tidak jauh dari kestabilan harga bahan pokok yang menjadi modal utama dalam produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Narasumber 1 : Ibu Ida (pemilik Warung Soto Betawi Mpok Ida)
Narasumber 2 : Bapak Handoko (pemilik Warung Bakso Lesus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar