LAPORAN HASIL KULIAH LAPANGAN
SOSOK PEMIMPIN PONDOK PESANTREN
MATA KULIAH PENGANTAR SOSIOLOGI
Disusun Oleh :
Nanda Aullia Fauziah / Jurnalistik 1A (1115051000119)
Rhoma dhino yoga reynaldi / Jurnalistik 1B (11150510000193)
Farhan Fauzan /KPI 1B (11150510000075)
Andre bastiuan tarigan/ KPI 1A (11150510000001)
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M
PENDAHULUAN
BAB I
A. Latarbelakang
Tak asing nampaknya dengan sebutan Pondok Pesantren di telinga kita, Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya modal keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia. Secara historis, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi. Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel. Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab turots atau yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan fiqih mendapat porsi mayoritas. Hal itu karena mereka memandang bahwa ilmu nahwu adalah ilmu kunci. Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai nahwu. Sedangkan Tim Peneliti yang terdiri dari Mahasiswa Fak. Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mendapatkan tugas untuk meneliti tentangkisah sosiologis individu pembawa perubahan terutama pada bidang agama. Sehingga kami merasa terpanggil untuk meneliti Pondok Pesantren Al-Inaayah di wilayah Pamulang Kota Tangerang Selatan Tim Peneliti ingin melakukan Pengamatan dan Penelitian secara langsung apa sebenarnya Kontribusi yang diberikan oleh Pesantren untuk Kemajuan Umat Islam itu sendiri.
B. Pertanyaan penelitian
· Apakah sejarah awal mula di dirikannya pondok pesantren al inaayah
· Apa tujuan di dirikannya pondok pesantren al inaayah
· Seperti apakah sistem pendidikan pondok pesantren Al Inaayah
· Mengapa lebih memilih mendirikan pondok pesantren di bandingkan sekolah umum
· Apa saja kegiatan yang dilakukan di pondok pesantren
·
C. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber agar hasil yang di capai benar – benar akurat dan dapat di pertanggung jawabkan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
· Menentukan objek penelitian
· Melakukan wawancara dengan narasumber
· Mengklarifikasi masalah
· Merumuskan masalah
· Memberikan kesimpulan
D. Tinjauan teoritis
Pengertian Pesantren, pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe-dan akhiran an berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam (Sutisna,2010). Menurut kamus besar bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji.Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa. Jenis Pesantren Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren baik tempat bentuk hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Universitas Sumatera Utara Pondok pesantren salaf (tradisional)Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum.Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu. Pesantren khalaf (modern) Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya. Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.
BAB II
1. Profil umum subjek
Nama : KH. Ahmad Falaq Ibrahim Lc.
Tanggal lahir : 8 september 1949
Alamat : Jln. Pesantren Al Inaayah, rawa kalong gunung sindur pondok miri, Bogor.
Rt/RW : 01/06 No. 82 (16340)
Wafat : 16 Nopember 2009
Dengan bantuan para dewan guru memulai memijakan kakinya pada periode kepemimpinan beliau. Dengan semua pengalaman yang beliau punya ketika menimba ilmu di Damaskus syiria, Madinah, dan Mesir, KH. Ahmad Falaq Ibrahim, Lc. Berjuang dengan ikhlas dan "Li i'la kalimatillah" kini sudah hampir 25 tahun pondok pesantren AL INAAYAH berdiri.
2. Narasumber : M. Sukron (kepala sekolah ponpes Al Inaayah)
3. Lokasi kajian
Penelitian dilakukan di pondok pesantren AL INAAYAH tepatnya di daerah jln. Pondok pesantren Al Inaayah, rt.01/rw 06 No. 82 Kp. Pondok miri, desa. Rawakalong, kec.gunung sindur, kab.Bogor.
BAB III
ANALISIS HASIL
Teori Aksi sosial
Secara pasti penerapan ilmu-ilmu sosial belum dapat dipastikan. Indicator penerapan ini, barangkali dapat ditelusuri daei penerapannya dalam menjelaskan perkembangan yang tidak teratur. Weber yang memulai penerapan tersebut pada universitas dimana ia mengajar. Kontribusi penting atas penerapan tersebut adalah munculnya kekuatan individu dalam kontunitas sebuah lembaga dalam merespon perkembangan yang kerap kali berubah. Teori aksi sosial juga memperhitungkan tingkah laku secara kolektif dan personal. Kemudian ia menjadi mashur sebagai cabang lain dari social behavior dan menjadi sesuatu yang mesti di perhitungkan dalam struktur sosial dan struktur nilai. Maka bagian-bagiannya menjadi pendukung bagi proses sosial serta nilai sosial yang kemudian menumbuhkan rasionalisme struktur di barat. Hal ini erat hubungannya dengan apa yang dilakukan empat bersaudara yaitu H. Muhammad Bin H. Abdullah, Alm.Hj. Muhaya Binti H. Abdullah, Alm. H. Mawardi Bin H. Abdullah, Hj Romlah Binti H. Abdullah yang mewakafkan tanahnya untuk dijadikan pondok pesantren melalui pemimpin pondok pesantren KH. Ahmad falaq Ibrahim, Lc yang sangat bejasa karena ingin membagi ilmu yang sudah beliau dapat pada saat menimba ilmu di negeri orang. Dan berhasil memimpin pondok pesantren hingga 20 tahun lebih. Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial; dan itulah yang dimaksudkan dengan pengertian paradigma definisi atau ilmu sosial itu (Ritzer 1975). Tindakan manusia dianggap sebagai sebuah bentuk tindakan sosial manakala tindakan itu ditujukan pada orang lain.
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975). Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan social ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Tindakan sosial ini ada hubungannya dengan apa yang kami teliti yaitu sebuah tindaka sosial untuk membangun pondok pesantren yang bermaksud agar bermanfaat bagi orang banyak.
Sejarah Pondok pesantren Al Inaayah
Pondok Pesantren Al-Inaayah berdiri atas prakarsa empat bersaudara putra-putri H. Abdullah Bin H. Dangsan, yaitu : H. Muhammad Bin H. Abdullah, Alm.Hj. Muhaya Binti H. Abdullah, Alm. H. Mawardi Bin H. Abdullah, Hj Romlah Binti H. Abdullah, yang membeli tanah seluas 5 hektar di desa Rawakalong pada tahun 1983. Pada awal mulanya pembangunan Pondok Pesantren Al-Inaayah akan dibanggun di Jalan Cipete Raya Cipete Selatan Cilandak Jakarta Selatan, sesuai dengan domosili para pengurus Yayasan Al-Inaayah yang mayoritas tinggal di daerah tersebut. Namun melihat situasi di lingkungan tersebut kurang memungkinkan karena suasana kota Jakarta yang ramai dan padat dengan para pengusaha yang ingin mengembangkan usahanya, maka rencana mendirikan Pondok Pesantren di daerah tersebut tidak jadi dilaksanakan. Untuk mewujudkan niat mendirikan Pondok Pesantren timbullah pemikiran dari keempat bersaudara putra putri H. Abdullah membangun Pondok Pesantren di kampung Pondok Mir i Rawakalong Gunung Sindur Bogor, di atas tanah yang mereka beli pada tahun 1989. pada tanggal 15 Agustus 1989 dimulailah pembangunan Pondok Pesantren Al-Inaayah.
Tahun 1991 pembangunan selesai tapi hanya meliputi 7 ruang kelas dan 5 kamar, masjid belum dibangun, aula belum ada. Mulai tanggal 15 Juli 1991 Pondok Pesantren Al-Inaayah membuka pendaftaran murid baru dengan jumlah murid baru sebanyak 37 orang putra dan putri yang dikelola oleh 9 orang tenaga guru, antara lain Bapak Pimpinan Pesantren Alm. K.H. Ahmad Falak Ibrahim, Lc. sebagai pimpinan Pondok Pesantren, Drs. H. Asnawi HT sebagai Ketua TMI (Tarbiyatul Muallimin Wal Muallimat), Abdullah, S.Ag sebagai Kepala Sekolah Tsanawiyah dan Haerison, S.Ag sebagai Bagian Pengajaran.
Namun seiring berjalannya waktu ada 2 orang pengurus yayasan yang harus mengalami pergantian karena yang bersangkutan telah meninggal dunia yaitu H. Hasan Niin dan Hj Muhayya yang kemudian digantikan oleh H. Marzuki, Lc dan H. Jalaludin S.H. berkat keteguhan hati KH. Ahamd falaq Ibrahim, Lc lah yang membuat pondok pesantren Al Inaayah ini bertahan hingga sekarang dengan ilmu yang belia miliki lah beliau ikhlas untuk meberikn ilmunya pada santri pondok pesantren Al Inaayah. Beliau merupakan suami dari Hj. Romlah binti H. Abdullah yaitu satu dari keempat pendiri pondok pesantren Al Inaayah. Walaupun beliau hanyalah pimpinan pondok tapi tanpa beliau tidak akan bertahan sampai saat ini kalau bukan berkat ilmu yang beliau dapatkan selama meinimpa ilmu di Mesir. Beliau memberikan ilmu dengan setulus hati sampai beliau tutup usia.
Tujuan didirikannya pondok pesantren Al Inaayah
tujuan Pendirian Yayasan Al-Inaayah dalam Anggaran dasar antara lain : Membangun manusia Indonesia sejahtera, Berpengetahuan luas, cinta pada nusa dan bangsa serta taqwa kepada Allah SWT, dan mampu mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan tujuan Pondok Pesantren Al-Inaayah adalah menghasilkan output dengan prestasi tinggi dari segi ilmu dan amal dengan wawasan iman dan taqwa, serta membentuk generasi yang mampu berkomunikasi dengan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris secara benar.
Bidang garapan Yayasan Pondok Pesantren Al-Inaayah yaitu :
Mendirikan Balai Pendidikan Pondok Pesantren Menyelenggarakan pendidikan formal tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Mendirikan Balai Kesehatan untuk santri Al-Inaayah khususnya dan untuk masyarakat sekitar. Memberikan BeaSiswa bagi santri berprestasi. Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan. Menerbitkan buletin pesantren dan brosur-brosur yang bernafaskan Islam.
Sebagai Balai Pendidikan Islam, Pondok Pesantren Al-Inaayah mempunyai kewajiban untuk ikut mencerdaskan bangsa, selain itu juga memiliki visi dan misi yaitu membenuk generasi muslim Indonesia yang sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan iman dan taqwa sehingga terbentuk generasi Qurani. Pada perkembangannya Pondok Pesantren Al-Inaayah telah menghasilkan alumni sekitar 500an lebih, yang tersebar di berbagai pelosok daerah di Indonesia dan meneruskan studinya di berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, dan ada pula yang melanjutkan studinya di luar negeri antara lain ke Damaskus, Yaman, Sudan, Pakistan, Malaysia, Al-Azhar mesir.
Di bidang pembangunan fisik Pondok Pesantren Al-Inaayah memiliki beberapa sarana dan prasarana pendidikan dan ibadah, antara lain sebuah masjid Jami', sebuah auditorium, 2 gedung asrama santri putra dan putri, sebuah laboratorium komputer, 1 lokal laboratorium bahasa, 1 lokal laboratorium IPA, 1 lokal perpustakaan, 2 lokal kantor guru, beberapa lokal kamar mandi, kantor TU, kantor organisasi santri, kantor Gugus Depan Pramuka serta beberapa lokal tempat tinggal dewan guru, dapur umum, kantin. Ada juga lapangan bola basket, bola voli, badminton, futsal, tenis meja dan 12 lokal ruang kelas.
Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al-Inaayah bersifat formal dan informal dengan mengacu pada sistem pendidikan Pondok Modern Gontor, dengan mengambil model dari Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta yaitu menyelenggarakan pendidikan formal dan Para pelajar atau santri wajib untuk mengikuti jenjang pendidikan selama 6 tahun (sistem TMI/ Tarbiyatul Muallimin Wal Muallimat Al-Islamiah). Santri mengikuti Ujian Nasional pada tahun ketiga atau setara dengan kelas IX, dan Ujian Nasional pada tahun keenam atau setara dengan kelas XII. Mereka mayoritas tinggal di asrama wajib menggunakan dua bahasa dalam komunikasi sehari-hari, yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, merupakan ciri khas setiap Pondok Pesantren yang memiliki jenjang pendidikan selama 6 tahun, (madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah), di mana santriwan/ santriwati baru bisa dikatakan sebagai alumni apabila telah menempuh pendidikan minimal selama 6 tahun.
Adapun yang menjadi arah dan tujuan pendidikan Pondok Pesantren Al-Inaayah adalah sebagai berikut :
Mendidik kader-kader pemimpin umat yang mampu dan terampil di tengah tengah masyarakat. Menyiapkan tenaga-tenaga ahli /pengajar/ guru di bidang agama Islam. Melatih dan membina kader-kader pemimpin bangsa/umat yang berwawasan nasional, berpengetahuan luas, berbadan sehat, berfikiran bebas, penuh loyalitas, dan bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan bangsa.Menyelenggarakan latihan-latihan dakwah Islamiyah, kepramukaan, seni budaya, dan ketrampilan lainnya guna mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki santri.
Pondok Pesantren Al-Inaayah mengembangkan sistem pendidikan terpadu. Dengan maksud agar kekurangan sistem yang satu akan diisi kelebihan sisitem yang lain. Tiga sistem yang diterapkan adalah pendidikan madrasah dipadukan dengan nonformal, pendidikan pesantren salafi serta sains dan teknologi, agar pelaksanaan sistem tersebut terpadu secara optimal, maka pendidikan dilaksanakan selama 24 jam, dengan pembinaan atau bimbingan dari guru /ustadz secara terus menerus.
Pondok Pesantren Al-Inaayah menyelaraskan antara pendidikan dan pengajaran, karena keduanya tidak hanya mengasah daya nalar santri, tetapi juga membentuk sikap pribadi dalam seluruh hidupnya. Pendidikan Pesantren adalah pendidikan manusia seutuhnya yang mencakup pendidikan lahiriyah maupun batiniyah, yang akan tercermin dalam kepribadian, sikap hidup dan manfaat santri bagi manusia dan alam sekitarnya.
Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al-Inaayah ini telah mendapat pengakuan secara formal terutama dalam naungan Departemen Agama dengan mendapatkan status diakui pada tahun 1999. Sehingga dengan demikian sejak tahun 2000 telah mampu menyelenggarakan ujian nasional sendiri.
Alasan lebih memilih membangun pondok pesantren di bandingkan sekolah umum
Karena ingin membenuk generasi muslim Indonesia yang sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan iman dan taqwa sehingga terbentuk generasi Qurani. Jadi tidak hanya ilmu dunia saja tapi harus mengutamakan ilmu akhirat yaitu ilmu agama. Oleh sebab itulah lebih memilih didirikan pondok pesntren. Selain mempelajari ilmu agama di pondok pesantren Al Inaayah juga mempelajari ilmu-ilmu yang biasanya dipelajari di sekolah pada umumnya.
Kegiataan yang dilakukan di pondok pesantren Al Inaayah
Kegiatan TMI ( Tarbiyatul Mualliamin Wal Mualliamat Al-Islamiah) tidak melulu bersifat intrakurikuler, tetapi juga meliputi segala kegiatan yang dilakukan oleh lembaga TMI, ada yang bisa digolongkan ke dalam kegiatan ko-kurikuler atau bahkan ekstrakurikuler. Kegiatan TMI ini terdiri dari kegiatan harian, mingguan, semester, dan tahunan. Dengan perincian sebagai berikut:
Harian:
Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hari senin-sabtu, mulai pukul 07.00- 14.00 wib, yang diselingi dengan istirahat dan solat zuhur.
Mingguan:
setiap hari senin mengadakan upacara bendera bekerjasama dengan Organisasi Santri Al-Inaayah (OSAL).
Tengah tahun:
1. menyelenggarakan Ujian Akhir Semester (UAS)
2. mapel kepesantrenan (lokal)
3. mapel DEPAG/DIKNAS diiringi dengan setoran hafalan ibadah amaliyah tiap santri
4. pemeriksaan buku mapel
5. ujian MID semester.
Tahunan:
1. khusus santri TMI kelas 6 (3 MA/SMA),
2. menghadapi ujian praktek mengajar (Amaliyah Tadris),
3. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM),
4. ujian akhir TMI (Niha'i),
5. pemeriksaan buku mapel selama menjadi santri TMI, dan diakhiri dengan acara
perpisahan (Haflatul Wada').
Tata tertib pondok pesantren
TATA TERTIB SANTRI PP ( PERGI PULANG)
PONDOK PESANTREN AL-INAAYAH RAWAKALONG GUNUNG SINDUR BOGOR
Santri wajib mengikuti pelajaran dari hari Senin- Sabtu mulai pukul 07.00-13.00, kecuali hari Jumat sampai pukul 10.30 WIB
Santri wajib mengikuti kegiatan-kegiatan pesantren ( Khutbatul Arsy, perkemahan, PORSEKA, Haflatul Wada, ekstrakurikuler, LPJ OSAL dan Gudep pramuka dll.)
Santri wajib berseragam lengkap dengan atributnya ( Babge Al-Inaayah) dengan ketentuan sebagai berikut:
Hari Sabtu berseragam batik dan rok/celana putih
Hari Jumat berseragam pramuka ( mengikuti latihan pramuka mulai pukul 13.00-selesai)
Hari Rabu Kamis berseragam putih biru dengan ketentuan sama dengan poin di atas
Hari Senin dan Selasa berseragam putih-putih untuk putri baju atasan panjang model baju kurung, rok panjang menutupi mata kaki, untuk putra celana panjang model longgar.
Santri wajib berkaos kaki warna putih/hitam
Santri wajib mengikuti upacara hari Senin pukul 06.30
Santri wajib mengikuti muhadatsah ( Bimbingan Bahasa) setiap hari Sabtu pukul 06.30
Santri wajib memiliki buku-buku pelajaran maupun buku-buku penunjang
Santri wajib menaati seluruh tata tertib
Santri dilarang:
Menghina/ tindakan melawan dewan guru, staf pondok pesantren, dan yayasan Al-Inaayah
Merokok, minum minuman keras
Membawa, menyimpan, apalagi menggunakan narkoba
Berkelahi, tawuran, dan saling bermusuhan
Mencuri
Berkata kasar, menghina, baik di dalam kampus maupun di jejaring sosial ( facebook, twitter, dll)
Membuat geng / terlibat kelompok geng
Berhubungan dengan nonmuhrim ( surat menyurat,berpacaran)
Membawa benda-benda tajam (celurit, pisau, belati, dll)
Membawa alat-alat elektronik ( HP, MP3/radio/ walkman/tape/ gamewatch dll)
Membawa/ menyimpan gambar/ poster/ bacaan/ kaset/ komik/ CD/ DVD yang tidak islami apalagi yang mengandung pornografi
Berfoto tidak berkerudung atau foto dengan nonmuhrim
Memakai perhiasan berlebihan ( kecuali anting)
Membawa/ memakai jimat, rajah dll
Memakai aksesoris-aksesoris
Memakai pakaian pendek/ ketat / celana berbahan levis ( jeans) ketika berkunjung ke kampus Pondok Pesantren di luar kegiatan Belajar.
TATA TERTIB SANTRI
PONDOK PESANTREN AL-INAAYAH RAWAKALONG GUNUNG SINDUR BOGOR
Santri wajib mengikuti pelajaran dari hari Senin- Sabtu mulai pukul 07.00-13.40, kecuali hari Jumat sampai pukul 11.00WIB
Santri wajib mengikuti sholat lima waktu berjamaah di masjid Jami' Al-Inaayah
Santri wajib mengikuti kegiatan-kegiatan kepesantrenan ( muhadhoroh, ekstrakurikuler, pramuka, upacara hari Senin, PORSEKA, Khutbatul Arsy, Haflatul Wada, Orientasi pramuka dll)
Santri wajib berseragam lengkap dengan atributnya ( Babge Al-Inaayah) dengan ketentuan sebagai berikut:
Hari Senin dan Selasa berseragam putih-putih untuk putri baju atasan panjang model baju kurung, rok panjang menutupi mata kaki (bukan rempel), untuk putra celana panjang model longgar.
Hari Rabu Kamis berseragam putih biru dengan ketentuan sama dengan poin di atas
Hari Jumat berseragam pramuka ( mengikuti latihan pramuka mulai pukul 13.00-selesai)
Hari Sabtu berseragam batik dan rok/celana putih
Santri wajib berkaos kaki warna putih/hitam
Santri Wajib memiliki sandal, peralatan mandi, peralatan makan secukupnya
Santri wajib memakai gamis longgar setiap Hari Sabtu dan Ahad
Santri wajib memiliki rok hitam dan kerudung segiempat hitam ( untuk muhadhoroh)
Santri wajib memakai gamis perizinan ( warna ungu) setiap kali keluar meninggalkan pondok.
Santri wajib memiliki pakaian tidur ( piyama) berbahan tebal
Santri wajib memiliki buku-buku pelajaran maupun buku-buku penunjang
Santri wajib menaati seluruh tata tertib.
BAB IV
A. Kesimpulan
· Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: Eksistensi pondok pesantren Al Inaayah dalam memenuhi kebutuhan dantuntutan masyarakat dalam bidang pendidikan adalah dengan berupaya mengkolaborasikan dua sistem pondok pesantren yakni pondok pesantren Modern Gontor, pondok pesantren Salafi Upaya tersebut dilakukan sebagai jawaban atas kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini, dengan mensinergikan antara pendidikan agama, dan juga pendidikan umum. Dan tata terib yang sangat ketat agar membuat para santri bisa lebih patuh dan bertanggung jawab atas tata tertib yang berlaku. Pada intinya pondokesantren adalah sarana kita untuk belajar lebih dekat dengan agama dan tuhan kita, tidak hanya belajar teknologi tetapi harus belajar agama dan pondok pesantrenlah salah satu tempatnya. Perlu kita ketahui bahwa setiap orang pasti memiliki tindakan maupun aksi sosial yang dilakukan seperti pimpinan pondok pesantren Al Inaaya h ini dengan mengajarkan ilmu yang beliau miliki pada para santri hingga akhir hayatnya.
Daftar pustaka :
Prof.Dr. Wardi Bachtiar, M.A. , 2006, Sosiologi Klasik, Bandung 40252: PT. REMAJA ROSDAKARA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar