Rabu, 04 November 2015

Tugas UTS Sosiologi Perkotaan, jainun Noni PMI 7.

TUGAS UTS

" PENGARUH KEBAKARAN HUTAN TERHADAP LINGKUNGAN "

(Untuk Memenuhi Tugas Sosiologi Perkotaan)

 

 

 

Dosen pembimbin: Dr. Tantan hermansah

Disusun Oleh :

Jainun Noni                 (1112054000013)

 

 

 

 

 

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM 

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.      LATAR BELAKANG

Hutan merupakan suatu pondasi alam dalam menyediakan dan mengendalikan berbagai kebutuhan manusia, seperti udara, air dan sebagainya. Selain sebagai sumber daya alam hutan juga merupakan faktor ekonomi dilihat dari hasil-hasil yang dimilikinya. Namun, bersamaan itu pula sebagai dampak negatif atas pengelolaan hutan yang eksploitatif dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat, pada akhirnya menyisakan banyak persoalan, diantaranya tingkat kerusakan hutan yang sangat menghawatirkan Sedemikian besarnya faedah hutan bagi manusia, sehingga apabila terjadi kerusakan seperti penebangan liar, kebakaran dan lain sebagainya maka akan menimbulkan dampak yang kurang baik dalam tatanan hidup manusia.

Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencenangkan bagi dunia Internasional. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak memperhatikan manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga kelestarian lingkungan hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan  terjadi  karena manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian. selain itu, kebakaran kebakaran hutan.

Kebakaran hutan terdiri dari beberapa jenis yaitu kebakaran tanah (ground fire), kebakaran tajuk (crown fire), kebakaran permukaan (surface fire ). Karena itulah penyebab kebakaran yang mempengaruhi dampak yang sangat tinggi. Dari dampak tersebut banyak kerugian kerugian terjadi dari sisi sosial, ekonomi dan budaya.

Dari dampak dan penyebab kebakaran hutan ada upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dengan menggunakan teknik praktik Pembakaran terkendali adalah penggunaan api secara terkendali terhadap bahan bakar hutan, baik bahan bakar itu dalam keadaan alamiah maupun yang dimodifikasi, pada kondisi lingkungan yang spesifik kemungkinan api hanya membakar pada suatu areal yang sudah ditentukan.

Selain penanggulangan tersebut ada cara untuk mengatasi kebakaran denga Segi tiga api , segitiga api adalah Salah satu hal penting yang perlu diketahui dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan adalah dengan mengenal faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan tersebut. Dengan mengenali faktor-faktor tersebut upaya awal dalam kegiatan pencegahan sedini mungkin dapat dilakukan Dalam kebakaran hutan dikenal istilah segitiga api. Segitiga api adalah bentuk sederhana untuk menggambarkan proses pembakaran dan aplikasinya. Tiga unsur segitiga api itu adalah bahan bakar, oksigen dan panas/sumber penyulut Segitiga Api Oksigen Oksigen.

Dari hal tersebut kita bisa mengetahui bagaimana mengatasi kebakaran hutan dan bagaiman menanggulanginya agar tidak terjadi kebakaran hutan berikutnya.

 

2.      RUMUSAN MASALAH

A.     Pengertian dan manfaat  hutan

B.     Penyebabkan kebakaran hutan

C.     Jenis jenis kebakaran hutan

D.     Dampak dari kebakaran hutan

E.      Solusi dan upaya dalam penanggulangan kebakaran hutan

 

 

3.      TUJUAN PENELITIAN

A.     Mengetahui apa pengertian dari hutan

B.     Mengetahui manfaat dari hutan

C.     Mengetahui apa penyebab terjadinya kebakaran

D.     Mengetahui apa saja jenis jenis kebakaran hutan

E.      Mengetahui dampak apa yang terjadi pada kebakaran

F.      Mengetahui solusi dan pencegahan dalam penanggulangan kebakaran hutan

 

4.      METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kenyataan objek yang diteliti.

Adapun metode yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif analisis melalui penelitian keputusan dan penelitian lapangan,kedua penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Penelitian Kepustakaan

Permasalahan penelitian akan dikaji dengan data-data yang diperoleh dari kepustakaan berupa buku-buku yang berkaitan dengan kebijakan serta sarana prasarana.

 

 

Teknik Analisis Data

Kegiatan mengumpulkan data dari seluruh responden atau sumber data lainnya maka peneliti melakukan teknik analisis data statistik inferensial yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 2

LANDASAN TEORI

 

1.        PENGERTIAN HUTAN

Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan). Sedangkan menurut  Ensiklopedia Indonesia, hutan  adalah suatu areal yang dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya dipelihara bagi keuntungan tidak langsung atau dapat pula bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama.

Pemanfaatan sekaligus perlindungan hutan di Indonesia diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Menurut beberapa peraturan tersebut,hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya.

 

2.        MANFAAT HUTAN DI INDONESIA

Kekayaan Keanekaragaman Hayati yang Tinggi sebagai Paru-paru Dunia Jamur dan bakteri tersebut dapat membantu proses pembusukan pada hewan dan tumbuhan secara cepat. Dengan demikian hutan hujan tropika tidak saja ditandai dengan pertumbuhan yang baik tetapi juga tempat pembusukan yang baik. Keanekaragaman hayati ditandai dengan kekayaan spesies yang dapat mencapai sampai hampir 1.400 spesies, Brasil tercatat mempunyai 1.383 spesies. Di daerah tropika tumbuhan berkayu mempunyai dominasi yang lebih besar daripada daerah lainnya.

A.     Hutan Sebagai Pengatur Aliran Air

Penguapan air ke udara hingga terjadi kondensasi di atas tanah yang berhutan antara lain disebabkan oleh adanya air hujan, dengan ditahannya (intersepsi) air hujan tersbut oleh tajuk pohon yang terdiri dari lapisan daun, dan diuapkan kembali ke udara. Sebagian lagi menembus lapisan tajuk dan menetes serta mengalir melalui batang ke atas permukaan serasah di hutan.

B.     Pencegah Erosi dan Banjir

Erosi dan banjir adalah akibat langsung dari pembukaan dan pengolahan tanah terutama di daerah yang mempunyai kemiringan permukaan bumi atau disebut juga kontur yang curam. Keduanya dapat bersumber dari kawasan hutan maupun dari luar kawasan hutan, misalnya perkebunan, tegalan, dan kebun milik rakyat.

C.     Menjaga Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah sebagian besar dalam bentuk mineral, seperti unsur-unsur Ca, K, N, P, dan lainnya, disimpan pada bagian dari vegetasi yang ada di atas tanah, misalnya pada batang, dahan, ranting, daun, bunga, buah, dan lain-lain. Dengan demikian dengan adanya kerapatan hutan pada hutan tropika dapat menjaga kesuburan tanah.

 

3.    KEBAKARAN HUTAN

 

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki dampak negatif.  Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai pembakaran yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan bakar yang tersedia di hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, dan lain-lain. Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

A.  Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan

kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe kebakaran berasal dari api permukaan.

B.   Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk 

kebakaran yang membakar seluruh tajuk tanaman Pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.

C.   Api Tanah

Api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu tempat.

 

Api merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem ditentukan oleh frekuensi, intensitas dan tipe kebakaran yang terjadi serta kondisi lingkungan. Api yang terjadi didalam hutan dapat menimbulkan kerusakan yang besar. Tetapi dalam kondisi tertentu pembakaran hutan dapat memberikan manfaat dalam pengelolaan hutan. Api diketahui sebagai salah satu faktor lingkungan yang berperanan terhadap distribusi dan kelimpahan jenis tumbuhan, dan secara luas api mempengaruhi watak sistem ekologis hutan dan vegetasi penutup lainnya. Kebakaran, walaupun terjadi pada frekuensi yang jarang, menimbulkan perubahan kondisi lingkungan yang radikal dalam waktu yang singkat sehingga mampu mengubah komposisi vegetasi penyusun ekosistem hutan yang tadinya teratur.

A.  Tipe Kebakaran Hutan

 

1.    Kebakaran permukaan (surface fire )

Kebakaran permukaan membakar bahan-bahan yang tersebar pada permukaan lantai hutan, misalnya serasah, cabang, dan ranting yang mati yang gugur dan tumbuhan bawah. Dengan keberadaan O2 sangat melimpah, terlebih dibantunya adanya angin, kebakaran permukaan disertai nyala api cukup besar berbentuk agak lonjong.kelembapan yang tinggi pada lapisan humus dibawah serasah kering menyebabkan kebakaran permukaan tidak membakar lapisan humus tersebut, sehingga organism renik yang dibawahnya tidak mati.

2.    Kebakaran dalam tanah (ground fire)

Kebakaran dalam tanah terjadi pada jenis tanah yang mempunyai lapisan bahan organik tebal misalnya gambut. Bahan bakar berupa tumpukan bahan organik yang tebal ini  pada musim kemarau dapat menurun kadar airnya sehingga mudah terbakar bila ada api. Kebakaran tanah menyebabkan banyak hara hilang, mematikan organism mikro dan hewan kecil yang hidup didalamnyaakar-akar tanaman juga mati karena kenaikan suhu yang tinggi.

3.      Kebakaran tajuk (crown fire)

Kebakaran dapat terjadi pada lantai hutan dengan lapisan tumbuhan bawah yang tebal dan kering, seringkali ditambah banyaknya sisa kayu penebangan atau bahan mati lainnya. Pada jenis tanaman berdaun jarum, kebakaran tajuk snagat mudah terjadi karena kandungan resin yang tinggi pada bagian-bagian pohon. Kebakaran tajuk mematikan ppohon-pohon dan semak serta tumbuhan bawah termasuk lapisan bahan organik.

 

 

 

 

 

BAB 3

PEMBAHASAN

 

1.        FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEBAKARAN HUTAN

 

Cara api berkembang  yaitu bagaimana bahan bakar menyala, perkembangan nyala api, dan penjalaran api disebut perilaku api atau respon api terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya (Perry, 1990). Dan Chandler et al (1983) menambahkan faktor lain seperti bagaimana api  bereaksi terhadap lingkungannnya yakni terhadap unsur-unsur bahan bakar, cuaca/iklim, dan topografi.

Respons api terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut sebagai parameter perilaku api yang meliputi tinggi nyala api, kecepatan penjalaran api, intensitas api, dan panas per satuan wilayah. Guna mengukur parameter perilaku api dengan tepat, umumnya dilakukan percobaan pembakaran yang telah dikondisikan karakteristik bahan bakar, cuaca, maupun topografinya.

Pola penjalaran api diterangkan dengan baik oleh Chandler et al (1983), yaitu pada mulanya api menjalar karena adanya kontak langsung antara permukaan bahan bakar dengan nyala api yang berada di belakangnya atau di atasnya. Bila kondisinya memungkinkan, maka api akan menjalar dan bergerak secara bebas karena oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku api.

Gejala dengan pola penjalaran api, kebakaran hutan dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu kebakaran bawah (api membakar bahan organik di bawah permukaan serasah yang pada umumnya berupa humus dan gambut), kebakaran permukaan (api membakar bahan bakar yang terdapat di lantai hutan), dan kebakaran tajuk (api menjalar dari tajuk pohon satu ke pohon berikutnya).

Perilaku api diengaruhi oleh unsur-unsur dalam segitiga lingkungan api yaitu bahan bakar (sifat dan kadar airnya), cuaca (radiasi matahari, suhu udara, kelembaban relatif, curah hujan, angin, petir), dan topografi (aspek, elevasi, daerah curam, tebing, dan jeram). Oleh karena itu, perilaku api selalu berubah menurut waktu, ruang atau keduanya yang berhubungan dengan perubahan unsur-unsur lingkungan tersebut.

KEBAKARAN DAN PEMBAKARAN 

Kebakaran dan pembakaran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran indentik dengan kejadian yang tidak disengaja sedangkan pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja diinginkan tetapi tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu kebakaran. Penggunaan istilah kebakaran hutan dengan pembakaran terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda. Penggunaan istilah ini sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap dampak yang ditimbulkannya.

Kebakaran hutan menurut Saharjo (2003) adalah Pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, logs, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon. Setiap kebakaran yang bukan dilakukan secara sengaja pada areal-areal yang tidak direncanakan. Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi kerap digeneralisir sebagai kebakaran hutan, padahal sebagian besar (99,9%) kebakaran tersebut adalah pembakaran yang sengaja dilakukan maupun akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah ataupun oleh pelaku binis kehutanan atau perkebunan, sedangkan sisanya (0,1%) adalah karena alam (petir, larva gunung berapi).

Saharjo (1999) menyatakan bahwa baik di areal HTI, hutan alam dan perladangan berpindah dapat dikatakan bahwa 99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari ulah manusia, entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang terjadi akibat kelalaian pada saat penyiapan lahan. Bahan bakar dan api merupakan faktor penting untuk mempersiapkan lahan pertanian dan perkebunan. Pembakaran selain dianggap mudah dan murah juga menghasilkan bahan mineral yang siap diserap oleh tumbuhan. Banyaknya jumlah bahan bakar yang dibakar di atas lahan akhirnya akan menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan yang luas. Untuk itu, agar dampak lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka penggunaan api dan bahan bakar pada penyiapan lahan haruslah diatur secara cermat dan hati-hati. Untuk menyelesaikan masalah ini maka manajemen penanggulangan bahaya kebakaran harus berdasarkan hasil penelitian dan tidak lagi hanya mengandalkan dari terjemahan textbook atau pengalaman dari negara lain tanpa menyesuaikan dengan keadaan lahan di Indonesia (Saharjo, 2000). Kebakaran yang terjadi dapat diklasifikasikan berdasarkan posisi bahan bakar yang terbakar, yaitu :[1] 

A.     Kebakaran Bawah (Ground Fire)

Kebakaran ini biasanya berkombinasi dengan kebakaran permukaan, kebakaran yang terjadi dipermukaan akan merambat mengkonsumsi bahan bakar berupa material organik yang terdapat di bawah permukaan tanah/lantai hutan melalui pori-pori tanah atau akar pohon sehingga kadang hanyai dijumpai asap putih yang keluar dari permukaan tanah. Kebakaran ini umum terjadi pada lahan gambut. 

B.     Kebakaran Permukaan (Surface Fire)

Kebakaran permukaan mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di lantai hutan, baik berupa serasah, jatuhan ranting, dolok-dolok yang bergelimpangan di lantai hutan, tumbuhan bawah, dan sebagainya yang berada di bawah tajuk pohon dan di atas permukaan tanah.

 

 

C.     Kebakaran Tajuk (Crown Fire)

Kebakaran tajuk biasanya bergerak dari satu pohon ke tajuk pohon yan lain dengan cara mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di tajuk pohon tersebut, baik berupa daun, cangkang biji, ranting bagian atas pohon, dan sebagainya.

 

2.    DAMPAK KEBAKARAN HUTAN

 

Tingkat kebakaran hutan juga perlu kita ketahui dalam mempelajari dampak kebakaran hutan dan lahan. Tingkat kebakaran adalah menggambarkan respons ekosistem terhadap api dan dapat digunakan untuk menerangkan dampak kebakaran terhadap tanah dan sistem air, ekosistem flora dan fauna, atmosfer, serta masyarakat (Simard 1991 dan DeBano et al. 1998).

 

Klasifikasi umum dari tingkat kekerasan kebakaran didasarkan pada kondisi tanah dan sifat-sifatnya pada areal terbakar. Hungerford (1996) dalam DeBano (1998) mengklasifikasikan tingkat kekerasan kebakaran yaitu low fire severity (terbakar ringan), moderate dire severity (terbakar sedang), high fire severity (terbakar berat). Sedangkan Wells et al. (1979) dalam DeBano et al. (1978) mengelompokkan tingkat keparahan kebakaran ke dalam tiga kelas yaitu low severity burn (terbakar ringan) : <2% areal terbakar berat, <15% terbakar sedang, dan sisanya terbakar ringan maupun tidak terbakar ; moderate fire severity (terbakar sedang) ; high fire severity (terbakar berat).

 

Dampak kebakaran terjadi terhadap berbagai hal, yaitu tanah, air, vegetasi, udara. Dampak kebakaran terhadap tanah dibagi menjadi tiga yaitu dampak kebakaran terhadap fisik tanah (struktur tanah, porositas tanah), dampak kebakaran terhadap sifat kimia tanah (bahan organik, unsur hara seperti N, P, K), dan dampak kebakaran terhadap sifat biologi tanah. Dampak kebakaran terhadap air yaitu intersepsi, evapotranspirasi, infiltrasi, simpanan air tanah. Dampak kebakaran terhadap vegetasi (tumbuhan langsung mati oleh kebakaran yang cuku parah). Dampak kebakaran terhadap udara (asap, CO2, H2O, co, bahan partikel, hidrokarbon, Nitrogen dan Sulfur Oksida, radial-radial bebas, fraksi organik).

Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain.

 

Aspek yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan. Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.[2]

 

Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang diantaranya meliputi:

1.      Terganggunya aktivitas sehari-hari

Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.

2.      Menurunnya produktivitas

Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.

3.      Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan

Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian).

4.      Meningkatnya hama

Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajahmonyet, dan binatang lain.

5.      Terganggunya kesehatan

 Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.

6.      Tersedotnya anggaran negara

Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara.

7.      Menurunnya devisa negara.

Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa negara.

 

Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan. Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya adalah:

1.      Hilangnya sejumlah spesies

Selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Bebrabagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.

2.      Erosi

Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.

3.      Alih fungsi hutan

Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang.

4.      Penurunan kualitas air

Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.

5.      Pemanasan global

Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global.

6.      Sendimentasi sungai

Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.

7.      Meningkatnya bencana alam

Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.

 

Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara. Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata. Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional.

Mengingat sedemikian kompleknya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah selayaknya kita semua mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan, menumbuhkan kesadaran akan bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.

Kebakaran hutan di Indonesia sebagai salah satu diantara peristiwa kebakaran terburuk telah menarik perhatian dunia. Kabut asap dari kebakaran tersebut telah mengganggu beberapa negara tetangga karena Indonesia terletak di tengah-tengah wilayah yang berpenduduk padat. Dampak asap kebakaran memicu penyakit pernapasan, penurunan produksi tanaman dan perikanan, gangguan terhadap jasa transportasi, industri pariwisata, dan lain-lain. Dampak paling buruk yang dialami Indonesia adalah memburuknya tingkat kesehatan, hilangnya tegakan kayu, kecelakaan pesawat, serta kemungkinan punahnya beberapa spesies, seperti orang utan (Pongo pygmaeus).

3.     SOLUSI MENGATASI KEBAKARAN HUTAN

 

A.     Praktik Pembakaran Terkendali

Pembakaran terkendali adalah penggunaan api secara terkendali terhadap bahan bakar hutan, baik bahan bakar itu dalam keadaan alamiah maupun yang dimodifikasi, pada kondisi lingkungan yang spesifik kemungkinan api hanya membakar pada suatu areal yang sudah ditentukan. Dengan kata lain, pembakaran terkendali adalah penggunaan api secara bijaksana dengan menggunakan teknik tertentu berdasarkan pengetahuan tentang perilaku api di suatu tempat yang telah ditentukan pada kondisi cuaca yang cocok untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang telah ditetapkan.

 

Pembakaran terkendali menggunakan berbagai teknik dalam pengeloaan hutan dan lahan yang harus disesuaikan dengan tujuan pembakaran, bahan bakar, topografi, dan kondisi cuaca. Teknik yang dipilih dapat berubah  bila faktor-faktor yang mempengaruhinya berubah. Perilaku api harus diperhatikan/diidentifikasi dengan seksama untuk menentukan teknik pembakaran yang ingin digunakan. Berdasarkan perilakunya, api dapat menjalar sejalan dengan arah angin. Api yang menjalar sejalan dengan arah angin adalah yang paling tinggi intensitasnya karena penjalarannya paling cepat, zona nyalanya paling lebar, dan nyalanya paling lebar.

 

Pembakaran terkendali mempunyai berbagai manfaat, yaitu cara yang paling murah dan efisien dalam penyiapan lahan ; cara untuk memerbaiki kesuburan tanah ; membersihkan lahan dari sampah penebasan dan penebangan, berupa ranting, dahan dan batang pohon ; digunakan untuk mematikan tumbuhan hidup yang masih ada di calon ladang ; untuk menekan pertumbuhan gulma ; pertanian menjadi lebih teratur ; produksi asap dapat diminimalkan ; dan dapat membantu pengendalian hama dan penyakit tanaman.

 

Pembakaran terkendali juga bisa menimbulkan masalah yaitu adanya gangguan asap akibat pembakaran ; adanya kekhawatiran penyalahgunaan pembakaran terkendali oleh usaha perkebunan ; kemungkinan api menjalar ke areal lain ; kerusakan kondisi biologi, fisika, dan kimia tanah pasti akan terjadi apabila suhu kebakaran lebih dari .  Kebijakan pembakaran terkendali dalam upaya efektivitas implementasi memerlukan berbagai persyaratan, yaitu perlu adanya Perda yang khusus mengatur tentang pembakaran terkendali bagi petani/peladang ; perlu ada peraturan perundangan yang tegas dalam melakukan penyiapan lahan tanpa bakar (Zero Burning Policy) ; perlu adanya sosialisasi yang kuat tentang teknik-teknik pembakaran terkendali kepada masyarakat ; perlu adanya insentif bagi pelaku pembakaran terkendali.

 

B.     SEGITIGA API

Segitiga api Salah satu hal penting yang perlu diketahui dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan adalah dengan mengenal faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan tersebut. Dengan mengenali faktor-faktor tersebut upaya awal dalam kegiatan pencegahan sedini mungkin dapat dilakukan Dalam kebakaran hutan dikenal istilah segitiga api. Segitiga api adalah bentuk sederhana untuk menggambarkan proses pembakaran dan aplikasinya. Tiga unsur segitiga api itu adalah bahan bakar, oksigen dan panas/sumber penyulut Segitiga Api Oksigen Oksigen:

Gas yang tidak dapat terbakar (non flammable gas), hanya mendukung proses pembakaran. Agar terjadi pembakaran dibutuhkan minimal 16% oksigen. Diatas permukaan laut, atmosfir kita memiliki oksigen dengan konsentrasi 21%. Bahan Bakar Bahan bakar hutan adalah setiap tumbuhan, baik yang masih hidup maupun yang telah mati, yang akan terbakar bila ada sumber api. Dengan kata lain, bahan bakar hutan adalah hutan itu sendiri dan vegetasi lain yang terdapat didalam kawasan hutan, misalnya semak dan padang alang-alang. Bahan bakar hutan terdapat di dalam tanah, pada permukaan tanah, dan di atas permukaan tanah (tajuk pohon). Panas/Sumber Penyulut Panas merupakan suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperature suatu benda/bahan bakar sampai ke titik dimana jumlah uap bahan bakar tersebut tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan. Panas ini disebabkan oleh adanya sumber penyulut, dalam kebakaran hutan, sumber penyulut ini sebagian besar disebabkan oleh manusia baik secara sengaja atau tidak dan oleh alam. 

Segitiga Api Sebagai Dasar Tindakan Pengendalian Kebakaran Hutan. Ketiga unsur komponen penyusun segitiga api inilah yang mendasari pengendalian kebakaran hutan karena hilangnya satu atau lebih dari sisi segitiga ini akan mengakibatkan tidak terjadinya pembakaran. Segitiga api dapat divisualisasikan sebagai dasar hubungan reaksi berantai dari pembakaran. Pemincangan salah satu atau lebih dari sisi segitiga ini akan merusak atau menghancurkan mata rantai tersebut. Itu berarti bahwa, kalau bahan bakar tersedia dalam jumlah banyak, akan tetapi apabila oksigen

pada saat pembakaran berlangsung terlalu sedikit atau terlalu banyak maka pembakaran tidak dapat berlangsung. Begitu juga bila pembakaran tidak mencapai titik penyalaan yang berkisar antara 220-250o C maka pembakaran tidak mungkin terjadi. Melemahnya satu atau lebih dari sisi segitiga ini juga akan melemahkan rantai tersebut dan mengurangi laju pembakaran serta intensitas kebakarannya. Seperti yang diuraikan diatas bahwa prinsip yang dilakukan untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan adalah dengan cara menghilangkan salah satu sisi penyusun segitiga api tersebut. Dan hal yang paling mungkin dilakukan adalah dengan melakukan manajemen bahan bakar. Manajemen bahan bakar adalah tindakan atau praktek yang ditujukan untuk mengurangi kemudahan bahan bakar untuk terbakar (fuel flammability) dan mengurangi kesulitan dalam pemadaman kebakaran hutan. Manajemen bahan bakar dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi, biologi atau dengan menggunakan api. Perlakuan bahan bakar adalah setiap manipulasi bahan bakar agar bahan bakar itu tidak mudah terbakar, dengan cara pemotongan, penyerpihan, penghancuran, penumpukan dan pembakaran. Manajemen bahan bakar mempunyai tujuan yang bermacam-macam, yaitu:

1)      Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan. Sebagai contoh, kalau terjadi kebakaran lahan di luar kawasan hutan, apinya tidak bisa menjalar ke dalam kawasan hutan karena dihambat oleh suatu jalur isolasi, sehingga kawasan hutan tersebut terhindar dari kebakaran. Sebaliknya, bila kebakaran terjadi di dalam kawasan hutan, maka apinya tidak bisa menjalar keluar kawasan hutan dan bagian-bagian hutan lainnya, karena ada jalur isolasi.

2)      Untuk memperlambat penjalaran api kebakaran hutan. Sebagai contoh, bila salah satu atau beberapa karakteristik atau sifat bahan bakarnya diubah (misalnya kekompakannya atau kadar airnya ditingkatkan), maka penjalaran apinya akan dapat diperlambat. Api yang menjalar lambat akan lebih mudah dipadamkan.

3)      Untuk mengurangi lama waktu terjadinya kebakaran. Misalnya karena jumlah bahan bakar per satuan luasnya telah dikurangi, maka kebakarannya tidak berlangsung lama dan apinya akan cepat padam, atau hanya terjadi bara api sedikit saja.

4)      Untuk mengurangi banyaknya asap yang timbul. Misalnya karena bahan bakarnya telah dikurangi, maka kebakarannya tidak berlangsung lama dan dengan demikian jumlah asap yang dihasilkan juga sedikit.

5)      Untuk menciptakan lingkungan yang tidak terlalu panas pada saat operasi pemadaman kebakaran. Misalnya karena bahan bakarnya telah diurangi, maka intensitas panas api kebakaran tang terjadi rendah, sehingga para petugas tidak terlalu 'kepanasan' sewaktu bekerja memadamkan api.

6)      Untuk mempermudah operasi pemadaman kebakaran. Misalnya bila dalam kawasan hutan tersedia jalur isolasi bahan bakar, para petugas pemadaman akan lebih mudah untuk didatangkan ke lokasi kebakaran. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam memanajemen bahan bakar yaitu, melakukan modifikasi, pengurangan dan isolasi bahan bakar.

 

KESIMPULAN

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki dampak negatif.  Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai pembakaran yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan bakar yang tersedia di hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, dan lain-lain. Kebakaran Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan, Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk dan Api Tanah, Api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan.

Kebakaran yang terjadi dapat diklasifikasikan berdasarkan posisi bahan bakar yang terbakar, yaitu : 

Kebakaran Bawah (Ground Fire), Kebakaran ini biasanya berkombinasi dengan kebakaran permukaan, kebakaran yang terjadi dipermukaan akan merambat mengkonsumsi bahan bakar berupa material organik yang terdapat di bawah permukaan tanah, Kebakaran Permukaan (Surface Fire), Kebakaran permukaan mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di lantai hutan dan Kebakaran Tajuk (Crown Fire) Kebakaran tajuk biasanya bergerak dari satu pohon ke tajuk pohon yan lain dengan cara mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di tajuk pohon tersebut.

Dari penyebab dan dampak yang terjadi kita mengetahui solusi bagaiman menanggulang kebakaran hutan dan mengatasi pencegahan nya, mengenai praktik pembakaran hutan dan segitiga Api . Salah satu hal penting yang perlu diketahui dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan adalah dengan mengenal faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan bagai mana mencegah kebakaran hutan tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

§  Schweithelm, J. dan D. Glover,  " Penyebab dan Dampak Kebakaran. Dalam Mahalnya Harga Sebuah Bencana: Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia ", 1999. Editor: D. Glover & T. Jessup.

§  Soeriaatmadja, R.E, " Dampak Kebakaran Hutan Serta Daya Tanggap Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Terhadapnya. Prosiding Simposium ( Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan ).1997.

§  www.http. Ringkasan buku Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia (Dr.Ir. Lailan Syaufina, M.Sc)

§  www.http. "Kebakaran Hutan dan Lahan, Teori Dasar, Penyebab dan Dampaknya.com

§  See more at:http://duniabaca.com/upaya-pencegahan-dan-penanggulangan-kebakaran-hutan.html#sthash.eejBLiEW.dpuf

§  Saharjo,, B.H, " Mengapa Hutan dan Lahan Terbakar". Harian Republika. 29 September 1997.

§  Deeming, J.E. "Pengembangan Sistem Bahaya Kebakaran Hutan di Propinsi Kalimantan Timur Indonesia ". 1995.

 

 

 



[1] Suharjo "kebakaran hutan"

[2] Menurut Rully Syumanda (2003),

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini