Rabu, 04 November 2015

Tugas_UTS Sosiologi_KPI dan Jurnalistik

LAPORAN HASIL PPENELITIAN

KISAH SANG PECANDU NARKOBA YANG BERUBAH

MOTIVATOR LAGI BERMANFAAT

Dosen Pembimbing:

Dr. Tantan Hermansyah M.Si

Disusun Oleh:

1. Siti Fatimah 11150510000015 KPI 1A

2. Qusyairi Sazali Kuba 11150510000018 Jurnalistik 1A

3. Wisesha 11150510000092 KPI 1B

4. Misbahul Anam 11150510000071 KPI 1B

5. Shaleha Nurudina 111505100000 Jurnalis 1B

 

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Daftar isi

 

Daftar isi 0

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.     Latar Belakang Permasalahan. 1

B.     Pertanyaan Penelitian. 1

C.     Metode Penelitian. 1

1.      Wawancara Terstruktur. 2

2.      Wawancara tidak Terstruktur. 2

D.     Tinjauan Teoritis. 2

BAB II. 4

GAMBARAN UMUM SUBYEK.. 4

A.     Profil Umum Subjek. 4

B.     Lokasi kajian. 4

C.     Lokasi penelitian. 5

BAB III. 6

ANALISIS HASIL.. 6

A.     SEJARAH DAN TUJUAN RUMAH ANGKLUNG INDONESIA.. 6

B.     VISI & MISI. 6

C.     LAMBANG RUMAH ANGKLUNG INDONESIA.. 6

D.     Pengembangan Program.. 7

1.      Pelatihan Angklung. 7

2.      Ruang Donasi 7

3.      Tempat 7

4.      Prestasi 7

BAB IV.. 9

KESIMPULAN.. 9

A.     Kesimpulan. 9

B.     Saran. 9

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang Permasalahan

 

Dalam kehidupan masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan. Berbagai macam jenis perubahan dapat terjadi di dalam suatu masyarakat. Tidak ada sekelompok masyarakat yang tidak berubah. Perubahan-perubahan dapat terjadi dalam berbagai bidang politik, ekonomi, sosial maupun perubahan yang berkaitan dengan kebudayaan.

Perubahan yang terjadi didalam bidang sosial dan menyangkut kebudayaan di suatu masyarakat dikenal dengan istilah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaaan dan wewenang, interaksi dan sebagainya.

Teori yang terjadi pada masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak sama, hal ini terjadi karena adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat dibandingkan dengan masyarakat yang lain.

 Adapun pengaruh yang bersifat mempengaruhi secara luas maupun pengaruh secara sempit. Beragam teori mengenai perubahan sosial budaya yang dikemukakan oleh para ahli mulai dari Karl Marx, Max Weber, Emile Durkheim, Ferdinand Tonis dan tokoh lainya mempunyai pendapat dan teori yang berbeda-beda.

Pada makalah kali ini kami membahas mengenai teori-teori Emile Durkheim yang erat kaitanya dengan Perubahan Sosial Budaya di dalam suatu masyarakat.

 

B.   Pertanyaan Penelitian

 

1.      Bagaimana asal mula bisa menjadi seorang pecandu?

2.      Bagaimana perjuangan untuk terbebas dari narkoba?

3.       Adakah rintangan dalam mempertahankan komitmen lepas dari narkoba?

4.      Apakah yg telah bisa anda capai setelah lepas dari napza?

5.      Bagaimana dampak lembaga anda bagi masyarakat?

6.      Apa saja prestasi lembaga anda setelah selama ini?

7.      Apa pesan anda bagi pemuda masa kini?

 

 

C.   Metode Penelitian

 

Metode yang kami gunakan pada penelitian ini adalah metode wawancara yang dimana peneliti mendapat informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden sambil bertatap muka antara penanya dengan responden dengan menggunakan alat bantu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal Dalam mencari informasi.Selanjutnya wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktut, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon.

 

1.      Wawancara Terstruktur

 

Pada wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan amterial lain yang dapat membantu dalam wawancara.

 

2.      Wawancara tidak Terstruktur

 

Wawancara tidak terstruktur maksudnya adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

 

D.   Tinjauan Teoritis

 

TinjauanTeori Emile Durkheim di dalam perubahan sosial budaya masyarakat meliputi pembagian kerja dan solidaritas sosial. Pemikiran Durkheim (1855-1917) mengenai perubahan sosial memiliki kesamaan dengan pemikiran Khaldun dan Comte. Keduanya memusatkan pada aspek solidaritas sosial serta proses evolusi sosial sebagaimana dijelaskan Comte.

Pemikiran Durkheim didasari pada gejala sosial yang terjadi pada masa revolusi Industri di Inggris, ia mengamati perubahan sosial dari masyarakat primitive(tradisional) menuju masyarakat Industri. Aspek yang menjadi perhatian Durkheim adalah pada pembagian kerja dalam kedua tipe masyarakat tersebut. Menurutnya, pembagian kerja pada masyarakat primitive (masyarakat tradisional) masih sangat sedikit, sedangkan pada masyarakat Industri, pembagian kerjanya sangat kompleks. Factor utama yang menyebabkan perubahan bentuk pembagian kerja tersebut menurut Durkheim adalah pertambahan jumlah penduduk.  Menurutnya, pembagian kerja dalam masyarakat berhubungan langsung dengan kepadatan moral atau dinamika suatu masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk meningkatkan kepadatan moral yang kemudian diikuti semakin rapatnya hubungan antara anggota masyarakat. Begitu pula dengan hubungan antarkelompok, berbagai bentuk interaksi sosial baru bermunculan. Hal ini akan meningkatkan kerja sama dan munculnya gagasan-gagasan baru dalam masyarakat terkait dengan peningkatan pembagian kerja (Launer, 1982:Samuel, 2010).

Durkheim mengamati bahwa peningkatan system pembagian kerja tersebut berimplikasi pada perubahan tipe solidaritas sosianya. Ia lebih menjelaskan adanya dua tipe solidaritas sosial yang dikaitkan dengan tingkat pembagian kerja dalam masyarakat. Pada masyarakat dengan system pembagian kerja yang rendah, akan menghasilkan tipe solidaritas mekanik, sedangkan pada masyarakat dengan pembagian kerja yang kompleks akan menghasilkan tipe solidaritas organic (Lauer, 1982: Samuel, 2010). Secara singkat, solidaritas mekanik terbentuk karena adanya saling kesamaan antaranggota masyarakt, sedangkan solidaritas organic lebih terbentuk karena adanya perbedaan antaranggota masyarakat. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan setiap anggota masyarakt saling bergantung satu sama lain.

Kedua tipe solidaritas sosial ini memiliki beberapa ciri sebagaimana dijelskan Durkheim. Pertama, anggota masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang rendah (solidaritas mekanik), masih terikat satu sama lain atas dasar kesamaan emosional dan kepercayaan, serta adanya komitmen moral. Perbedaan adalah sesuatu yang harus dihindari. Pada masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang tinggi (solidaritas organic), sangat memungkinkan terjadi perbedaan , dan masyarakat disatukan oleh saling ketergantungan fungsional. Kedua, solidaritas mekanik didasarkan kesadaran kolektif yang kuat, anggota masyarakat diharapkan mampu memeprtahankan kesamaan , sedangkan pada solidaritas organic, otonomi individu sangat di hargai mengingat setiap individu menjalankan fungsi yang berbeda-beda. Ketiga, dari segi control sosial, dalam solidaritas mekanik, nilai dan norma bersifat umum dan abstrak, hokum yang berlaku lebih bersifat umum dan abstrak, hokum yang berlaku lebih bersifat represif. Hukuman diberlakukan hanya semata-mata agar pelanggar hokum jera dan mendapat hukuman yang sebanding dengan pelanggarannya. Pada solidaritas organic, hokum lebih bersifat restitutif, maksudnya hokum diberlakukan hanya semata-mata untuk mengmbalikan masyarakat pada kondisi semula. Hukuman diberikan oleh individu yang memang diberi tugas untuk melakukan control sosial (misalnya polisi). (Johnson, 1994;Sztompka, 1994; Samuel, 2010).auan Teoritis

 


 

BAB II

GAMBARAN UMUM SUBYEK

 

A.   Profil Umum Subjek

 

Nama lengkap             : Arifsarifudin

Tempat, tanggal lahir  : Jakarta,15 Desember 1981

Berdomisili                  :

Agama                         : Islam

Status                          : Menikah

Telepon                       : 0877

Email                           : arifangkulung@gmail.com

Riwayat pendidikan    : SDN

                                      SMPN

                                      SMK (mesinkapal)

                                      Sekolah Tinggi Ilmu Musik

                                      Universitas Muhammadiyah prof. Hamka (psikologi)

Profesi                         : Pendiri rumah angklung Indonesia

                                      Dosen seni musik di Universitas Muhammadiyah Jakarta

 

Arif sarifudin merupakan tokoh sosiologi individu pembawa perubahan untuk masyarakat Indonesia dengan semangatnya dibidang musik terutama musik tradisional, ia mengubah di tengah kemajuan teknologi di Indonesia masyarakat masih bisa ingatdengan budaya asli Indonesia sendiri.

Beliau juga tokoh perjuangan hidup berkomitmen dan pantang menyerah dalam menghilangkan kecanduannya dengan narkotika dengan pendirian eksitensi bisa dicapai jika lingkungan sendiri baik.

 

B.   Lokasi kajian

 

Rumah Angklung Indonesia Jakarta

 

Workshop                    : Pasar Raya Blok M lantai 3 jalan Iskandaria II no.2 Blok M

                                      Jakarta Selatan INDONESIA 12160

Back office                 : Bintaro Business Center

                                      Jalan RC Veteran no 1 ,Jakarta Selatan Indonesia 12330

                                      Workshop rumah angklung di pasar raya blok M lantai 3

                                      Para anggota pemain rumah angklung di Jakarta selatan

C.   Lokasi penelitian

 

Kelompok kami melakukan wawancara dengan narasuber Bpk. Arifsarifudin di Seven eleven Universitas Muhammadiyah Jakarta, dengan asistennya mbak Laily.


 

BAB III

ANALISIS HASIL

 

A.   SEJARAH DAN TUJUAN RUMAH ANGKLUNG INDONESIA

 

Rumah Angklung Indonesia didirikan oleh Arif Syarifuddin pada Desember 2011, ini merupakan dari  mimpi besarnya agar bemamfaat bagi orang lain, pengalaman besar pengaruh narkoba membuat ia terdorong untuk membuat sebuah wadah agar anak muda untuk berpikir positif dan mempunyai kegiatan pengembangan musik Angklung, Arif syarifuddn berpikir bahwa pemakai narrkoba pada dasarnya mampu untuk menjadi manusia yang biasa dan normal.

Walau menemui banyak tantangan, hingga hari ini rumah angklung indonesia telah mampu membangakan indonesia di kancah internasional.

 

B.   VISI & MISI

 

Visi dan Misi Rumah Angklung Indonesia  adalah menjadi wadah bagi anak muda untuk mengembangkan musik angklung serta berfokus pada pegembangan dan pembentukan karekter pemuda. Agar anak muda tidak terpengaruh dengan arus globalisasi saat ini.

 

C.   LAMBANG RUMAH ANGKLUNG INDONESIA

 

 

D.   Pengembangan Program

 

1.     Pelatihan Angklung

 

Rumah Angklung Indonesia menjadi tempat bagi muda mudi untuk belajar serta mngembangkan dri, khususnya di bidang Angklung dan pembentukan karakter, lebih dari 50 orang setiap tahunya mendaftar di rumah Angklung, Rumah Angklung Indonesia menjadi dasar pelstarian dan pengembangan Angklung bagi generasi muda, tidak hanya belajar musik dan teknik bermain angklung, para anggotanya juga menerapkan organisasi dan kehidupan sosial yang tergambar dalam filsafat angklung, penghormatan, penghargaan, fokus, displin dan banyak nilai-nilai positif lain nya, kegiatan masyarakat ini berjalan setiap hari rabu dan sabru. 

 

2.     Ruang Donasi

 

Yayasan Rumah angklung indonesia adalah kepedulian untuk mewujudkan seni dan budaya indonesia khusunya musik angklung sebagai kebanggan indonesia, membangun pengertian budaya dan menyadarkan masyarakat agar melestarikan budaya harus di tanam sedini mungkin, rasa bangga pada seni dan budaya indonesia sangatlah penting untuk era saat ini, memudarnya budaya serta kurangnya pengetahuan anak bangsa tentang budaya dan seni bangsa nya sendiri, ini murupakan krisis identitas nasional yang kita hadapi saat ini.

Menganggapi masalah ini, kewajiban kita sebagai warga negara  untuk berpartisipasi dlam berbagi cara, dengan terbatsnya perhatian pemerintah terhadap seni dan budaya membuat kami sadar do perlukan kontribusi dan peran aktif selaku warga negara.

 

3.     Tempat

 

Rumah Angklung Workshop, Pasar Raya pried of indonesia, lantai tiga, jalan iskandarsyah II No.2 Blok M. Jakarta Selatan – Indonesia. 12160

 

4.     Prestasi

 

- Parade Internasional di korea juara II

- Road Show Angklung ke negara Eropa, Belanda, Belgia, Prancis dan Jerman

- Festival di  Bulgaria mendaptkan juara terbaik (2014)

- Penampilan, di wina austalia (2015)

- Di Fiele , chili dalam acara diplomatik kedua negar (2015)

 


 

BAB IV

KESIMPULAN

A.   Kesimpulan

Arif Sarifudin, yang biasa dipanggil "Kang Arif" oleh kawan-kawan beliau. Beliau adalah seorang tokoh yang berperan penting dalam kebudayaan Angklung di Indonesia. Beliau adalah anak ke-2 dari 9 bersaudara. Beliau sudah berkeluarga dan baru-baru ini anaknya sudah lahir dan berjenis kelamin laki-laki.

Waktu kecil, beliau adalah seorang anak laki-laki yang biasa-biasa saja. Ketika bernanjak remaja, beliau bisa dikatakan nakal dalam tanda kutip nakalnya sudah melampaui batas. Beliau tinggal di Tanjung Priok, dimana pada saat itu lingkungan sekitar Tanjung Priok tebilang rawan NARKOBA.

Anak-anak yang tinggal di sana cukup membahayakan, sehingga menyeret beliau terjerumus pada barang haram tersebut, padahal ketika itu beliau masih menginjak bangku kelas 6 SD. Manusia  pada  dasarnya  ingin  dirinya  eksis  namun pada saat itu beliau belum menemukan media yang benar yaitu pada barang barang haram dan mencoba memakai dan akhirnya terjerumus ke dalamnya.

Namun  sekarang  berbalik 100 persen beliau  menjadi motivator anti  narkoba dan  mengajak anak muda khususnya di Jakarta untuk mengikuti kegiatan yang positif  melalui  media angklung untuk melestarikan budaya Indonesia dan dapat bernilai positif bagi kehidupan anak muda itu sendiri.

Beliau Mendirikan sebuah komunitas yang dinamakan Komunitas rumah Angklung. Dimana tempat ini adalah tempat beliau berubah dari hal kecil menjadi besar dari seorang pecandu menjadi aktivis bahkan motivator bagi halayak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini