KARL MARX
1) Pertentangan Kelas
Setiap masyarakat terdapat dua kelas sosial yakni kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai, kemudian oleh Marx disebut dengan kelas atas dan kelas bawah. Kelas-kelas ini terbentuk akibat dari kepemilikan pribadi. Tetapi dia tidak pernah mendefinisikan secara sistematis apa yang dia maksud tentang istilah ini. Bagi Marx, kelas selalu didefinisikan berdasarkan potensi-potensi yang ada terhadap suatu konflik, Dan individu yang mempunyai kelas tersebut mempunyai konflik tentang nilai suplus (nilai yang hasilnya lebih dari biasanya) dengan individu yang lainnya. Namun Ketika menganalisis kapitalisme, Marx menemukan 2 macam kelas, yaitu; Borjuis dan Protelar. Kelas Borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern, memiliki alat-alat untuk menjalankan produksi. Dan Protelar merupakan nama untuk orang-orang yang dipekerjakan atau menjual tenaganya.
2) Agama
Marx percaya bahwa agama seperti halnya ideologi merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Ada beberapa poin tentang agama dari pendapat yang dikemukakan Marx :
· Dalam agama tidak ada bentuk realisasi diri yang sesungguhnya.
· Agama yang hanya ciptaan kaum kapitalis untuk menindas orang-orang kecil dengan doktrin-doktrin kesalehan.
· Agama memiliki peraturan yang dibuat manusia dan harus dipatuhi.
· Agama memberikan pembebasan dari penindasan yakni dengan sikap pasrah.
3) Ideology
Karl Marx tidak selalu mendefinisikan secara persis tentang ideologi, tetapi Marx menggunakan kata ideologi untuk menunjukkan bentuk ide-ide yang berhubungan. Pertama, ideologi merujuk kepada ide yang secara alamiah yang muncul didalam kapitalisme. Dalam beberapa naskah karya Marx pemerintah (Negara) ternyata terbatas pada satu peran saja yang sifatnya langsung dan brutal bahwa Negara adalah instrumen atau alat ditangan kelas yang dominan (kaum borjunis) dan di tujukan untuk mendominasi kelas proletar. Dalam naskahnya yang lain Marx memberi nuansa terhadap analisisnya.
4. Modal Produksi
Cara produksi dalam kehidupan material pada umumnya mendominasi perkembangan kehidupan sosial, politik dan intelektual. Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, namun sebaliknya, eksistensi sosial mereka menentukan kesadaran tersebut. Pada taraf perkembangan tertentu tenaga kerja produksi material dalam masyarakat berbenturan dengan hubungan produksi yang ada, mulailah era revolusi sosial. Perubahan dalam pondasi ekonomi disertai dengan kekacauan bangunan besar itu cepat atau lambat. Terdapat kekacauan dalam kondisi-kondisi produksi ekonomi. Namun ada juga bentuk-bentuk yuridis, politik, religius, artistik, dan filosofis, pendeknya bentuk-bentuk ideologis tempat manusia didalamnya memperoleh kesadaran akan adanya konflik itu dan akan mendorongnya hingga ke ujung akhir. Jika direduksi hingga ke garis-garis besarnya, maka cara produksi ala asia, kuno, feudal, dan borjuis tampak sebagai zaman progresif terbentuknya ekonomi dalam masyarakat. Hubungan hubungan produksi model borjuis adalah bentuk antagonis terakhir dalam proses sosial produksi. Masa prasejarah kemanusiaan berakhir dengan sistem sosial ini.
Modal produksi merupakan gabungan antara kekuasaan produksi (forces of production) dan hubungan produksi (relation of production). Dalam produksi sosial eksistensi, manusia menjalin hubungan dengan hal tertentu yang dibutuhkan dan bebas sesuai keinginan mereka. Hubungan-hubungan produksi ini berkaitan dengan level tertentu yang terkait dengan perkembangan tenaga produksi material.
Unsur hubungan produksi antara lain :
· Produksi subsisten, yaitu usaha pertanian tanaman pangan dimana hubungan produksi terbatas dalam keluarga inti dan hubungan antara pekerja bersifat egaliter.
· Produksi komersialis, yaitu usaha pertanian ataupun luar pertanian yang sudah berorientasi pasar dimana hubungan produksi menunjuk pada gejala eksploitasi surplus melalui ikatan kekerabatan dan hubungan sosial antara pekerja yang umumnya masih kerabat bersifat egaliter namun kompetitif.
· Produksi kapitalis, yaitu usaha padat modal berorientasi pasar dimana hubungan produksi mencakup struktur buruh-majikan atau tenaga kerja-pemilik modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar