Rabu, 04 November 2015

Tugas UTS Sosiologi Prodi KPI dan Jurnalistik - Kisah Sosiologi Individu Pembawa Perubahan - Ta'dimul Quran : Keyakinan Tanpa Batas Mampu Merubah Segalanya

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TA'DIMUL QURAN : KEYAKINAN TANPA BATAS MAMPU MERUBAH SEGALANYA

 

                                                         Dosen Pembimbing :

                                                  Dr. Tantan Hermansyah, M.Si

 

                                                           Disusun Oleh :

1.        Dani (11150510000037) KPI 1A

2.        Raudhatusshifa (11150510000085) KPI 1B

3. Akhlis Zamakhsyari (11150510000114) Jurnalistik 1A

4. Eka Nurbaeti Ardila (11150510000236) Jurnalistik 1B

 

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah – Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

 

Al-Quran adalah kalam Allah yang berupa mukjizat yang diturunkan oleh-Nya kepada manusia, melalui Jibril, dengan perantara Rasul terakhir, Muhammad, berfungsi utama sebagai petunjuk manusia sebagai mahluk psikofisik yang bernilai ibadah. Diantara keistimewaan Al-Quran adalah ia merupakan kitab yang dijelaskan dan dimudahkan untuk di hafal. Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Quran bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi Al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari secara sungguhsungguh dan konsisten.

 

Al-Quran memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah dan dipelihara. Kitab suci umat Islam ini adalah satu-satunya kitab suci samawi yang masih murni dan asli. Tidak seperti kitab suci sebelumnya, seperti kitab Taurat dan Injil yang telah mengalami "tahrif" atau perubahan baik dari segi redaksi maupun dari segi makna. Perubahan terhadap kitab suci ini baik dari segi arti maupun dari segi redaksi menyebabkan implikasi yang serius dalam kehidupan keagamaan.

 

Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan Al-Quran adalah dengan menghafalnya pada setiap generasi. Dalam menghafalkan Al-Quran ini tentu tidak mudah, dengan sekali membaca langsung hafal akan tetapi ada metodenya, dan juga ada berbagai macam problematikanya. Menjaga dan memelihara Al-Quran adalah perbuatan yang sangat mulia dihadapan Allah. Menghafal Al-Quran adalah salah satu cara untuk memelihara kemurnian Al-Quran.

 

Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang dapat menjaga Al-Quran dengan menghafal, memahami dan mengamalkan kandungannya. Dalam menghafal Al-Quran, ada yang mudah dan ada yang sulit. Pengalaman spesifiknya yang terinternalisasi dengan menghafal Al-Quran, adalah ketika memahami makna Al-Quran, selalu timbal rasa ingin lebih baik dan memperbaiki diri agar sesuai dengan akhlak Al-Quran. Untuk menjaga hafalan, tipsnya adalah terus mengulang-ulang hafalan tersebut. Sehingga semakin lekat dan kuat dalam hati dan ingatan.

 

Saat ini banyak orang – orang yang sibuk dengan gedget dari pada dengan Al-Quran. Karena itu iman manusia sebenarnya masih kurang karena banyak yang menggunakan media dunia dengan tidak seharusnya.

 

1.2  Pertanyaan Penelitian

 

1)      Sebenarnya tempat ini pondok, asrama atau tempat tahfidhul qur'an?

2)      Menurut Anda apa definisi Khidmat Al-Quran?

3)      Bagaimana perkembangan tempat ini? Apa setiap tahun menerima santri baru?

4)      Selama ini, apa yang menjadi hambatan dalam membesarkan tempat ini?

5)      Apa keinginan Anda bagi tempat ini untuk kedepannya?

6)      Bagaimana masalah dana untuk tempat ini?

7)      Bagaimana latar belakang murid yang belajar di sini?

8)      Menurut Anda, bagaimana generasi para penghafal Quran terutama remaja?

9)      Apa yang Anda harapkan bagi penerus Penghafal Al-Quran?

10)  Apakah Anda mempunyai kegiatan lain selain menemani santri – santri?

11)  Bagaimana sistem pengajaran di pondok ini?


 

1.3  Metode Penelitian

 

Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya jawab 'sepihak' berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dari definisi itu, kita juga dapat mengetahuibahwa Tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.

 

1.                      Subyek Penelitian   : Muhammad Musthofa

2.                      Sumber data            : Hasil Wawancara

3.                      Tekhnik pengumpulan data :

a.              Observasi

b.              Wawancara

4.              Jenis sumber data :

Data primer : data yang diperoleh dari Narasumber langsung dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan jawaban diperlukan peneliti.


 

1.4  Tinjauan Teoritis

Bimbingan merupakan suatu proses yang mengandung pengertian bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang berkesinambungan, bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan individu. Dalam bimbingan, yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu itu sendiri.

Menurut etimologi, kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.

Dalam terminologi, istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar.

Pada penelitian ini kami sepakat bahwa teori Weberian menjadi pandangan penelitian ini. Teori yang dimaksud pula adalah teori tindakan sosial yaitu tindakan nyata yang diarahkan kepada orang lain. Tindakan pengulangam ini bersifat subyektif yang merupakan tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti suyektif bagi dirinyadan diarahkan kepada tindakan orang lain. Ia yang memperkenalkan pendekatan westehen (pemahaman), yang berupa menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntut perilaku masyarakat yang melahirkan  interaksi sosial. Di antara contoh karya Max Weber tentang perkembangan sosiologi adalah analisis tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi, dan sebagainya.


 

BAB II

GAMBARAN UMUM SUBJEK/OBJEK KAJIAN

2.1 Profil Umum Subjek

1)      Nama : Muhammad Musthofa

 

2)      Nama Orang Tua :

a)      Ayah : Abdul Ghofur

b)      Ibu : Jazimah

 

3)      Saudara/I :

1.      Nur Sholihah

2.      Siti Sofiyyah

3.      Muhammad Musthofa

4.      Ulil Azmi Dewi Hafsoh

5.      M. Syamsuddin

6.      Miftahul Jannah

7.      M. Imam Badawi

8.      Anshor Wijaya

9.      Hasbiyah Maula Zulfa

 

4)      TTL : Mojokerto, 27 Juli 1969 (sesuai KTP)

 

5)      Pendidikan :

·         Pondok dan Sekolah Dasar di rumah

·         Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar (sejak kelas 5 SD)

·         Pondok Pesantren Al-Falah Ploso (MTS/SMP)

·         Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum Tambakberas (MA. Mu'allimin Mu'allimat)

·         Pondok Pesantren di Banten dan Malang

·         Jambi (1994-1997/1998), Mekkah

 

6)      Istri :

a)      Nama : Dr. Hj. Lilik Ummi Kulsum, M.A.

b)      TTL : Surabaya, 1971

c)      Pendidikan :

·         S1 UIN Jogja

·         S2 Al- Azhar Cairo

·         S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

7)      Anak :

1)      Arifah Liqo' Rabbani : Tsanawiyah kelas 2. Sejak TK sampai sekarang sedang menghafal quran di Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur.

2)      Irfan Ayaturrahman : HomeSchooling.

3)      Ubayd Fadzlurrahman : Kelas 4 SD Sawangan.


 

2.2 Lokasi Kajian

Tempat : Kami melakukan wawancara bertempat di kediaman beliau. Yang berada di Jl. Niban Rimin No. 42 Buaran Gardu, Serpong, Tangerang Selatan.

Waktu : Minggu, 1 November 2015

Lokasi kajian penelitian dilakukukan di kediaman Narasumber yang berada di Jl. Niban Rimin No. 42 Buaran Gardu, Serpong, Tangerang Selatan dan dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan agar mendapatkan informasi langsung dari narasumber, studi dokumentasi adalah  salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang sudah didapat setelah wawancara.


 

BAB III

ANALISIS HASIL

Dalam Fikih dikatakan, bahwa menghafal al-Quran hukumnya adalah wajib kifayah bagi umat Islam. Sehingga apabila ada sejumlah orang yang menghafal al-Quran dengan mencapai jumlah muttawatir (mencakup semua bilangan ayat dan surat yang ada dalam al-Quran), maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya.

Rasulullah saw merupakan hafiz (penghafal) al-Quran pertama kali dan merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya". Oleh karena Rasululah Saw memberikan contoh dalam sikap beliau dengan wujud menghafal al-Quran, maka tindakan menghafal al-Quran yang dilakukan oleh umat Rasulullah Saw baik sejak beliau masih hidup maupun sampai sekarang, juga merupakan sunnah yang diikuti dari beliau.

Menghafal Al-Qur'an adalah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.

Kaum msulimin baik dalam wajib kifayah maupun sunnah, dalam menghafal al-Quran dikarenakan dengan dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan, yang diantaranya ialah:

1.             Agar tidak terjadi penggantian atau pengubahan pada al-Quran, baik pada redaksionalnya (yaitu pada ayat-ayat dan suratnya) maupun pada bacaannya. Sehingga al-Quran tetap terjamin keasliannya seperti segala isinya sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah saw.

2.             Agar dalam pembacaan al-Quran yang diikuti dan dibaca kaum muslimin tetap dalam satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu mengikuti qiraat mutawatir, (yaitu mereka yang telah menerima periwayatannya melalui periwayatan yang jelas dan lengkap yang termasuk dalam qiraat sab'ah sesudah sahabat yang terdiri dari "Nafi' bin Abdur Rahman di Asfahan, Ibnu Katsir di Makkah, Abu Amr di Basrah, Abdullah bin Amir al-Yahshaby di Damaskus, Asm bin Abi Najwad di Kufah, hamzah bin Habib At-Taimy di Halwa dan al-Kisai. (baca; tokoh-tokoh ahli qiraat)

3.             Agar kaum muslimin yang sedang menghafal al-Quran atau yang telah menjadi hafiz dapat mengamalkan al-­Quran, berperilaku dan berakhlak sesuai dengan isi al-Quran.

Dari pertanyaan yang kami ajukan kepada narasumber, berikut adalah hasil yang sudah kami analasis dari jawaban yang beliau berikan. Narasumber beranggapan bahwa tempat yang beliau bangun bukan tempat apa – apa, hanya tempat ramai – ramai  saja. Beliau tidak pernah punya niat untuk membuat tempat seperti ini, dari awal berumah tangga, beliau dan istri hanya berniat Khidmat kepada Al-Qur'an karena beliau mendapat amanah dari orang tua dan kyai yaitu "Sekolah harus sampai selesai, tapi setelah selasai harus khidmat kepada Al-Qur'an". Dan itu adalah komitmen beliau dan istrinya sejak awal menikah. Sebenarnya beliau tidak pernah punya tempat dari awal. Beliau berpindah dari tempat satu ke tempat lain.

Awalnya beliau mengontrak rumah di daerah Kertamukti selama 3 tahun dengan konsep khidmat kepada Al-Qur'an. setiap pagi dan sore ada saja orang yang datang baik setoran quran ataupun memperbaik bacaan quran dari awal. Setelah itu beliau pindah ke Ciganjur selama 8 tahun. Lalu pindah ke Sawangan. Cinangka 4 tahun dan akhirnya menempati tempat yang sekarang ini. Semuanya konsepnya sama, khidmat kepada Al-Qur'an, menjaga Al-Qur'an. Konsep beliau tidak pernah mengikat kepada siapapun termasuk kepada anak dalam artian "kamu harus sama saya". Karena konsep itu berlaku kepada siapapun.

Backgroud anak – anak yang belajar dengan narasumber, ada yang berjalan bersama  kuliahnya ada juga yang hanya hafalan di periode ini. Ada juga yang kuliah sambil hafalan. Beliau memberikan saran kepada anak – anak "bisa tidak kuliahnya di tahan satu atau dua tahun supaya mengurusnya enak atau sekalian sudah selesai. Sebab yang terjadi anak yang sambil kuliah sambil menghafal keduanya jadi lambat". Anak – anak disini juga tidak hanya dari Jakarta atau Tangerang saja, tetapi se – Indonesia. Hanya Kalimantan yang belum. Mayoritas anak – anak yang kuliah sambil menghafal, mereka kuliah di UIN, ada juga yang di PTIQ yang sekarang Beliau kirim ke Manado untuk khidmat kepada Al-Qur'an.

Karena di sana orang islamnya hanya 3%. Selain di Manado juga ada anak yang dikirim ke Tumohon dan Minahasa Utara. Beliau ingin melatih anak – anak untuk merantau. Karena generasi sekarang itu butuh untuk dilatih merantau, agar menumbuhkan sikap bijak dalam menghadapi masalah dengan praktek di lapangan. Beliau berkata "Jika mau dilengkapi setelah program pendidikan formal dengan merantau, wah itu jauh hebat sekali."  

Beliau tidak pernah merasa ada hambatan untuk mengurus, menjaga dan membesarkan tempat ini, bahkan beliau berkata bahwa beliau berkewajiban bersyukur karena hidup itu adalah karunia. Perkembangan tempat ini sama seperti di tempat – tempat lain, stabil. Dan beliau selalu membuka pintu bagi siapa saja yang mau belajar. Ketika kami bertanya tentang jumlah anak yang ada, beliau mengatakan bahwa beliau tidak pernah mendata anak, karena siapapun yang ingin datang maka di perbolehkan asalkan niat.

Karena usia dewasa, maka beliau tidak pernah menanyakan tentang orang tuanya, berbeda dengan usia SMA atau SMP beliau mungkin butuh orang tuanya. Kalau usia mahasiswa, beliau hanya butuh komitmen supaya dia punya karakter, punya kepribadian yang bisa diandalkan, menjadi orang yang bisa tahan banting dan tidak gampang mengeluh, tapi memegang Al-Quran. Kalau memang niatnya kuat dia pasti nyaman, kalau tidak punya niat atau niatnya separuh – separuh atau orang tuanya punya niatan lain pasti dia tidak betah. Beliau tidak pernah menariki biaya dan sama sekali tidak ada biaya yang harus dikeluarkan. Walaupun tidak ada penarikan dana, tetapi ada saja dana yang masuk. Beliau tidak mengeluarkan apa – apa. Dari kerabatnya pun tidak.

Yakin itu penting. Generasi sekarang yang perlu ditanamkan itu yakin dulu baru nalar. Yakin terhadap kehadiran Allah yang punya tanggungjawab terhadap umatnya itu penting, kemudian agamanya baru berproses nalarnya. Kalau berbicara sahabat kepada Rasul yakin dulu yang dibangun bukan nalarnya, setelah yakin tertata baru nalarnya. Salah satu contoh, ketika sahabat berjalan bersama Rasul melewati dua makam tiba – tiba Rasul berhenti lalu menyuruh sahabat untuk mengambil pelepah kurma, membelahnya menjadi dua kemudian ditancapkan ke masing-masing makam. Para sahabat langsung melaksanakannya.

Tanpa bertanya untuk apa semua itu dilakukan. Kemudian setelah dilaksanakan baru sahabat bertanya, "Ada apa ya Rasul ?" baru Rasul menjelaskan kalau kedua penghuni makam itu sedang disiksa dan selama pelepah kurma itu basah, kedua penghuinya diringankan siksaannya. Berbeda dengan generasi sekarang yang bertanya dulu lalu mengkritik baru kerja. Beliau mencoba menanamkan kepada dirinya dan istri sebuah keyakinan terhadap Allah bahwa kekuasaan Allah itu tak terhingga. Selama ini kekuasaan Allah kita batasi dengan nalar dan otak kita.

Selama ini, kenapa ada orang sumpek ada orang susah? Karena kekuasaan Allah dibatasi di otaknya. Kekuasaan Allah tidak berdasarkan sebab akibat. Kalau kekuasaan Allah berdasarkan sebab akibat, seumpama ada orang yang baik masuk neraka berarti Allah dzolim. Tapi turunnya kekuasaan Allah, turunnya rahmat Allah itu berdasarkan kesiapan hambanya. Tapi jangan di balik. Setiap kali ada kebaikan yang kita lakukan biasanya orang umum mengatakan bahwa kebaikan yang kita lakukan adalah hadiah untuk Alla. Kalau orang yang sadar kekuasaan Allah akan mengatakan bahwa ini adalah hadiah yang diberikan Allah untukku sehingga aku bisa berbuat baik. Contoh yang lain, orang yang terbiasa bernalar logika sebab akibat pasti akan berfikir setiap kali aku membaca istighfar pasti aku akan diampuni Allah. Padahal belum tentu, karena sebenarnya ampunan Allah lebih dahulu turun sehingga saya harus beristighfar kepada-Nya.

Seharusnya seperti itu. Tapi kenyataanya, orang-orang berfikir kalau apa yang didapat itu karena apa yang mereka lakukan. Inilah bedanya keyakinan dengan nalar. Sehingga selama ini berlandaskan keyakinan beliau bersama istri khidmat kepada Al-Quran tidak lebih dari itu. Seluruhnya dicukupi oleh Allah dan satu hal lagi yang beliau tanamkan kepada diri dan istrinya bahwa orientasi kehidupan itu BUTUH bukan INGIN. Jadi jangan sampai terlintas apalagi berifikir tentang hal – hal sekunder karena hidup ini yang harus kita pikirkan adalah apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Kalau kamu mempunyai keinginan tapi di mulut kamu mengatakan butuh, itu sebenanrnya keputusan keinginan dan keinginan biasanya berasal dari nafsu belaka.

Generasi penghafal quran harus ditata barsama sebagai tanggungjawab kita bersama tidak bisa berjalan sendiri. Kalau jalan sendiri – sendiri jadi lebih mudah di adu domba dan di manfaatkan oleh orang lain nanti.

Beliau menagatakan bahwa kedepannya beliau tidak menginginkan apa – apa, semuanya dibiarkan mengalir seperti air.

Khidmat Al-Quran adalah bagaimana bermanfaat untuk orang lain. Apa yang bisa kita mulai ya kita mulai. "Generasi sekarang masih berat, diajak untuk berpikir aja tidak nemu apalagi mau memulai jadinya tidak jalan-jalan." Ini pentingnya komitmen niat, komitmen niat itu kepada diri kita sendiri dan kepda Allah.

Selain mendampingi anak – anak beliau beraktifitas apapun selama bisa bermanfaat untuk orang banyak. Moto Beliau, khoirun nass anfa'uhum lin nass (sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia yang lain), tidak perlu ditarget tidak harus dihitung yang terpenting dijalan, maka nikmat jadinya, merdeka.

Beliau mengharapkan penghafal quran di sana bisa menjadi orang yang bertanggungjawab, terhadap siapa saja. Bertanggung jawab kepadaa Tuhannya, kepada Rasulnya, kepada orang tuanya, kepada lingkungannya. Jadi orientasinya adalah bertanggungjawab dalam melaksanakan kewajiban, bukan meminta hak.

Sistem pembelajaran di sana Shubuh sama Maghrib setoran. Jika rutin mingguan, malam jum'at ada yasinan sama tahlilan juga mengaji kitab Mbah Hasyim Asy'ari. Kalau rutin bulanan ada hataman qur'an sejak tahun 2003. Bahkan terkadang tempatnya bergabung dengan Mantab komunitas atau perkumpulan hataman qur'an.


 

Dalam menghafal al-Quran, terdapat beberapa hikmah yang dapat diperoleh bagi para penghafal al-Quran, sebagaimana yang disebutkan oleh Abdurrab Nawabuddin yaitu:

  1. Kemenangan di dunia dan akhirat, jika disertai dengan amal saleh dan menghafalnya.
  2. Tajam ingatannya dan cemerlang pemikirannya.
  3. Bahtera ilmu.
  4. Memiliki identitas yang baik dan berperilaku yang jujur.
  5. Fasih berbicara, ucapannya benar dan dapat mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara tab'iy (alami)

Pesan Beliau : Kebaikan tanpa tindakan hanya akan dilindas, kalau kamu punya pemikiran yang kamu anggap benar tapi kamu diam saja lama-kelamaan akan ditindas.

 


 

BAB IV

KESIMPULAN

 

Al-Quran adalah kalam Allah yang berupa mukjizat yang diturunkan oleh-Nya kepada manusia, melalui Jibril, dengan perantara Rasul terakhir, Muhammad, berfungsi utama sebagai petunjuk manusia sebagai mahluk psikofisik yang bernilai ibadah.

Menghafal Al-Qur'an adalah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.


 

Narasumber : Muhammad Musthofa

Daftar Pustaka

1)      Ritzer, George dan Doughlas J. Goodman .2014. Teori sosiologi.

2)      http://bukuinsfirasi.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-tahfidz-al-quran.html

3)   http://www.referensimakalah.com/2012/12/menghapal-alquran-pengertian-dasar-hukum-tujuan-dan-hikmah.html

Lampiran : Terlampir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini