Rabu, 04 November 2015

TUGAS UTS. FIELD RESEARCH.

 

PERJUANGAN HIDUP, KOMITMEN, DAN PANTANG MENYERAH:

KISAH SOSIOLOGI INDIVIDU PEMBAWA PERUBAHAN

 

TOKOH PENDIRI BIMBINGAN BELAJAR SEDERHANA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun oleh:

Imam Farid Santoso – 11150510000038 / KPI IA

Rizka Maulidina – 11150510000143 / Jurnalistik IA

Nita - 1115051000208 / Jurnalistik IB

Yama Nuraini – 11150510000088 / KPI IB

 

Dosen Pembimbing : Dr. Tantan Hermansyah, M.Si

 

Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2015

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

1.1     Latar Belakang Permasalahan

 

Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Output pendidikan belum mampu berjalan seimbang dengan tuntutan zaman, hal ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan para pendidik untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi masa depan.

Ujian Nasional (UN) selama ini diperlakukan semacam upacara ritual tahunan tanpa memberikan pengaruh berarti terhadap upaya dan pengelola serta pelaksanaan pendidikan pada tingkat sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun praktik ujian akhir dapat digunakan untuk memenuhi kualitas pendidikan namun pada umumnya sering bertentangan dengan kenyataan. Sebagaimana diketahui bahwa realitas pendidikan di tanah air sangat beragam, baik itu sarana – prasarana pendidikan, sumber daya guru, dan school leadership. Kualitas pendidikan yang begitu lebar sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan pengelola pendidikan pada tingkat pusat, daerah, dan sekolah semakin menguatkan tujuan masyarakat selama ini bahwa penggunaan instrumen UN untuk menentukan kelulusan (sertifikasi) dan seleksi berpotensi melanggar keadilan dalam test.

Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak. Kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari dan terkadang juga teramat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat tinggi, tetapi juga terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orang tua siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan.

Pengamat pendidikan yang juga seorang pendidik, St Kartono, mengungkapkan dengan mengikuti bimbingan belajar berarti siswa maupun orang tua siswa yang mengirimkan anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar cenderung tidak percaya bahwa pembelajaran di sekolah mampu membawa anak mereka lebih berprestasi. Hal itu jelas sangat disayangkan karena beban biaya pendidikan antara lain melalui sumbangan pendidikan yang ditanggung orang tua siswa semakin tinggi, sementara peningkatan mutu yang didengung-dengungkan pihak sekolah dapat dibuktikan hasilnya. Siswa yang ikut bimbingan belajar kebanyakan justru dari sekolah-sekolah yang favorit. Yang kemampuan akademiknya justru relatif lebih baik.

Bimbingan belajar yang cukup ternama biasanya dikelola oleh suatu lembaga. Tetapi tidak menutup bahwa bimbingan belajar juga dapat didirikan oleh pengelola yang berdiri sendiri atau lebih tepatnya mandiri. Tanpa lembaga, ada beberapa bimbingan belajar yang sudah bisa mendirikan suatu bimbingan belajar.

Dalam penelitian kelompok kami, kami mengambil sosok pendiri suatu bimbingan belajar yang cukup menginspirasi kami.  Seseorang yang berkomitmen ingin ikut berpartisipasi mencerdaskan bangsa dengan hal kecil yang bisa membawa perubahan dalam dunia pendidikan. Beliau yang pantang menyerah untuk tetap mendirikan tempat bimbingan belajar sederhana pada saat persaingan lembaga-lembaga bimbingan belajar sedang ketat-ketatnya bersaing.

Dari latar belakang di atas, persaingan lembaga bimbingan belajar dan bimbingan belajar sederhana masih perlu diteliti dengan menyertakan sudut pandang dari sosok pendiri bimbingan belajar sederhana yang juga pantang menyerah pada saat persaingan ketat antara lembaga-lembaga bimbingan belajar sedang terjadi. Dengan demikian kami ingin meneliti, apa yang memotivasi sosok pendiri bimbingan belajar sederhana ini mendirikan suatu bimbingan belajar tersebut dan kisah inspiratif dibalik sosok tersebut pada saat mendirikan suatu bimbingan belajar yang sederhana.

 

1.2     Pertanyaan Penelitian

 

       Berdasarkan dengan apa yang telah kami baca dan perhatikan, kami mengambil point penting dari kisah perjuangan tokoh itu sendiri. Tokoh yang menjadi acuan yang juga ingin membuat perubahan akan pendidikan di Indonesia dengan mendirikan sebuah bimbingan belajar sederhana. 

 

       Kondisi persaingan bimbingan belajar di luar sana yang rata-rata dikelola oleh lembaga-lembaga ternama  menjadi objek kajian pelengkap data pada penelitian ini. Hal ini menarik apabila kita melakukan sebuah penelitian atau kajian yang ada di dalamnya.

 

       Kami menjadikan semua data tersebut menjadi pertanyaan juga tujuan penelitian. Dan dari hal tersebut akan bermunculan beberapa pertanyaan yang akan membantu menjawab pertanyaan utama.

 

       Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian utama  yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1.      Apakah yang memotivasi tokoh pendiri bimbingan belajar ini mendirikan bimbingan belajar dengan cara yang sederhana pada saat persaingan lembaga-lembaga bimbingan belajar ternama sedang bersaing ketat?

2.      Apa kisah inspiratif di balik perjuangan untuk mendirikan bimbingan belajar ini?

              Kedua pertanyaan utama di atas akan berkembang sehingga dapat memunculkan atau melahirkan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.

              Pertanyaan penelitian merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa adanya pertanyaan penelitian atau rumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah atau research question diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.

              Pertanyaan penelitian berfungsi sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Juga sebagai pedoman, penentu arah, atau fokus dari suatu penelitian.

 

1.3     Metode Penelitian

 

        Dalam melaksanakan penelitian ini, kami ditawarkan dengan beberapa metode. Diantaranya adalah wawancara, observasi, partisipasi, kuesioner, dan lain sebagainya. Tetapi wawancara adalah metode yang kami pilih.

        Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Dalam tema yang kami pilih yaitu "Perjuangan Hidup, Komitmen, dan Pantang Menyerah: Kisah Sosiologi Individu Pembawa Perubahan", bagi kami wawancara adalah metode yang paling memudahkan kami untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari penelitian yang kami laksanakan.

        Wawancara juga cenderung ditanggapi secara lebih baik. Banyak responden yang lebih menyukai mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan. Pewawancara juga dapat mengobservasi perilaku nonverbal. Misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada waktu pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara lebih baik. Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan. Dalam hal tertentu jawaban spontan dapat lebih jujur dan informatif. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah kita tetapkan.

 

1.4     Tinjauan Teoritis

       Bimbingan merupakan suatu proses yang mengandung pengertian bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang berkesinambungan, bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan individu. Dalam bimbingan, yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu itu sendiri.

       Belajar adalah perubahan relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

       Dalam pengertian bimbingan belajar sendiri adalah suatu kegiatan bantuan belajar kepada siswa atau peserta didik yang bertujuan agar siswa mendapat mencapai prestasi belajar secara optimal.

       Pada penelitian ini kami sepakat bahwa teori Weberian menjadi pandangan penelitian ini. Teori yang dimaksud pula adalah teori tindakan sosial yaitu tindakan nyata yang diarahkan kepada orang lain. Tindakan pengulangam ini bersifat subyektif yang merupakan tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti suyektif bagi dirinyadan diarahkan kepada tindakan orang lain. Ia yang memperkenalkan pendekatan westehen (pemahaman), yang berupa menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntut perilaku masyarakat yang melahirkan  interaksi sosial. Di antara contoh karya Max Weber tentang perkembangan sosiologi adalah analisis tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi, dan sebagainya.

 

       

 

      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

GAMBARAN UMUM SUBYEK/OBYEK KAJIAN

 

2.1     Profil Umum Subyek/Obyek

 

 


Tokoh inspiratif yang menginsiprasi kami bernama Ibu Trisila, yang biasa dipanggil Ibu Tris. Bersama dengan suaminya, ia mendirikan Bimbingan Belajar Delta yang merupakan tempat bimbingan belajar sederhana yang menjadi bahan penelitian kami. Ibu Trisila merupakan seorang guru yang sudah pensiun bersama dengan suaminya. Ia dan suaminya adalah lulusan Universitas Negeri Jakarta. Ia dan suaminya mendirikan Bimbingan Belajar Delta karena keduanya sudah sama-sama pensiun menjadi guru. Ia memiliki 2 orang anak. Anak pertamanya sedang melanjutkan studi di tempat yang sama pada saat ia kuliah yaitu Universitas Negeri Jakarta. Dan anak keduanya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

 

 

2.2     Lokasi Kajian

Tempat Bimbingan Belajar Delta menjadi lokasi kajian penelitian kami. Bimbingan Belajar Delta beralamat di Jalan WR. Supratman Gang Bacang. Tempat ini sudah ada sejak tahun 2009 hingga sekarang. Awalnya Bimbingan Belajar Delta berlokasi di BSD. Dikarenakan Ibu Tris dan keluarga harus pindah tempat tinggal, maka Bimbingan Belajar Delta pun dipindahkan pula menjadi di tempat yang sekarang. Jika ditotal dengan sebelumnya berlokasi di BSD, Bimbingan Belajar Delta sudah berdiri hampir 10 tahun.

Bimbingan Belajar Delta membuka kelas dari kelas SD – SMP – SMA. Tempat ini berbeda dengan tempat-tempat bimbingan belajar pada umumnya. Bimbingan Belajar Delta merupakan tempat bimbingan belajar yang berlokasi di rumah Ibu Tris dan sangat sederhana.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ANALISIS HAL

Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 1989, pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik. Sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa. ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 233)

Menurut Rochman Natawidjaja dalam bukunya Syamsu Yusuf (2005: 6) Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dapat membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.

Maka dapat diambil kesimpulan dari beberapa definisi bimbingan sebagai berikut:

1)  Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan.

2)  Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan menggunakan kata membantu berarti dalam kegiatan bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam kegiatan bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk menuju kesuatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan pembimbing membantu mengarahkan klien kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam kegiatan bimbingan dibutuhkan kerjasama yang demokratis antara pembimbing dengan kliennya.

3)  Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya didalam proses perkembanganya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua

4)  Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannya dengan guru maupun tenaga administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:

1)  Preservatif: Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.

2)  Preventif: Mencegah sebelum terjadi masalah.

3)  Kuratif: Mengusahakan pembentukan dalam mengatasi masalah.

4)  Rehabilitasi: Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatmen yang memadai. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004: 117).

Menurut Abin Syamsuddin Mahmu, (2002: 157). Belajar adalah konsep belajar yang menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku yang menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.

Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah.

Setiap gejala masalah ada sesuatu yang melatarbelakanginya, demikian juga dengan masalah belajar. Misalnya  prestasi belajar rendah dapat melatarbelakangi oleh kecerdasan rendah, kekurangan motivasi belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik, gangguan kesehatan, kekusutan psikis, kekurangan sarana belajar, kondisi keluarga yang kurang mendukung, cara guru mengajar yang kurang sesuai, materi pelajaran yang terlalu sulit, kondisi sekolah yang kurang baik dsb. Untuk setiap jenis masalah banyak sekali faktor yang melatarbelakanginya. Gejala masalah yang sama dapat dilatarbelakangi oleh faktor yang sama tetapi juga dapat dilatarbelakangi oleh faktor yang berbeda.

Keseluruhan faktor yang melatarbelakangi masalah belajar ini, dapat dikembalikan kepada faktor internal yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar siswa. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat dan hasil belajar. Segi emosional seperti motif, sikap, perasaan, keinginan, kemauan. Kondisi dan kesehatan fisik dan mental. Faktor eksternal meliputi kondisi fisik, sosial-psikologis keluarga, sekolah serta masyarakat sekitar. Pada dasarnya semua faktor dapat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa, apakah pengaruhnya positif ataupun negatif. Kekuatan pengaruh setiap faktor bagi setiap individu tidak selalu sama. (Nana Syaodih Sukmadinata: 2005: 240)

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:

1)  Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yakni:

a.   Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b.   Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

c.   Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telingga).

2)  Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa, yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:

a.   Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga

b.   Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.

c.   Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability(ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar yang terdiri atas:

1)    Disleksia yakni ketidakmampuan belajar membaca

2)    Disgrafia yakni ketidakmampuan belajar menulis

3)    Diskalkulia yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak ( Muhibbin Syah, 2003: 183)

Supaya belajar bisa berjalan secara lebih optimal maka harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut:

1)  Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

2)  Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematik.

3)  Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.

4)  Belajar merupakan proses yang kontinu

5)  Belajar memerlukan kemampuan yang kuat.

6)  Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor

7)  Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi.

8)  Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

9)  Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dengan murid.

10) Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. (Trursan Hakim, 2000: 2-10).

Sosiologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang pola-pola hubungan antara manusia dan manusia, baik secara individu maupun secara kelompok yang berakibat pada lahirnya pola-pola sosial, di antaranya: nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan yang dianut oleh manusia di dalam kelompok tersebut. Sejak awal kelahirannya, sosiologi banyak dipengaruhi oleh filsafat sosial. Tetapi, berbeda dengan filsafat sosial yang banyak dipengaruhi ilmu alam dan memandang masyarakat sebagai "mekanisme" yang dikuasi hukum-hukum mekanis, sosiologi lebih menempatkan warga masyarakat sebagai individu yang relatif bebas.

Definisi Weber yang terkenal tentang tindakan manusia secara sensiitf adalah suatu tindakan sosial yang merupakan tindakan subyektif yang juga meliputi tindakan yang lainnya. Juga diorientasikan dalam bentuk tindakan sosial. Menurut Weber satuan analisis begitu ditetapkan menjurus pada kajian ilmiah murni dengan metode yang sama. Ia berpendapat sosiologi ada hubunganya dengan persoalan makna.

Sosiologi dalam hal ini mengupayakan pemahaman interperativ mengenai tindakan sosial dalam kerangka menghadirkan eksplanasi kausal mengenai tindakan sosial dan pengaruh-pengaruhnya. Hal ini memunculkan konsep tindakan atau aksi. Tindakan sosial  adalah sejauh dengan makna subyektif yang dilakukan dengan aksi melibatkan orang-orang khusus. Kita dapat memahami dari sosiologi bahwa manusia tidak dapat hidup atau berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Manusia butuh kesinambungan dengan masyarakat luar. Namun tindakan sosial yang merupakan teori Weberian tidak banyak dijumpai di lingkungan masyarakat. Tetapi masih ada juga masyarakat yang mempunyai emosionalitas yang tinggi terhadap lingkungan di sekitar.

Dalam hal pendidikan khususnya pada bimbingan belajar di luar sekolah, sudah banyak Lembanga Bimbingan Belajar (LBB) untuk menarik calon siswa. Apalagi mendekati masa kelulusan siswa SD, SMP, dan SMA, makin besar saja promosi yang dilakukan. Mulai dari menyebar brosur yang memuat jumlah siswa tahun tertentu yang diterima pada sekolah favorite, memberi jaminan dengan pencapaian skor tertentu pasti bisa di program studi tertentu pasti bisa di program studi tertentu.

Masuk LBB para pelajar biasa menyebut bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren sejak pertengahan tahun 1990-an. Perkembangan bisnis LBB tampaknya tak lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang tua merasa tidak puas terhadap kemampuan yang dicapai anaknya dari belajar di sekolah. Namun apakah semua orang tua mampu memberikan bimbingan belajar kepada anak di luar jam belajar di sekolah?

Ada beberapa faktor mengapa orang tua memberikan bimbingan belajar kepada anaknya. Diantaranya adalah karena mereka sibuk sehingga tidak dapat mendampingi anaknya belajar di rumah. Selain itu materi pelajaran yang semakin rumit membuat orang tua kesulitan saat anaknya bertanya. Alasan lainnya adalah agar waktu anak tidak terbuang sia-sia dan tidak banyak bermain. Maka orang tua kadang tanpa kompromi mengikutkan anaknya untuk mengikutin bimbingan belajar.

Bagi beberapa orang tua mudah saja untuk mendaftarkan anaknya ke bimbingan belajar. Tetapi sekarang Lembaga Bimbingan Belajar biayanya sudah sangat tinggi dan tidak semua orang tua mampu mendaftarkan anaknya ke bimbingan belajar tersebut, padahal kita tahu bimbingan belajar juga dibutuhkan untuk para peserta didik. Bagi keluarga dengan kelas ekonomi bawah, ini menjadi masalah baru bagi mereka.

Kami pun menemukan tokoh inspiratif yang bisa memberikan solusi dalam  masalah ini. Tokoh tersebut bernama Ibu Tris. Ia adalah pendiri dan pemilik sebuah bimbingan belajar sederhana. Ia mendirikan bimbingan belajar yang bernama Bimbingan Belajar Delta bersama suaminya. Sebelumnya, Ibu Tris bersama sang suami adalah guru di sekolah formal. Dikarenakan mereka pensiun, untuk melanjutkan hidup mereka mencari nafkah dengan mendirikan sebuah bimbingan belajar. Sebuah bimbingan belajar yang bernama Bimbingan Belajar Delta mereka bangun dari nol yang hanya bertempat di rumah mereka saja. Pada saat beliau dan suami harus pensiun, beliau tidak langsung berhenti mengajar. Dikarenakan kecintaannya beliau dengan dunia ajar-mengajar, ia mendirikan Bimbingan Belajar Delta sebagai wujud rasa cinta dan kepeduliannya.

Bimbingan Belajar Delta didirikan oleh Ibu Tris dari tahun 2009 hingga sekarang. Tetapi sebelumnya Bimbingan Belajar Delta ini telah didirikan terlebih dahulu dari tahun 2005 di kawasan BSD. Ketika kami bertanya kepada beliau, apa visi misi dari Bimbingan Belajar Delta ini, jawaban yang kami dapatkan adalah sebuah jawaban yang simple. Yaitu hanya ingin melayani dan membantu siswa yang kesulitan belajar di sekolah. Ia ingin membantu para peserta didiknya untuk berfikir secara logika dengan lebih baik pada saat menerima pelajaran. Beliau ingin para siswanya dapat menerima dengan baik pelajaran yang diterimanya di sekolah maupun di tempat bimbel itu sendiri.

Ibu Tris mengatakan selain untuk mencari nafkah, motivasinya mendirikan Bimbingan Belajar Delta ini adalah ingin mencerdaskan para siswa. Agar siswa menjadi lebih tau dan memahami dari materi apa yang telah ia  terima di sekolah. Ibu Tris ingin membantu para siswa untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya.

Dalam membuka suatu usaha baru, kendala pun pasti dijumpai oleh setiap orang. Tidak terkecuali dengan apa yang telah Ibu Tris hadapi pada saat hendak mendirikan tempat bimbingan belajar ini. Dan juga persaingan para Lembaga Bimbingan Belajar pun dirasakan oleh Ibu Tris. Satu persatu siswa mendaftar di bimbingan belajar beliau, dan satu persatu pula mereka pergi meninggalkan tempat bimbingan belajar beliau. Beliau juga menghadapi kendala pada saat mengajar ketika siswa sulit menangkap pelajaran yang telah ia terangkan. Jumlah siswanya sendiri pun tidak banyak dan tidak terlalu pasti. Karena tempat bimbingan belajar beliau masih kalah saing dengan Lembaga Bimbingan Belajar yang sudah mempunyai nama besar. Pun jika dibandingkkan dari segi fasilitas, tempat bimbingan belajar milik Ibu Tris masih kalah jauh. Dan itu merupakan salah satu faktor mengapa peminat di tempat bimbingan belajar sangat rendah. Nama dari suatu bimbingan belajar sangat berperang penting untuk mendapatkan minat dari para peserta didik. Ibu Tris sendiri menyadari bahwa Lembaga Bimbingan Belajar itu besar di nama dan tempat bimbingan belajar yang ia dirikan ini masih kurang terkenal.

Meskipun beliau menyadari akan persaingan yang sangat ketat dalam dunia bimbingan belajar, beliau tidak menyerah begitu saja. Beliau mencari cara agar tempat bimbingan belajarnya juga dapat bersaing dengan lembaga yang lain. Beliau membedakan cara mengajar tempat bimbingan belajar beliau dengan Lembaga Bimbingan Belajar yang lain. Perbedaan yang mencolok adalah tempat bimbingan belajar beliau tidak berpacu dengan modul. Berbeda dengan Lembaga Bimbingan Belajar yang rata-rata menggunakan modul belajar yang biasanya berbeda dengan apa yang sedang dipelajari di sekolah. Ibu Tris hanya ingin melayani dan membantu siswa yang kesulitan dalam pembelajaran jadi ia menerapkan pengajaran sesuai dengan apa yang siswa butuhkan. 

Tempat bimbingan belajar yang didirikan Ibu Tris memanglah sangat sederhana dan masih sangat awam. Tetapi dengan niat tulus seorang Ibu Tris membantu para siswa yang ingin mengikuti bimbingan belajar dengan biaya yang tidak terlalu tinggi, tempat ini menjadi sangat berguna untuk para siswa. Bukan hanya biaya yang tidak terlalu tinggi, tempat bimbingan belajar ini pun juga membuat perubahan signifikan kepada para siswanya.

Muhammad Abiem Fadillah yang merupakan siswa SD kelas 5, sangat merasakan keunggulan dari tempat bimbingan ini. Ia menjadi lebih cepat mengerti dan memahami pelajaran yang ada di sekolahnya. Tempat bimbingan belajar ini sangat memabantunya. Nilai-nilainya untuk ujian pun menjadi lebih baik. Padahal sebelumnya siswa ini bergabung di tempat Lembaga Bimbingan Belajar yang diekspektasikan akan membantunya dalam  hal pembelajaran, tetapi ternyata tidak. Ia merasa sangat terbantu setelah bergabung di tempat bimbingan yang sederhana ini.

Ibu Tris memang berkomitmen ingin melayani para siswanya dengan baik, semampu yang beliau bisa. Beliau membimbing para siswanya hingga benar-benar mengerti dan memahami pelajaran. Beliau akan terus mengajar dan terus mengajar.

Ibu Tris memandang bahwa pendidikan di Indonesia sudah cukup bagus dan maju. Dari masyarakat keluarga kelas bawah sampai kelas atas,  pasti ingin anak-anaknya menjadi sarjana, bisa mengembangkan kemampuannya dan sukses. Menurut beliau pula, cara berpikir anak zaman sekarang juga sudah sangat berkembang pesat. Kurikulum zaman sekarang adalah faktor yang menurut beliau menghasilkan pemikiran anak di zaman sekarang menjadi sangat bagus. Walaupun di kurikulum sekarang siswa disuguhkan dengan soal-soal yang sulit, yang membuat mereka harus berpikir lebih keras dan lebih luas pengetahuannya. Di sisi lain, Ibu Tris juga sangat menyayangkan kurikulum yang sekarang. Yang cenderung membebankan siswa maupun pengajarnya. Setiap kali jabatan pemerintah diganti, kurikulum pun ikut berubah.

Dengan semua usaha Ibu Tris mendirikan Bimbingan Belajar Delta ini, beliau berharap bisa lebih berperan dalam membantu para siswa dalam menjalankan pendidikan di Indonesia. Meskipun beliau sadar akan kurang eksistensinya Bimbingan Belajar Delta ini dibandingkan dengan Lembaga Bimbingan Belajar yang lain. Beliau berharap siswa yang bergabung di Bimbingan Belajar Delta yang beliau dirikan berubah menjadi lebih baik. Hingga terlihat perbedaannya pada saat ia belum bergabung di Bimbingan Belajar Delta dan saat sudah bergabung.

Tindakan sosial nyata yang dilakukan Ibu Tris sangat membantu bagi mereka yang ingin mengikuti bimbingan belajar tetapi tidak bisa mengeluarkan biaya lebih. Tindakan ini membawa hal positif bagi Ibu Tris dan juga para siswanya. Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu tindakan sosial ini sangat berperan penting karena ada sesuatu yang menekankan terhadap sebuah pemikiran dan semangat manusia itu sendiri sehingga menimbulkan tindakan sosial sesuai degan Teori Weberian.

Sesuai dengan penelitian di atas kini kami mengerti bahwa tindakan sosial ini sangat mempengaruhi antara individu ke individu lainnya bahkan mempengaruhi perubahan lingkungan sekitar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

KESIMPULAN

 

Bimbingan belajar merupakan salah satu solusi siswa jika mengalami kesulitan belajar, terlebih orang tua di rumah juga tidak bisa mengajarkan anaknya karena penegtahuan yang belum cukup juga tidak adanya waktu untuk anak. Pada saat Lembaga Bimbingan Belajar sedang bersaing ketat, masih ada orang tua siswa yang belum mampu menyertakan anaknya untuk bergabung di bimbingan belajar. Dikarenakan biaya yang cukup tinggi.

Ibu Tris mendirikan Bimbingan Belajar Delta sebagai solusi bagi mereka yang masih ragu untuk menyertakan anaknya bergabung di bimbingan belajar. Bimbingan Belajar Delta merupakan bimbingan belajar sederhana yang khusus didirikan untuk melayani para siswa jika menghadapi kesulitan belajar. Tidak perlu biaya mahal untuk bergabung di Bimbingan Belajar Delta. Meskipun persaingan sangat ketat, tetapi Ibu Tris tetap berkomitmen untuk mencerdaskan para siswanya.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Pengantar Sosiologi. Elly M. Setiadi. Usman Kolip.

https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/penelitian-kualitatif-metode-pengumpulan-data/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini