Senin, 24 September 2012

TUGAS @

TUGAS 2
A.Pengertian
sosiologi
Sosiologiberasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti
kawan, teman sedangkan Logos berartiilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan
pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive"
karangan August Comte(1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang
sosiologinamun umumnya sosiologi dikenal
sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakatadalah sekelompok individuyang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku
sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnyaSebagai
sebuah ilmu,
sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil
pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
            B. Pelopor-pelopor
Sosiologi

Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional
Talcott Parsons
Talcott Parsonslahir di Spring, Colorado pada tanggal  13 
Desember 1902 dan meninggal di Munchen, Bayern pada tanggal 18 Mei 1979. 
Ayahnya bernama Edward Smith Parsons dan ibunya bernama  Marry Augusta
Parsons.  Ayahnya seorang pendeta, professor dan kemudian menjadi rektor
sebuah perguruan tinggi kecil. Parson mendapatkan gelar sarjana muda dari
Universitas Amherst tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di London School of
Economics.  Disamping itu ia dilengkapi oleh  teori fungsional
antropologi dari Bronislaw- Malinosky. Di tahun berikutnya ia pindah ke
Universitas Heidelberg Jerman. Parson sangat dipengaruhi karya Weber dan
akhirnya menulis disertasi diHeidelberg, yang sebagian menjelaskan karya Weber.
Parson mengajar di Harvard pada tahun 1927-1979. Kemajuan karirnya tidak begitu
cepat, ia tidak mendapatkan jabatan professor hingga tahun 1939.
 
Auguste Comte: Kemajuan Budaya
Auguste Comte
Banyak
tokoh-tokoh sosiologiyang ada dan yang telah
mengutarakan pokok-pokok pemikirannya, tetapi untuk kali ini diparkan salah
satu tokoh atau filsuf dari Perancis yang telah meletakan dasar dari bidang
Ilmu Pengetahuan, yaitu Auguste Comte. Sebagaimana yang diungkapkan oleh tokoh sejarah ilmu dari
Amerika Serikat, George Sarton, peletak dasar bidang pengetahuan itu adalah
filsuf Perancis Auguste Comte yang menulis buku berjudul "Cours de
Philosophie Positive" (1830-1842).
Kelahiran
dan Pendidikannya
Auguste Comtelahir di Mountpelier, Perancis 19 Januari 1798, keluarganya
beragama Khatolik dan berdarah bangsawan, tetapi Comte tidak memperlihatkan
loyalitasnya. Ayahnya menjadi seorang pegawai kerajaan, tepatnya pegawai lokal kantor
pajak dan sekaligus seorang penganut Khatolik yang saleh.
 
 
B.    
Hukum Tiga Tahap
Meskipun
perspektif teoritis comte mencakup statika dan dinamika sosial, (ahli sosiologi
sekarang lebih menyebutnya struktur dan perubahan). Comte menjelaskan bahwa tujuannya
yang menyeluruh adalah "untuk menjelaskan setepat mungkin gejala perkembangan
yang besar dari umat manusia dengan semua aspeknya yang penting, yakni
menemukan mata rantai yang harus ada dari perubahan-perubahan umat manusia
mulai dari kondisi yang hanya sekedar lebih tinggi daripada suatu masyarakat
kera besar, secara bertahap menuju ke tahap peradapan eropa sekarang ini.
Hukum
tiga tahap merupakan usaha comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat
manusia dari masa primitif sampai modern. Ini membawa kita kepada landasan
pendekatan comte yakni teori evolusinya atau tiga tahap tingkatan. Teori ini
mengemukakan adanya tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di
sepanjang sejarahnya.[5]
Menurut comte proses evolusi ini
melalui tiga tahapan utama:
1. Tahapan teologis, yaitu akal budi manusia, yang mencari kodrat manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir dari segala akibat – singkatnya, pengetahuan absolute, mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural.
2. Tahapan metafisis, dalam fase metafisik, atau tahap transisi antara tahap teologis dan positivis. Tahap ini ditandai dengan suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Atau dengan kata lain akal budi mengandaikan bukan hal supranatural, melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda.
3. Tahapan positivistic, yaitu akal budi telah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian yang absolut, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya – yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaanya yang tidak beubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini.
Oleh karena itu, comte memandang
seluruh pengetahuan sebagai ilmu sosial alam dalam pengertianya yang luas karena
ia menggambarakan perkembangan konteks sosial, khususnya sebagai salah satu
dari tiga tahapan intelektual tersebut
Jelas bahwa dalam teorinya tentang
dunia, comte memusatkan perhatian pada faktor intelektual. Ia mengatakan bahwa
kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan social.[6]Kekacauan ini berasal dai sistem gagasan terdahulu (teologi dan metafisik) yang
terus ada dalam era positif (ilmiah). Pergolakan social baru akan berakhir
apabila kehidupan masyarakat sepenuhnya dikendalikan oleh positivisme.
Positivisme akan muncul meski tak secepat yang diharapkan orang.
Comte juga membagi sistem social
menjadi dua bagian penting, yaitu masyarakat dan hukum-hukum keberadaan manusia
sebagai makhluk social dan yang kedua adalah dinamika social atau hukum-hukum
perubahan social. Yang mendasari system ini adalah naluri kemanusiaan yang
terdiri dari atas tiga faktor utama.
1. Naluri-naluri pelestarian (naluri seksual maupun material)
2. Naluri-naluri perbaikan (dalm bidang militer dan industry)
3. Naluri social (kasih sayang, pemujaan dan cinta semesta )
Diantara ketiganya ada naluri
kebanggaan dan kesombongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini