Rabu, 04 November 2015

RIZKI AMINAH(KPI IA),ANDI DEWI(KPI IB),SUCI N.H(JURNALISTIK IA),SISKA M(JURNALISTIK IB)_FIELD STUDY

LAPORAN HASIL PENELITIAN

ORGANISASI MASYARAKAT ISLAM DAN KEMAJUAN UMAT ISLAM

                                                    

NAHDHATUL ULAMA'


 

 

Oleh :

Rizki Aminah (KPI 1A - 11150510000004)

Andi Dewi Mahardika (KPI 1B - 11150510000086)

Suci Nurhaliza H (Jurnalistik 1A – 11150510000016)

Siska Maliana P (Jurnalistik 1B - 11150510000175 )

 

 

 

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


I.                  PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

 

Di dalam ilmu sosiologi, ada banyak sekali bentuk interaksi manusia dengan manusia lainnya. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi antar-individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

Interaksi antar individu yang mempunyai kesamaan dalam kecintaannya terhadap suatu hal dapat menciptakan sebuah komunitas. Adapun interaksi antar individu yang mempunyai kesamaan tujuan, mereka akan menciptakan sebuah organisasi yang akan membawa mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Contohnya, terdapat sekumpulan individu yang sama-sama memiliki tujuan untuk menciptakan kemashlahatan dalam sebuah negara, maka mereka membuat sebuah organisasi masyarakat islam dengan program-program kerja yang tentu saja sesuai dengan tujuan awalnya.

 Kita ketahui bersama bahwa di Indonesia ada begitu banyak organisasi masyarakat (ormas). Organisasi masyarakat yang kita kenal ada yang dibentuk oleh para pejabat pemerintah dan ada pula yang dibentuk atas keinginan masyarakat sendiri.

Mengenai organisasi masyarakat islam, ada dua organisasi masyarakat islam terbesar di Indonesia yang menjadi titik tumpuan Islam dan menjadi pelindung Islam di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.Dalam hal ini kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan metode wawancara kepada salah satu organisasi masyarakat islam yang terbesar di Indonesia, yaitu Nahdhatul Ulama (NU). Seperti yang kita ketahui bahwa Nahdhatul Ulama sudah  tersebar luas di seluruh Indonesia dan sangat memberikan peran penting dalam perebutan kemerdekaan Indonesia.Tidak hanya itu,NU juga berperan aktif dalam dunia pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan dalam pngembangan Iman dan Taqwa (IMTAQ). Hingga saat ini, Nahdhatul Ulama masih bergerak secara produktif dalam mengembangkan masyarakat dan membangun bangsa yang baik sesuai dengan ajaran-ajaran islam.NU juga salah satu pondasi atau tiang pertahanan Islam di Indonsia ini,siapa saja yang ingin menghancurkan Islam di Indonsia ini maka akan berhadapan langsung dengan para pengurus NU.

 

B.   Pertanyaan Penelitian

 

-          Apa itu Nahdhatul Ulama?

-          Kapan dan bagaimana sejarah berdirinya Nahdhatul Ulama?

-          Apa tujuan didirikannya NU?

-          Siapa saja tokoh-tokoh penting dalam Nahdhatul Ulama?

-          Bagaimana metode pengambilan hukum di lingkungan Nahdhatul Ulama?

-          Bagaimana respon masyarakat terhadap berdirinya NU?

-          Bagaimana peran NU untuk Indonesia dalam mencerdaskan bangsa dan apa saja program-programnya?

-          Bagaimana perkembangan masyarakat islam saat ini menurut Nahdhatul Ulama?

 

C.   Metode Penelitian

 

Penelitian ini kami lakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap salah satu anggota pengurus besar Nahdhatul Ulama serta mencari referensi mengenai Nahdhatul Ulama melalui buku.

Dalam penelitian ini kami juga menggunakan metode kualitatif karena terjadi kontak langsung antara kami sebagai pewawancara dengan narasumber sehingga data yang kami dapatkan merupakan fakta yang berasal dari narasumber yang berkecimpung langsung dalam organisasi Nahdhatul Ulama'.

 

D.   Tinjauan Teoritis

 

Dalam melakukan wawancara terhadap organisasi masyarakat islam Nahdhatul Ulama, tinjauan teoritis yang kami pilih untuk penelitian kami adalah Weberian.

Weber berpendapat bahwa tidak mungkin kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi negara tertentu. Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting yang membedakan antara kondisi organisasi tertentu dengan lainnya.

Menurut weber, proses semacam ini bukan menunjukkan objektivitas dari esensi birokrasi, dan bukan pula mampu menghasilkan suatu deskripsi yang benar dari konsep birokrasi secara keseluruhan, tetapi hanya sebagai suatu konstruksi yang bisa menjawab suatu masalah tertentu pada kondisi waktu dan tempat tertentu.

Dalam hal ini juga semua organisasi masyarakat Islam yang ada di Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan,karena mempunyai banyak organisasi masyarakat Islam tentu saja pemikiran atau landasan pijakan organisasi tersebut berbeda-beda.Dari perbedaan yang dimiliki organisasi tersebut tidak mungkin dalam sekejab mata kita bisa memahaminya.Terkadang dengan perbedaan pijakan atau landasan yang digunakan dalam organisasi tersebut terjadi gesekan-gesekan halus maupun kasar antar organisasi tersebut.Untuk menghindari terjadinya gesekan-gesekan tersebut masyarakat harus bisa saling memahami dan menghargai antar organisasi yang diembannya.Dengan saling memahami maka biroksi tersebut dapat diterapkan dalam berorganisasi,baik organisasi keislaman maupun organisasi ketatanegaraan.


II.              GAMBARAN UMUM SUBJEK / OBJEK PENELITIAN

 

A.   Profil Umum


SUBJEK

Nahdhatul Ulama adalah salah satu organisasi masyarakat islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H oleh Hasyim Asy'ari.

Didirikannya Nahdhatul Ulama' (NU) bertujuan untuk memelihara, memelestarikan dan mengembangkan ajaran islam yang berhaluan Ahlussunah wal Jamaah serta  menciptakan kemashlahatan umat di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Biarpun secara nasional merupakan organiasasi yang modern, namun komposisi kepeengurusannya mencerminkan perwakilan dari subkultur pesantrn. Basis sosial warga NU adalah masyarakat muslim yang secara keagamaan pada umumnya berbasis pendidikan pesantren, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan walaupun sekarang ini terjadi pergeseran yang sangat signifikan pada tataran warga NU dengan lahirnya alumni-alumni perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri.

Organisasi ini memiliki jumlah anggota yang sangat banyak, yaitu sekitar 85 juta orang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Nahdhatul Ulama bergerak di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Organisasi ini dinilai sebagai organisasi keebangkitan ulama atau kebangkitan cendikiawan islam.

            NU menganut paham keagamaan Ahlussunah wal Jamaah yang merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara rasionalis dan skripturalis. Oleh karena itu, sumber hukum bagi Nahdhatul Ulama (NU) tidak hanya Al-Qur'an dan Sunnah saja, tetapi juga kemampuan akal dan reealitas yang empiris.

 

OBJEK


Nama                          : Abdullah Mash'ud

Tempat, tanggal lahir : Gresik, 19 April 1975

Alamat                        : Jalan Otto Iskandardinata no. 32, Sasak Tinggi

                                      Ciputat, Banten

Riwayat Pendidikan   :

-          S1 – Syariah wal Qonun

  Universitas Islam Darurrahman

-          S2 – Ilmu Komunikasi

  Universitas Indonesia

Riwayat Organisasi   :

-          Ketua Komisariat IPNU

-          Sekretaris Umum PMII Jakarta Selatan

-          Bendahara IPNU Pusat

-          Sekjen Komunikasi Da'I Muda Indonesia

-          Komisi Ukhuwah MUI Pusat

-          LAZIS Nahdhatul Ulama

 

B.     Lokasi Kajian

            Kami melakukan wawancara terhadap salah satu pengurus LAZIS Nahdhatul Ulama di kediamannya, di Ciputat pada tanggal 31 Oktober 2015.

 

 

 

III.          ANALISIS HASIL

 

A.   Pengertian, Tujuan dan Sejarah Berdirinya Nahdhatul Ulama (NU)

 

Nahdhatul Ulama (NU) sebagai jam'iyyah diniyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926. Salah satu pengurus besar Nahdhatul Ulama, Abdullah Mas'ud mengatakan bahwa NU tidak hanya sekedar organisasi masyarakat islam, namun juga sebagai ideology karena NU memiliki prinsip tersendiri. NU didirikan dengan tujuan untuk memlihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran islam yang berhaluan Ahlussunah wal Jamaah dan menganut salah satu dari madzhab empat, yakni; Imam Abu Hanifah an Nu'man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad Idris as Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hambal. Serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatannya yang bertujuan untuk menciptakan kemashlahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia.

NU merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampi, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera. Model pendekatan yang dilakukan oleh Nahdhatul Ulama dalam berdakwah adalah dengan model kultural, seperti yang dijalankan oleh para wali songo.

Berdirinya Nahdhatul Ulama (NU) dilatarbelakangi oleh perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia islam saat itu. Diantaranya adalah pada tahun 1924 raja Hijaz (Mekkah), Syarif Husein yang berpaham Sunni (Ahlussunah wal Jamaah) ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang berpaham Wahabi.

Bentuk ajaran aliran Wahabi adalah melarang semua bentuk amaliah keagamaan kaum Suni yang sudah berlaku di tanah Arab dan digantikan dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan system bermadzhab, tawasul, maulid nabi, ziarah kubur dan lain sebagainya akan dilarang. Selain itu, Raja Ibnu Saud  juga ingin memperluas pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafahan Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar Muk-tamar Khilafah di kota suci Makah sebagai penerus Khilafah yang terputus itu, mukta-mar ini terkenal dengan sebutan Komite Hijaz.

Seluruh negara Islam di dunia diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia, dan utusan dari Indonesia yang direkomendasikan adalah HOS. Cokroaminoto dari Serikat Islam ( SI ), KH. Mas Mansur dari Muhammadiyah dan KH. Abdul Wahab Hasbullah wakil dari Pesantren. Akan tetapi karena KH. Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan, dan pencoretan ini tidak lain merupakan permainan politik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Peristiwa ini menyadarkan  para Ulama'  pengasuh Pesantren akan pentingnya sebuah organisasi, karena latar belakang yang sangat mendesak itulah akhirnya Jam'iyah Nahdlatul Ulama' didirikan.

 

B.   Tokoh-tokoh Penting dalam Nahdhatul Ulama (NU)

 

v  Kiai Cholil Bangkalan

Kiai Cholil lahir di Bangkalan pada tanggal 14 Mart 1820 M/ 11 Jumaidil Akhir 1235 H. Generasi ke 29 keturunan Rasulullah melalui jalur Sayyidina Hasan bin Ali. Kiai Cholil dikenal sebagai ahli gramatika Arab (nahwu). Beberapa kitab karyanya antara lain terjemahan Alfiyah ibn Malik ke dalam Bahasa Madura, as Shilah fi Bayanin Nikah, al Haqibah dan mengarang sholawat Thibbul Qulub.

Kiai Cholil wafat tanggal 24 April 1925 M/ 29 Ramadhan 1343 H dalam usia 91 tahun. Dimakamkan di Tajasah, Melajeh skitar 2 km sebelah selatan kota Bangkalan. Sampai sekarang, makamnya dikeramatkan orang dan banyak diziarahi oleh kaum muslimin dari seluruh tanah air.

Diantara pesan yang ditinggalkan kiai Cholil, barangsiapa yang berwasilah dengan membaca surat Al-Ikhlas di makamnya sebanyak 7.000 kali tanpa wudhu dan berbicara maka ia akan menemuinya dan memohonkan kepada Allah agar hajatnya terkabul.

v  Hadratus Syech Hasyim Asy'ari

 

Kiai Hasyim lahir pada hari Slasa Kliwon, 24 Dzulqoidah 1287 H/ 14 Februari 1871 M di Desa Gedang, Jombang. Putra dari Kiai Asy'ari, seorang kiai asal Demak, Jawa Tengah.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, Kiai Hasyim mngluarkan dua buah fatwa yang sangat terkenal. Pertama, perang melawan Belanda adalah jihad dan hukumnya adalah fardhu ain. Kedua, melarang kaum muslimin Indonesia untuk melakukan perjalaan haji dengan menggunakan alat transportasi kapal Belanda. Dua fatwa itu berperan sangat besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan RI.

Kiai Hasyim wafat pada 7 Ramadhan 1336 H/21 Juli 1947 ketika benteng pertahanan Hizbullah Sabilillah di Singosari Malang direebut tentara Belanda. Kiai Hasyim dimakamkan di belakang Pesantren Tebuireng. Pemerintah RI menganugerahkan gelar pahlawan kemerdekaan nasional kepadanya. Selain meninggalkan banyak jasa, beliau juga meninggalkan belasa judul karya tulis dalam Bahasa Arab dan Jawa diantaranya adalah Risalah Ahlussunah wal Jamaah yang banyak dijadikan rujukan para ulama.

Putra Kiai Hasyim banyak mewarisi kiprah ayahnya, salah satunya adalah KH. A. Wahid Hasyim yang menjadi Menteri Agama sbanyak 3 kali.

 

v  KH. Wahab Hasbullah

 

Kiai Wahab lahir pada bulan Mart 1888 di Tambak Beras, Jombang. Selama 20 tahun, kiai Wahab mendalami agama di berbagai pesantren. Pernah belajar di Langitan, Tuban; Mojosari, Nganjuk; Tawangsari, Sepanjang; Brangkalan, Kediri; Kiai Cholil Bangkalan; Tebuireng, Jombang; dan Mekkah.

Kiai Wahab adalah penggagas berdirinya jam'iyah NU bersama KH. M. Hasyim Asy'ari pada tahun 1928. Menjabat Katib Aam PBNU saat NU pertama kali didirikan dengan KH. M. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbarnya. Di saat KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Machfudz Siddiq dipenjara tentara pendudukan Jepang, Kiai Wahab tampil mengambil alih kepemimpinan dengan menyebut dirinya Ketua Akbar.

Kiai Whab wafat pada hari Rabu, 12 Dzulqa'dah 1391/29 Desember 1971 ketika berusia 83 tahun. Dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang.

 

v  KH. Ali Ma'shum

 

Kiai Ali Ma'shum lahir tanggal 15 Maret 1915 di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Putra sulung Kia Ali Ma'shum, pendiri pondok pesantren Al-Hidayah Lasem juga salah seorang kiai pendiri NU.

Kiai Ali Ma'shum adaah pribadi yang sederhana dan tenang. Ia tidak pernah menonjolkan diri. Ia tampil biasa saja namun dibalik kharismanya itu justru banyak orang bersimpatik. Kiai Ali Ma'shum dapat meredam dan mendamaikan lit politik NU yang mengalami bersebrangan jalan perjuangan dan akhirnya beliau diangkat sbagai Rais Aam.

Kiai Ali Ma'shum wafat setelah menjadi shahibul bait Muktamar NU ke 28 di Krapyak, Yogyakarta. Tepatnya tanggal 7 Desember 1989 pada usia 74 tahun. Dimakamkan di pemakaman Dongkelan, Bantul.

Selain mninggalkan lembaga pendidikan yang cukup besar, ia juga mewariskan banyak buku, diantaranya Hujjah Ahlussunah wal Jamaah yang banyak dijadikan rujukan para ulama NU.

 

v  KH. As'ad Syamsul Arifin

 

Kiai As'ad lahir di Mekkah tahun 1897. Kiai As'ad adalah salah satu tokoh di balik layar berdirinya NU. Dialah yang diutus oleh gurunya, Kiai Cholil Bangkalan untuk menemui Kiai Hasyim As'ari di Tebuireng dengan membawa pesan tongkat diiringi surat Toha ayat 17-23. Kiai As'ad wafat pada hari Sabtu, 4 Agustus 1990 M / 13 Muharram 1411 H. Dimakamkan di areal pesantren-pesantrennya berdampingan dengan makam ayahnya, KH. R. Syamsul Arifin.

 

 

v  KH. Wahid Hasyim

 

Beliau lahir di Jombang pada hari Jumat Legi 5 Rabiul Awal 1333 H/ 1 Juni 1914 M. Putra lelaki pertama Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri jam'iyah NU.

Ketika berusia 24 tahun, Kiai Wahid Hasyim mulai aktif dalam kegiatan jam'iyah NU. Mula-mula menjabat sebagai Penulis I Kring (sekretaris ranting) NU Tebuireng. Kemudian meningkat menjadi anggota pengurus NU Cabang Tebuireng. Dalam waktu 1 tahun dia sudah terpilih sbagai wakil ketua tanfidz PBNU yang menangani masalah pendidikan. Pada tahun 1938, Kiai Wahid Hasyim menjabat sbagai Ketua PP LP Ma'arif.

Bliau juga terpilih menjadi anggota BPUPKI dengan termasuk sub-panitia 11 yang pada tanggal 22 Juni 1945 menandatangani Piagam Jakarta.

Pada tahun 1952, Kiai Wahid Hayim menjadi ketua umum PBNU menggantikan KH. Nahrawi Thohir.

 

v  KH. Bisri Mustofa

 

Kiai Bisri lahir di Sawahan, Rembang pada tahun 1915. Putra H. Zainal Mustafa, seorang saudagar kaya pada masa itu.

      Beliau dikenal sebagai orator yang uar biasa dan mahir mengikat massa. Kiai Bisri juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya tulisnya tidak kurang dari 176 buku, baik yang merupakan karya asli, terjemahan maupun essay. Diantara kitab-kitab hasil karyanya adalah tafsir Al-Qur'an Ibriz, al Iktsir, Aqidah Ahlussunah wal Jamaah, al-Baiquniyah, terjemah Syarah Alfiyah Ibnu Malik, dan masih banyak lagi.

      Kiai Bisri wafat pada 16 Februari 1977 pada usia 64 tahun. Dimakamkan di Pemakaman Kabongan, Rembang, berdampingan dengan makam mertuanya, KH. Cholil Harun.

 

v  KH. Abdurrahmad Wahid (Gus Dur)

 

Gusdur lahir pada 4 Agustus 1940 di Denanyar, Jombang. Gus Dur masuk ke dalam komunitas NU pada tahun 1979 atas dorongan kakeknya, KH. Bisri Syansuri yang saat itu menjabat Rais Aam PBNU. Gus Dur langsung mnmpati posisi Wakil Katib Aam PBNU.

Gus Dur ketika pada masa awal meniti karier dikenal sebagai seorang kolumnis yang produktif. Tulisannya banyak menghiasi halaman mdia massa nasional, terutama majalah Tempo dan koran Kompas.

Semasa menjabat Ketua Umum PBNU yang ketiga kalinya (1998), PBNU memfasilitasi berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Gus Dur duduk sebagai Ketua Dwan Syuro partai tersebut.

Gus Dur meninggal pada 30 Desember 2009. Rakyat berduka dan tidak hanya warga Nahdliyin, tetapi hampir seluruh elemen umat beragama di Indonesia berduka. Gus Dur mendapat anugrah Bapak Bangkasa, Bapak Pluralisme.

 

v  KH. Achmad Siddiq

 

Beliau lahir di Jember pada hari Ahad Legi 10 Rajab 1344 H/ 24 Januari 1926.

Pengabdian beliau dapat dilihat ketika menjadi coordinator Gerakan Pemuda Islam Indonesia untuk wilayah Jembr dan Besuki (1945) hingga masuk ke dalam pengurusan tingkat Jawa Timur. Ia juga prnah mnjadi Ketua PWNU Jawa Timur, menggantikan KH. Abdulillah Siddiq, kakaknya.

Banyak ide-ide segar tentang pembaruan NU darinya, misalnya tentang Fikrah Nahdliyah, NU menerima azaz Pancasila, konsep ukhuwah NU dan tentu saja tentang khittah NU yang monumental. Sampai saat ini, Khittah Nahdliyah dan Fikrah Nahdliyah karya Kiai Achmad masih menjadi pemandu utama PBNU untuk menentukan langkahnya, begitu juga dengan konsep ukhwahnya.

 

C.   Metode Pengambilan Hukum dalam Nahdhatul Ulama (NU)

 

v  Berdasarkan kitab-kitab tentang ajaran islam yang sesuai dengan Aqidah Ahlussunah wal Jamaah.

v  Bermadzhab secara qauli, yaitu mengikuti pedapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkup madzhab tertentu.

v  Bermadzhab secara manhaji adalah bermadzhab dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh imam madzhab.

v  Istinbath, adalah mengeluarkan hukum syara' dari dalilnya dengan qawaid ushuliyyah dan qawa'id fiqhiyyah.

v  Taqrir jama'i, adalah upaya kolktif untuk menetapkan pilihan terhadap sau diantara beberapa imam madzhab.

v  Menyamakan hukum suatu kasus atau masalah yang belum dijawab oleh kitab dngan kasus atau masalah serupa yang telah dijawab oleh kitab.

v  Pengesahan hasil suatu bahtsul masail oleh PB Syuriah NU, Munas Alim Ulama NU atau Muktamar NU.

 

D.   Program Kerja dan Peran NU untuk bangsa Indonesia

Nahdhatul Ulama sangat berperan penting dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia. Dewasa ini, kondisi moral dan mental masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Kebobrokan moral terjadi di hampir semua lapisan masyarakat dari pejabat sampai rakyat biasa. Untuk memperbaikinya, generasi bangsa membutuhkan pengorbanan pikiran dan tenaga dari berbagai elemen negara.

NU sebagai organisasi yang mempunyai kekuatan sipil yang besar, dapat berperan secara aktif dalam menyelesaikan masalah ini. Jika berbicara masalah peran NU dalam kancah agama, tentu sudah tidak diragukan lagi karena banyak intelektual muda NU yang sudah berkiprah dalam pembangunan pemikiran keagamaan di negeri ini. Begitu juga dengan peran NU dalam kancah politik dan pendidikan.

Terbentuknya suatu karakter yang baik tentu disebabkan karena pendidikan yang baik pula. Oleh karena itu, Nahdhatul Ulama' banyak mendirikan sekolah-sekolah Islam serta organisasi-organisasi di bidang kaderisasi, seperti IPNU dan PMII. Sekolah-sekolah islam Nahdhatul Ulama' sudah banyak tersebar di seluruh penjuru Indonesia yang mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat.

Dalam bidang politik,Nahdhatul Ulama' mempunyai lembaga organisasi PMII.PMII ini berada dalam jenjang pendidikan mahasiswa.PMII ini merupakan organisasi dalam bidang politik yang melatih atau mngkaderisasi para generasi bangsa ke depannya,PMII melatih mahasiswa untuk bertindak kritis tapi pasti dalam hal kemajuan dan perkembangan  kepemerintahan negara Indonesia dan lain sebagainya.Tujuan organisasi ini untuk menciptakan kader – kader bangsa yang kritis,cerdas,dan kreatif sehingga mampu menjadi penerus pembangunan bangsa ke depannya.

Dalam dunia politik yang lebih besar lagi,Nahdhatul Ulama' memiliki partai politik yang mendukung birokrasi kenegaraan Indonesia yaitu,Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh mantan presiden Republik Indonesia yang ke 4 Abdurrahman Wahid.PKB berdiri pada tanggal 23 Juli 1998 yang dideklarasikan oleh para kyai-kyai NU.

 

E.   Perkembangan Masyarakat Islam Saat Ini Menurut NU

Perkembangan masyarakat Islam menurut NU sudah cukup baik.Terlihat dari antusiasme masyarakat untuk memberikan pendidikan – pendidikan agama bagi para anak-anaknya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang menempuh pendidikan di dunia pendidikan Islami. Lembaga pendidikan yang berbasis agama tidak hanya menerapkan pembelajaran agama,tetapi juga sudah mulai berkembang ke dalam dunia pendidikan teknologi informasi. Lembaga pendidikan islami di era modern ini sudah mnyeimbangkan antara ilmu pngtahuan dan teknologi dengan iman dan taqwa.

Umat Islam di Indonesia sejauh ini sudah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupa bernegara, namun masih kurang mampu menyelaraskannya dengan kehidupan beragama. Oleh karena itu, kita masih harus menggencarkan dan menanamkan nila-nilai islami dalam kehidupan.


IV.             KESIMPULAN

 

Berdasarkan hasil penelitian kami dengan metode wawancara terhadap salah satu anggota pengurus besar Nahdhatul Ulama, bisa ditarik kesimpulan bahwa NU merupakan organisasi masyarakat islam besar yang sangat penting dalam pembangunan bangsa.

Nahdhatul Ulama (NU) sebagai jam'iyyah diniyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926. Salah satu pengurus besar Nahdhatul Ulama, Abdullah Mas'ud mengatakan bahwa NU tidak hanya sekedar organisasi masyarakat islam, namun juga sebagai ideology karena NU memiliki prinsip tersendiri. NU didirikan dengan tujuan untuk memlihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran islam yang berhaluan Ahlussunah wal Jamaah dan menganut salah satu dari madzhab empat, yakni; Imam Abu Hanifah an Nu'man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad Idris as Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hambal. Serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatannya yang bertujuan untuk menciptakan kemashlahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia.

NU merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampi, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera. Model pendekatan yang dilakukan oleh Nahdhatul Ulama dalam berdakwah adalah dengan model kultural, seperti yang dijalankan oleh para wali songo

NU merupakan organisasi keagamaan yang mengurusi bidang sosial,pendidikan,dakwah dan ekonomi.Sejak awal berdirinya NU telah banyak terlibat dalam penanganan pendidikan.NU mempunyai andil besar dalam mencerdaskan bangsa.NU mempunyai jaringan kekuatan yang berpengaruh di Indonesia dibandingkan dengan organisasi keagamaan yang lain.

NU bukan hanya milik Kiai saja, tapi NU menjadi milik siapa saja yang ingin berkhidmat di dalamnya. NU adalah khazanah Islam ala Indonesia yang memerlukan sentuhan para profsional di bidangnya. NU tidak cukup bila sekedar dikelola oleh kiai dan santri yang hanya jebolan pesantren. Namun, NU harus bisa menembus wacana NU virtual.

NU akan selalu menjadi gerakan kultural yang menyejarah bila para penerusnya senantiasa mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri.Tidak hanya itu NU juga berperan aktif dalam kemajuan Islam dan kemajuan negara ini. Nahdhatul Ulama sangat berperan penting dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia. Dewasa ini, kondisi moral dan mental masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Kebobrokan moral terjadi di hampir semua lapisan masyarakat dari pejabat sampai rakyat biasa. Untuk memperbaikinya, generasi bangsa membutuhkan pengorbanan pikiran dan tenaga dari berbagai elemen negara.

NU sebagai organisasi yang mempunyai kekuatan sipil yang besar, dapat berperan secara aktif dalam menyelesaikan masalah ini. Jika berbicara masalah peran NU dalam kancah agama, tentu sudah tidak diragukan lagi karena banyak intelektual muda NU yang sudah berkiprah dalam pembangunan pemikiran keagamaan di negeri ini. Begitu juga dengan peran NU dalam kancah politik dan pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

 

Salahudin Wahid, Ir. KH.2010.Buku Pintar Warga NU.Jakarta:Laksnu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini