Senin, 24 September 2012

Lukman Hakim_Jurnalistik 1A

KARL MARX

 

            Karl Marx lahir di Trier, Prusia, pada tanggal 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari keluarga pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian. Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai – esai awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membimbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi, kemanusiaan dan idealism awal. Ia menolak keabstrakan filsafat Hegelian, mimpi naif komunis utopian dan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasan aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri:

Upaya praktis, bahkan dengan mengerahkan massa sekalipun, akan dijawab dengan meriam saat upaya itu dianggap berbahaya. Tetapi, gagasan yang dapat mengalahkan intelektual kita dan yang menaklukan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kesadaran kita, merupakan belenggu-belenggu dimana seseorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengan menyerah kepadanya (Marx, 1842/1977:20).

Marx menikah pada tahun 1843 dan meninggal tahun 1883. Dalam kehidupannya Marx bertemu dengan Frederich Engels, Marx menerbitkan sejumlah karya yang sulit untuk dipahami (kebanyakan belum di terbitkan semasa hidupnya) termasuk The Holy Family dan The German Ideology (ditulis bersama Engels) dan Ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi yang semakin meningkat.

 

PERTENTANGAN KELAS

            Perkembangan kapitalisme pernah mengacaukan masyarakat feodal yang terstruktur ada tiga aturan besar, yaitu: kaum petani, kaum aristokrat atau bangsawan dan pendeta. Dengan perkembangan perdagangan, industri dan pusat-pusat urban munculah dua kelas baru: pertama kelas borjuis (bourgeois) yang telah mendestabilisasikan rezim (tatanan) lama dan memegang tempat yang dominan, dan kemudian kalangan proletar atau rakyat jelata yang miskin dan terdiri dari sekumpulan tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian menjadi tenaga kerja utama di bengkel kerja dan firma-firma industri besar. Friedrich Engels rekan kerja Marx pernah mendeskripsikan kondisi kaum proletar Inggris yang mengenaskan dalam Rapport sur la situation de la classe laborieuse en Angleterre (Laporan Tentang Situasi Kelas Pekerja di Inggris)(1844).

            Proyek yang dilakukan Marx kurang mengungkapkan eksistensi kelas-kelas sosial atau mendeskripsikan situasinya dibanding memahami dinamika pergulatan kelas. Pertama Ia mendefinisikan kelas-kelas itu lewat situasi yang dikaitkan dengan hubungan produksi. Kaum borjuis menjadi pemilik modal. Para "borjuis kecil" yang merupakan kategori yang tidak terlalu tajam terdiri dari para tukang atua pengrajin, pedagang, notaris, pengacara dan seluruh "birokrat". Sedangkan kaum proletar adalah mereka yang "menjual tenaga dalam bekerja". KArena terperangkap dalam kemelaratan dan pengangguran yang bersifat endemik maka kelas proletar hanya memiliki satu-satunya jalan keluar yaitu pemberontakan sporadis atau melakukan revolusi. Karena pergulatan antar kelas ini harus berujung pada terjadinya perubahan dalam masyarakat, maka pemberontakan haruslah bertransformasi dalam bentuk revolusi.

            Dengan mempergunakan kosakata istilah yang diwarisi dari Hegel, Marx membedakan "kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri" dan "kelas bagi dirinya sendiri". Kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan individu yang secara umum memiliki kondisi kerja yang sama, namun tidak harus terorganisasikan dalma suatu proyek atau rencana bersama. Sedangkan kelas bagi dirinya sendiri merupakan sebuah kelas yang karena telah menyadari akan adanya kepentingan bersama, lalu mengorganisasikan diri menjadi gerakan sosial berbentuk sindikat dan partai, yang bearti menempa diri untuk mencari identitas.

 

AGAMA

Menurut Marx, agama adalah universal ground of consolation dan sebagai candu bagi masyarakat. Maksud dari kata-kata tersebut adalah apapun hiburan yang dibawa oleh agama merupakan suatu penghiburan yang tidak pasti dan hanya memberi kelegaan sementara. Agama tidak menghasilkan solusi yang nyata justru malah cenderung merintangi berbagai solusi nyata dengan membuat penderitaan dan penindasan menjadi dapat ditanggung. Agama justru membiarkan kondisi yang sudah ada, meskipun orang sedang mengalami penderitaan.  Agama mengajak orang hanya berpasrah dengan keadaan daripada berusaha untuk dapat  memperbaiki kondisi hidup. Agama mengajarkan orang untuk menerima apa adanya termasuk betapa kecilnya pendapatan yang diperoleh. Berarti secara tidak langsung agama telah membiarkan orang untuk tetap pada kondisi materialnya dan menerima secara pasrah apa yang Ia terima walaupun Ia tengah mengalami penderitaan.

 

IDEOLOGI

Marx menempatkan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan di usung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai superstruktur masyarakat. Marx juga memiliki teori tentang ideologi sebagai semacam alienasi. Pengertian ini dipinjam filsuf Ludwig Feuerbach yang merupakan penulis Esensi Kristianisme (1864). Bagi Feuerbach agama itu merupakan proyeksi dalam bentuk "surga bagi pemikiran (ide)", harapan dan keyakinan manusia. Orang bisa mempercayai eksistensi Tuhan secara riil seperti yang ditemukannya. Marx mengambil kembali pemikiran ini (bahwa agama adalah "candu bagi masyarakat"). Selanjutnya Ia akan mengusungnya ke dalam analisis komoditas.

 

MODAL PRODUKSI

            Dalam "Teori Eksploitasi" Dunia modern diperintah oleh logika akumulasi komoditas. Nilai komoditas berasal dari pekerjaan manusia yang termasuk didalamnya (teori nilai pekerjaan yang dipinjam Ricardo). Kerja juga merupakan komoditas yang memiliki kualitas khusus, dan kualitas inilah yang akan menghasilkan nilai lebih sehingga tidak dimasukkan kedalam harga pembelian. Sebenarnya kaum kapitalis sama sekali tidak membeli pekerjaan yang dilakukan oleh kaum proletar, tetapi hanya membayar tenaganya untuk bekerja (yang menjadi nafkah yang dibutuhkannya). Perbedaaan nilai antara tenaga kerja dan pekerjaan yang dilakukan menjadi nilai lebih, dan inilah yang menjadi sumber modal (kapital). Modal ini yang harus diciptakan dan diciptakan lagi setiap hari dalam hubungan sosial eksploitasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini