Senin, 24 September 2012

EmileDurkheim_EvaFauziahJNR1B_TugasKe2

--EMILE DURKHEIM—

Oleh Eva Fauziah

`Emile Durkheim (1858-1917) dapat disebut sebagai salah seorang dari dua pendiri utama era sosiologi modern, sementara yang satunya lebih muda yaitu Max Weber. Durkheim dilahirkan di kota Epinal di Vosges, tidak jauh Strasbourg. Durkheim peranakan Yahudi, dan beberapa dari nenek moyangnya adalah rabbi (guru). Sesunguhnya dia sendiri diharapkan menjadi seorang rabbi, sampai ia menjadi seorang agnostic. Dia memasuki sekolah terkenal Ecole Normale Supererieure di Paris. Didalam empat karya utamanya yang diawali dengan The Division of Labour in Society pada tahun  (1893), The Rules of Sociological Method (1895), Suicide ( 1897) dan yang terakhir The Elementary Forms of the Religious life (1912). Disepanjang karya-karyanya , Durkheim mempertahankan suatu pandangan sosial radikal tentang perilaku manusia sebagai sesuatu yang dibentuk oleh kultur dan struktur sosial.

I. Fakta Sosial

            Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian diujinya melalui studi empiris Dalam the rules of Sociological Method (1895) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial.  Dalam bukunya  Argumen Durkheim mengenal subjek yang di konstruksi secara social dirumuskan paling jelas dalam the rules of Sociological Method (1895), dimana ia menandaskan pernyataannya tentang sosiologi sebagai bidang penelitian yang absah yang objek studinya berupa "Fakta Sosial" yang tidak dapat dijelaskan dalam kerangka psikologi individual. Fakta-fakta social menurutnya berada di luar individual dan ditopang oleh kekuatan koersif.  Fakta sosial dinyatakannya sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Barang Sesutu menjadi obyek penelitian dari seluruh ilmu pengetahuan . Fakta social menurut Durkheim ada dua macam :

1. Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Fakta social yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata (External World). Contoh : arsitektur dan norma hidup.

2. Dalam bentuk non material, yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang bersifat inter subjective yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Contoh : egoisme, altruisme dan opini.

            Durkheim tidak menyatakan bahwa fakta sosial itu selalu berbentuk sesuatu yang nyata (material thing). Sebagian merupakan sesuatu yang dianggap sebagai barang sesuatu. Beberapa fakta sosial seperti arsitektur dan norma hokum adalah merupakan barang sesuatu berbentuk material. Alasannya karena dapat disimak dan diobservasi. Sedangkan fakta sosial yang lain seperti opini hanya dapan dinyatakan sebagai barang sesuatu, tidak dapat diraba. Fakta sosial yang berbentuk material mudah dipahami. Norma hokum misalnya jelas merupakan barang sesuatu yang nyata ada dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.Lalu Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat primitive dpersatukan terutama oleh fakta sosial non material, khusunya oleh kuatnya ikatanan moralitas bersama.    

 

 

II. Pembagian Kerja (Division of Labour)

            Tesis Durkheim dalam The Division of Labour in Society pada tahun  (1893) sebenarnya merupakan pembelaan atas modernitas. Sembari menyanggah pandangan bahwa industrialisasi niscaya mengakibatkan ambruknya tatanan sosial. Durkheim berpendapat bahwa surutnya otoritas keyakinan-keyakinan moral tradisional bukanlah indikasi adanya disentegrasi sosial melainkan perubahan sosial , pergeseran histors dari suatu bentuk tatanan sosial yang didasarkan pada keyakinan bersama dan control komunal yang ketat (solidaritas mekanis)menuju tatanan yang berdasarkan ketergantungan mutual antar-individu yang relative otonom (solidaritas organis).

Ia mencirikan "solidaritas mekanis" masyarakat tradisional sebagai solidaritas yang tergantung pada "keseragaman" anggota-anggotanya, yang keadaan kehidupan bersamanya diciptakan bagi keyakinan dan nilai-nilai bersama. Dalam kondisi solidaritas mekanis , menurutnya 'individualitas tak berarti 'sebab' kesadaran individual… tergantung pada tipe kolektif dan mengikuti segala geraknya. Sedangkan solidaritas Organis diciptakan oleh pembagian kerja. Dan ia mengklasifikasikan kosekuensi-konsekuensi aktualnya disini sebagai sesuatu yang "abnormal". Ia mengidentifikasi dua penyebab utama abnormalitas ini. Yang pertama adalah "anomie" , dan yang kedua adalah ketimpangan terstruktur:adanya kelas-kelas sosial.


III. Agama

          Dalam karyanya yang kemudian, fakta sosial nonmaterial menempati posisi yang jauh lebih sentral. Dalam Karyanya yang terakhir The Elementary Forms of the Religious life (1912), ia memusatkan perhatian pada bentuk terakhir fakta sosial nonmaterial yakni agama. Dalam karya ini Duekheim menbahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Durkheim yakin bahwa ia akan dapat secara lebih baik menemukan akar agama itu dengan jalan membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang di dalam masyarakat modern yang kompleks. Temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat sacral dan yang lainnya bersifat profane, khusunya dalam kasus yang disebut totemisme.

Dalam agama Primitif (totenisme) ini benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang didewakan. Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama(atau lebih umum lagi,  kesatuan kolektif) adalah satu dan sama. Agama adalah cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri dalam bentuk fakta sosial nonmaterial. Dan ia meyakini bahwa 'agama adalah hal yang paling primitive dari segala fenomena sosial. Semua manifestasi lain dalam aktivitas kkolektif berasal dari agama dan melalui berbagai transformasi secara berturut-turut: antara lain menyangkut hokum, moral, seni, bentuk politik dsb.' Bahkan ikatan keluarga bias jadi adalah "ikatan yang esensinya bersifat religious".

Durkheim menyimpulkan bahwa totem merupakan symbol klan sekaligus symbol ketuhanan. Durkheim ingin menyampaikan tentang adanya kekuatan kreatif yang mungkin berlebihan dari mereka yang religious. Padahal yang ingin diperlihatkan nya secara fundamental adalah bahwa apa yang dianggap sacral itu adalah produk dar kelompok, dan Karenanya kelompok itu beranggapan dirinya betul-betul tidak bias dibagi, berakar pada masa lampau, menyatu dengan masa kini dan masa depan.

 

IV. FUNGSIONALISME

      Sebagai ahli waris tradisi pemikiran sosial Prancis, khususnya ajaran organisme yang dilancarkan oleh Comte, tidaklah terlalu mengherankan jika hasil karya Emile Durkheim terpengaruh terminologi organismik. Dalam bukunya The Division of Labor, Durkheim melancarkan kritik terhadap Spencer, namun hasil karya sesudahnya sangat terpengaruh oleh aliran biologis dalam situasi intelektual abad ke – 19. Asumsi – asumsi dasar Durkheim mencerminkan pokok – pokok pikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran organisme, yaitu:

A.   Masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri yang dapat dibedakan dari bagian – bagiannya. Masyarakat juga tidak dapat dihabiskan ke dalam bagian – bagiannya. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu keseluruhan.

B.    Bagian – bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi – fungsi pokok, maupun kebutuhan sistem secara keseluruhan.

C.    Kebutuhan pokok suatu sistem sosial harus dipenuhi untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal atau patologis.

D.   Setiap sistem mempunyai pokok – pokok keserasian tertentu yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal.

            Durkheim mengakui analisa yang diperkenalkannya mengandung perbagai bahaya, namundia memberikan beberapa alternatif untuk mengatasi kelemahan itu. Pertama ia menyadari kelemahan analisa teologis, yakni bahwa berbagai konsekuensi yang terjadi di mada mendatang suatu gejala menjadi penyebab terjadinya gejala tersebut. Dengan demikian harus dibedakan antara sebab-sebab terjadinya suatu jegala dengan tujuan akhirnya, yaitu fungsinya. Dengan demikian, walaupun Durkheim mengingatkan perihal analisa teologis yang kadang-kandang tidak benar, dia sendiri kadangkala terjerumus ke dalamnya. Kemungkinan besar penyebabnya adalah pembentukan asumsi-asumsi organismik ke dalam analisa sosiologis. Walaupun Durkheim memberikan tekanan pada keseluruhan system sosial, namun dengan memasukkan asumsi-asumsi organismik seperti fungsi, kebutuhan, keadaaan normal, patologi dan lain sebagainya, dia memasukkan konsep-konsep tersebut ke dalam teori-teori sosiologi selama hamper tiga-perempat abad lamanya. Namun perlu diakui bahwa analisanya terhadap topic-topik substansif, menyebabkan analisa secara fungsional menjadi suatu cara yang sangat disukai para sosiolog selam beberapa generasi.


V. ANOMIE

            Untuk mengatasi krisis moral ini Durkheim sendiri yakin bahwa orang harus membentuk pengelompokan-pengelompokan professional baru, korporasi baru yang mempertautkan seluruh pekerjaan yang berkolaborasi dalam sector kehidupan ekonomi : "jika anomie itu sebuah kejahatan, itu semata-mata karena masyarakat memang menderita, dan mereka tidak dapat hidup tanpa kohesi dan keteraturan. Agar anomie bias diakhiri, maka harus ada atau harus dibentuk satu kelompok , yang bias berbentuk system peraturan yang faktanya memang masih kurang memadai. Masyarakat polotik secara keseluruhan ataupun Negara sebenarnya tidak bias dibangun dari fungsi ini, kehidupan ekonomi, karena bersifat sangat khusus dan setiap hari mengalami spesialisasi, mulai terlepas dari kompetensi dan tindakannya.Aktivitas sebuah profesi hanya bias diatur secara efektif oleh sebuah kelompok yang cukup dekat dengan profesi itu, baik untuk mengenali fungsinya, untuk merasakan segala kebutuhan dan kemampuan untuk mengikuti variasinya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini