LAPORAN HASIL KULIAH LAPANGAN
"PERJUANGAN HIDUP, KOMITMEN DAN PANTANG MENYERAH:
KISAH SOSIOLOGI INDIVIDU PEMBAWA PERUBAHAN"
MATA KULIAH PENGANTAR SOSIOLOGI
Disusun Oleh:
Awanda Noviani ( 11150510000084 ) JURNALISTIK 1A
Ifna Maulida ( 11150510000144 ) JURNALISTIK 1A
Mutia Drajat ( 11150510000073 ) KPI 1B
Nur Fauziyah ( 11150510000200 ) JURNALISTIK 1B
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Seorang manusia membutuhkan agama untuk menuntun kehidupannya, dan setiap agama mempunyai kitab suci sebagai pegangannya, begitupun agama Islam. Al-Qur'an menjadi kitab suci yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang bertujuan untuk menuntun umat manusia kejalan yang benar.
Saat ini banyak sekali umat muslim yang tidak pandai membaca al-Qur'an. Hal ini sebagian besar disebabkan karena kelalaian orang tua yang tidak mengajarkan cara membaca al-Qur'an kepada anak-anaknya.
Berdasarkan pernyataan diatas, kami tertarik untuk melakukan sebuah penelitian di daerah Kabupaten Tangerang. Tepatnya di Kampung Pasiriab Saung Desa Jayanti Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang Banten tentang seberapa pandai anak-anak di kampung tersebut dalam membaca al-Qur'an. Dalam penelitian kali ini, kami menemukan seorang ustadz yang ikhlas mengajarkan al-Qur'an kepada anak-anak di kampung tersebut tanpa meminta imbalan apapun.
Tema yang kami ambil dari penelitian kali ini adalah "Perjuangan hidup, komitmen, dan pantang menyerah: Kisah Sosiologi Individu Pembawa Perubahan". Semoga penelitian kami kali ini dapat bermanfaat dan menjadikan diri kita semakin termotivasi untuk selalu berbuat kebajikan.
1.2 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana peran orang tua terhadap anak-anak mereka dalam membaca al-Qur'an?
2. Apakah anak-anak yang berada di kampung tersebut pandai membaca al-Qur'an?
3. Motivasi apa yang membuat narasumber ikhlas mengajarkan al-Qur'an dilingkungan sekitar?
4. Perubahan apa yang terjadi di lingkungan sekitar setelah narasumber mengajarkan al-Quran?
5. Siapa saja atau kalangan dari mana saja yang diajar oleh narasumber ?
6. Motivasi dan tujuan membuka pengajian tanpa bayaran ini apa ?
7. Apakah narasumber juga membuka les privat untuk belajar mengaji ?
8. Hambatan apa saja yang pernah terjadi selama mengajar ?
9. Apa target kedepannya ?
1.3 Metode Peneliatian
Metode yang kami gunakan dalam penelitian kali ini adalah metode kualitatif serta metode kuantatif.
Metode kualitatif lebih menekankan kepada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dengan menggunakan analisis mendalam (in-depht analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus. Sedangkan metode kuantitatif kami gunakan untuk mendapatkan jabaran berupa angka-angka dalam penelitian ini.
Selain itu, kami juga menggunakan tekhnik wawancara untuk mendapatkan hasil penelitian dari narasumber kami yang merupakan seorang ustadz yang membawa perubahan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
1.4 Tinjauan Teoritis
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Saw. bertujuan untuk menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Setiap umat muslim wajib untuk bisa membaca al-Qur'an.
Secara istilah al-quran adalah "kitab yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. secara mutawattir sebagai mukjizat ditulis dimushaf-mushaf dan membacanya adalah suatu ibadah"
Al-Qur'an pertama kali diturunkan di Gua Hira pada saat Nabi Muhammad bertahannuts di dalamnya. Surat yang pertama turun saat itu adalah surat al-'Alaq ayat 1-5.
Dalam agama Islam, seorang muslim harus pandai membaca al-Qur'an, karena selain untuk mengetahui ajarannya, membaca al-Qur'an juga merupakan suatu ibadah yang sangat dianjurkan.
BAB II
GAMBARAN UMUM SUBYEK DAN OBYEK KAJIAN
2.1 Profil Umum Subyek dan Obyek
Bapak Ustadz Madsa'i yang lebih senang di panggil dengan sebutan "mang Sa'i" ini lahir pada tanggal 23 Mei 1974. Pendidikan formal yang ditempuhnya hanya sampai jenjang sekolah dasar. Hal ini dikarenakan permintaan orang tua beliau agar beliau melanjukan pendidikan di pondok pesantren salaf saja.
Beliau merupakan anak ke 2 dari 11 bersaudara. Beliau mengikuti jejak ayahanda tercinta yaitu almarhum Abah Ustadz Soleh yang membuka tempat pengajian al-Qur'an untuk anak-anak yang berada dilingkungan tempat tinggal. Awalnya beliau merasa ragu untuk meneruskan jejak ayahandanya dikarenakan ilmu beliau yang menurutnya sangat sedikit.
Namun beliau segera menghilangkan keraguannya karena mengingat nasihat guru beliau yakni abah Ustadz H. Fadhil yang mengatakan "Ilmu itu bukan masalah banyak atau tidaknya, namun barokah dan manfaatnya!".
Ayahanda narasumber kami yakni Abah Ustadz Sholeh membuka tempat pengajian al-Qur'an semenjak tahun 1970'an, sampai dengan beliau meninggal di tahun 2007. Setelah beliau meninggal, pengajian yang terletak di Kampung Muhara Desa Jayanti Kabupaten Tangerang Banten tersebut diteruskan oleh anak-anaknya.
Bapak Ustadz Madsa'i merupakan salah satu anak yang meneruskan jejak abah Ustadz Sholeh. Awalnya ayah dari ke 4 anak ini mengajar ngaji di tempat peninggalan ayahandanya, namun kemudian beliau berhijrah ke kampung yang berbeda agar beliau dapat lebih mengembangkan ilmunya.
Ada lima anak dari almarhum Abah Ustadz Sholeh yang mengikuti jejaknya, yang pertama yaitu narasumber kita yakni Bapak Ustadz Madsa'i yang mengajarkan al-Qur'an di Kampung Pasiriab Saung, kedua Bapak Ustadz Haji Madsuro yang merupakan qari internasional Asean, ketiga Bapak Maulana yang sekarang membuka pesantren untuk mengkaji kitab kuning, selanjutnya ada ibu Ida dan Ibu Itoh yang sama-sama mengajarkan al-Qur'an di lingkungan tempat tinggal mereka masing-masing.
Saat ini Bapak Ustadz Madsa'i tinggal di Kampung Pasiriab Saung Desa Jayanti Kabupaten Tangerang Banten dan membuka tempat pengajian al-Qur'an dirumahnya.
Masyarakat kampung Pasiriab Desa Jayanti Kabupaten Tangerang Banten kebanyakan berprofesi sebagai petani dan karyawan swasta. Kesibukan para masyarakat khususnya kedua orang tua di kampung ini membuat mereka lalai dalam memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama pendidikan agama.
Kehadiran Bapak ustadz Madsa'i telah banyak memberikan perubahan dalam lingkungan tempat tinggalnya.
2.2 Lokasi Kajian
Kami melakukan penelitian bertempat di Kampung Pasiriab Saung Desa Jayanti Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang Banten. Sebelum melakukan penelitian, sebelumnya kami telah menghubungi narasumber dan meminta kepada beliau agar bersedia memberikan waktu disela kesibukannya.
Selain melakukan wawancara dengan narasumber, dalam beberapa hari kami juga mengamati perilaku sosial masyarakat di kampung terebut khususnya perilaku beragama.
BAB III
ANALISIS HASIL
Seperti yang kami jelaskan diatas, al-Qur'an adalah kitab suci umat muslim. Maka dari itu setiap muslim harus bisa membaca al-Qur'an dengan baik dan benar. Fenomena sosial yang kami amati tentang kepandaian anak-anak dalam membaca al-Qur'an ternyata cukup menarik. Di tempat penelitian kami, para orang tua yang sibuk bekerja banyak yang tidak memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya. Walaupun ada sebagian yang masih perduli dan memberikan pendidikan agama khususnya dalam membaca al-Qur'an, namun ternyata tidak mencapai 40%.
Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber dan beberapa penduduk kampung, kami mendapatkan informasi bahwa pada tahun 2013 ada seorang ustadz yang berhijrah ke Kampung Pasiriab Saung Desa Jayanti Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang Banten, beliau pindah tempat tinggal dikarenakan adanya masalah keluarga serta di tempat tinggal sekarang ini beliau mengamalkan ilmunya terutama tentang membaca al-Qur'an serta beliau bertekad untuk menghapus kebodohan anak-anak dalam membaca ayat suci al-Qur'an. Ustadz tersebut adalah ustadz Madsa'i yang merupakan narasumber utama kami dalam melakukan penelitian ini.
Beliau mengatakan, cukup sulit untuk mengubah pola pikir orang tua di kampung tersebut, kebanyakan dari mereka bahkan tidak memperdulikan pendidikan agama anak-anaknya. Apalagi saat ini tekhnologi sudah sangat berkembang, banyak para orang tua yang lebih bangga anaknya pintar bermain gadget daripada bangga karena anak mereka pandai membaca al-Qur'an, sedangkan mayoritas masyarakat di kampung tersebut memeluk agama ajaran islam, sungguh sangat di sayangkan akan tetapi ustadz Madsa'i tidak putus asa untuk mengajarinya kepada mereka yang mau belajar mengaji.
Motivasi dari orang tua jelas sangat diperlukan untuk masalah ini, bagaimana mungkin seorang anak dapat rajin mengaji al-Qur'an jika orang tua tidak pernah memberikan reward terhadapnya.
Bapak Ustadz Madsa'i dengan segala kesederhanaannya rela mengorbankan banyak waktu agar kebodohan anak-anak dikampung tersebut berkurang. Dengan berjalannya waktu sedikit demi sedikit Beliau terus membimbing kepada mereka yang mau belajar mengaji, Beliau tidak pernah meminta imbalan sedikitpun kepada anak-anak yang datang ke tempat pengajiannya. Karena beliau hanya ingin memanfaatkan ilmu yang beliau miliki. Ada beberapa orang tua yang sempat meminta beliau mengajar privat mengaji untuk anak-anak, namun beliau menolaknya karena alasan banyaknya anak-anak yang menunggunya mengajar dirumah.
Bapak Ustadz ini sehari-harinya bekerja sebagai petani dan peternak, kehidupan ekonomi bisa dikatakan kekurangan, namun beliau selalu ikhlas tidak pernah meminta bayaran kepada muridnya. Akan tetapi tidak semua keluarga dari beliau berpendapat sama apa yang beliau inginkan tetapi beliau bersih keras untuk membimbing proses belajar membaca al-qur'an kepada anak - anak di kampung tersebut dengan tanpa dibayar sampai sekarang ini.
Suatu ketika beliau mempunyai inisiatif untuk membuat tower dirumahnya, yang digunakan untuk keperluan atau kebutuhan para muridnya selama proses belajar mengajar karena dengan adanya tower tersebut bisa dimanfaatkan untuk membangun kamar mandi kecil dan dapat juga digunakan untuk para muridnya berwudhu pada saat mempraktekan tata cara berwudhu dengan benar atau juga untuk menunaikan ibadah shalat.
Dengan adanya niatan untuk membangun kamar mandi tersebut beliau bermaksud meminta bantuan kapada setiap muridnya untuk membayar RP.10.000 per anak. Beliau tidak bermaksud meminta bayaran tetapi uang tersebut untuk digunakan membangun kamar mandi kecil yang digunakan untuk para murid tersebut pula.
Akan tetapi inisiatif beliau tidak berjalan dengan lancar karena ada sebagian wali muridnya yang kurang bersependapat, karena mereka (wali murid) berpendapat bahwa uang tersebut untuk bisnis dalam proses belajar mengaji tersebut. Tetapi ada juga sebagian wali muridnya yang mengerti maksud dari pembayaran tersebut untuk membangun kamar mandi kecil, dan pada akhirnya tower tersebut terbangun.
Dengan adanya masalah tersebut beliau tetep semangat untuk mengajar kepada anak-anak belajar mengaji. Beliau mengatakan, "ada anak yang datang untuk mengaji saja saya sudah sangat senang, itu berarti tujuan saya tercapai, saya tidak ingin meminta apapun, yang penting ilmu saya barokah".
Beliau mengajar anak – anak yang ingin belajar mengaji sehabis shalat dzuhur atau sekitar jam satuan dan juga setelah shalat maghrib setiap harinya, terkecuali jika ada urusan yang mendesak yang membuat beliau meliburkan diri untuk tidak membimbing belajar mengaji. Tetapi dapat dikatakan jarang juga beliau meliburkan pengajiannya meskipun beliau sedang sakit.
Akan tetapi proses belajar mengaji tetap berjalan seperti biasanya dan digantikan oleh istrinya untuk membimbing serta menggantikan suaminya yakni ustadz Madsa'i. akan tetapi dikhususkan untuk hari jum'at program belajar mengaji diganti dengan membaca surat yaasin bersama-sama di rumah beliau.
Akan ada puluhan bahkan sampai seratusan anak yang datang kerumahnya untuk belajar mengaji, rumah beliau yang kecil sebenarnya tidak cukup untuk menampung puluhan anak-anak, namun karena tekad beliau yang sudah sangat kuat, maka cara apapun akan dilakukan agar semua anak dapat tempat untuk mengaji, tidak jarang beliau menggelar tikar di depan rumahnya agar semua anak-anak mendapatkan tempat.
Saat ini, anak-anak yang mengaji kepada beliau kebanyakan berumur 6-12 tahun, namun ada juga yang umurnya sampai 18 tahun. Karena beliau tidak membatasi umur untuk anak-anak yang mau belajar mengaji, karena setiap orang berhak mempelajari al – Qur'an, semakin bertambahnya anak-anak yang datang ke rumahnya untuk belajar mengaji bertambah pula semangat beliau, suatu ketika beliau sakit tetapi beliau tetep membimbing proses belajar mengaji dengan posisi berbaring.
Setiap hari beliau mengajarkan al-Qur'an dibantu oleh istrinya, banyaknya anak-anak yang datang mengaji tidak pernah membuat beliau jenuh atau bosan, bahkan ketika sakit sekalipun beliau tetap memaksakan untuk mengajar.
Semangat beliau ini menurut istrinya merupakan turunan dari ayahandanya yaitu almarhum abah Ustadz Sholeh, almarhum abah memiliki semangat yang sangat tinggi, muridnya mencapai ratusan orang.
Bapak Ustadz Madsa'i tidak hanya fokus mengajarkan cara-cara membaca al-Qur'an, namun setiap satu kali dalam seminggu beliau juga mengajarkan praktik-praktik shalat kepada muridnya. Supaya para muridnya tidak hanya paham bagaimana cara membaca al – Qur'an saja tetapi juga tahu cara – cara melaksanakan shalat lima waktu dengan benar.
Dalam menjalankan kehidupan, setiap manusia pasti mengalami hambatan. Begitupun Bapak Ustadz ini, hambatan dari diri sendiri yang ia rasakan adalah soal penyakit yang dideritanya, beliau mempunyai gangguan di bagian tulang punggungnya sehingga tidak dapat duduk berlama-lama.
Dan hambatan dari orang lain adalah bahwa banyak orang tua atau wali murid yang memandangnya sebelah mata. Padahal beliau tidak pernah menjadikan profesi pengajar ini untuk mencari keuntungan finansial, namun ada saja yang menganggap seperti itu.
Awal beliau membuka pengajian al-Qur'an, hanya ada beberapa anak yang datang, namun sekarang murid beliau sudah sampai 110 orang. Akan tetapi murid beliau saat ini bukan hanya dari kampung tersebut saja melainkan dari kampung sebelah yang ramai-ramai ingin belajar mengaji di rumah ustadz tersebut. Dan beliau sudah dikenal banyak orang hingga di kampung sebelah.
Masyarakat setempat mengatakan, dengan dibukanya pengajian al-Qur'an dikampung tersebut, sedikit banyak telah menghapus kebodohan anak-anak dalam membaca ayat suci al-Qur'an.
Ketika ditanya tentang motivasi apa yang membuat narasumber kami semangat untuk mengajarkan al-Qur'an, beliau mengatakan bahwa beliau tidak ingin semangat almarhum ayahanda tercinta ketika mendirikan sebuah pengajian al-Qur'an padam begitu saja, beliau ingin mengikuti jejak ayahnya, secara ikhlas mengajarkan ilmu yang dimiliki.
Target untuk masa mendatang, beliau sangat ingin membuat majlis untuk pengajiannya, agar nanti anak-anak murid beliau tidak berdesak-desakkan di teras rumahnya.
Semangat beliau benar-benar sangat kuat dalam proses belajar mengaji entah disaat beliau terkena musibah ketika sakit saja beliau tetep membimbing dengan cara apapun entah dengan sambil berbaring.
Selama mengajar beliau mendapatkan apa yang beliau inginkan yaitu mengamalkan apa yang beliau miliki yaitu ilmu tentang bagaimana cara membaca al-Qur'an dengan benar serta bagaimana cara melaksanakan ibadah shalat dengan baik dan benar.
Pada saat kita wawancara tidak sengaja dari kita bertanya kepada pak ustadz tentang kesenangan atau pelajaran apasih yang bapak dapat dari megajar mengaji ini, dan beliau mengatakan pelajaran yang beliau terima secara tidak sadar yaitu kesabarannya dan kesenangan batin karena melihat banyaknya murid yang ingin benar – benar bisa membaca al-Qur'an dan bagaimana cara melakukan shalat yang baik dan benar pula, dan itu membuat beliau merasa berhasil untuk mengajar mengaji atau mengamalkan ilmu beliau kebanyak orang.
Dan atas kesabarannya karena mengajar ratusan anak tetapi beliau juga bersemangat dalam mengajarinya karena beliau melihat antusias para muridnya yang benar-benar semangat dalam belajar membaca al-Qur'an dengan benar dan baik.
Dengan percakapan selama kita wawancara dengannya, kita merasa bangga dan senang juga karena di zaman yang sudah seperti ini masih saja ada seseorang yang benar – benar ikhlas membagi ilmunya dengan tujuan yang mulia. Padahal diumur beliau yang sudah tidak lagi muda, tetapi semangat dan antusias beliau untuk membangun generasi muda dengan penghapal al-Qur'an dan mengerti dalam membaca al-Qur'an.
Sampai sini yang bisa kelompok kami berikan tentang "PERJUANGAN HIDUP, KOMITMEN DAN PANTANG MENYERAH: KISAH SOSIOLOGI INDIVIDU PEMBAWA PERUBAHAN" yang kita ambil dari cerita Bapak Ustadz Madsa'I yang benar-benar sangat menginspirasi dan pantang menyerah untuk membangkitkan generasi-generasi muda untuk bisa membaca dan mengerti kitab suci al-Qur'an.
KESIMPULAN
Dari kisah diatas bahwa ustadz Madsa'i merupakan pahlawan di kampung tersebut karena beliau yang mampu membuka dari gemerlapnya dunia yang dikuasai oleh berkembangnya teknologi masa kini, beliau memiliki tujuan yang mulia yang berkeinginan agar anak-anak di desa tersebut mengerti cara membaca al-Qur'an dengan baik dan benar serta dapat menghilangkan kebodohan.
Dengan semangat beliau mengajar ngaji kepada anak-anak dibuktikannya bahwa anak-anak yang belajar mengaji di ustadz Madsa'i bertambah, hingga bukan dari anak-anak kampungnya saja tetapi juga ada yang dari kampung sebelah berdatangan untuk belajar mengaji dengan beliau.
Dari penelitian yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa motivasi, pantang menyerahnya dan semangat narasumber kami dapat berpengaruh untuk perubahan dilingkungan sekitarnya. Mungkin bukan hanya berpengaruh bagi warga sekitarnya saja tapi juga bisa berpengaruh kepada para pembaca yang sudah membaca hasil wawancara kami kepada bapak Madsa'i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar