Senin, 24 September 2012

TUGAS 3 / Fitri Permata Sari / KPI 1 E

KARL MARX
 
 
A. Pertentangan Kelas
 
       Marx sering menggunakan istilah kelas di dalam tulisan tulisannya, tetapi dia tidak pernah mendefinisikan secara sistematis apa yang dia maksud dengan istilah ini ( So dan Suwarsono, 1990: 35). Kelas, bagi Marx, selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik.
       Karena kelas didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik, maka konsep ini berbeda-beda baik secara teoretis maupun historis. Bagi Marx, sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain.
       Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalisme borjuis dan proletar. Kelas brojuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Konflik antara kelas borjuis dan kelas proletar adalah contoh lain daroi kontradiksi material yang sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Tidak satu pun dari kontradiksi-kontradiksi ini yang bisa di selesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut tercapai, kontradiksi makin memburuk. Masyarakat akan semakin berisi pertentangan dua kelas besar yang berlawanan.
       Marx mengakui bahwa konflik kelas sering disebabkan oleh bentuk-bentuk lain dari stratifikasi seperti etnis, ras, gender, dan agama. Bagaimanapun, dia tidak menerima hal ini sebagai suatu yang utama. Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern.
 
B. Agama Sebagai Candu
 
       Agama. Marx juga melihat agama sebagai sebuah ideologi. Dia merujuk pada agama sebagai candu masyarakat, namum sebalikna kita simak seluruh caatannya :
" Kesukaan agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah nafas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat." (Marx, 1845/1970)
       Marx percaya bahwa agama, seperti halnya ideologi, mereflesikan suatu kebenaran, naum terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka di berikan suatu bentuk agama. Marx dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menolak agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
       Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan keagamaan sering berada di garda depan dalam melawan kapitalisme (lihat, misalnya, teologi pembebasan). Meskipun demikian, Marx merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidakadilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat. Dengan cara ini, teriakan orang-orang tertindas justru di gunakan untuk penindasan selanjutnya.
 
C. Ideologi
 
       Perubahan-perubahan yang penting untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung di cegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis, akan tetapi juga oleh relasi-relasi pendukung, institusi-institusi, dan khususnya, ide-ide umum. Ketika ide-ide umum menunjukan fungsi ini, Marx memberikan nama khusus terhadapnya: ideologi. Dia menggunakan kata tersebut untuk menunjukkan bentuk ide-ide yang berhubungan. Pertama, ideologi merujuk ke pada ide-ide yang secara alamiah muncul setiap saat di dalam kapitalisme. Akan tetapi yang, karena hakikat kapitalisme, merefleksikan realitas di dalam suatu cara yang terbalik (Larrain, 1979).
       Untu hal ini dia menggunakan metafora kamera obscura, yang menggunakan optik quirk untuk menunjukan bayang-bayang nyata yang nampak terbalik. Inilah tipe ideologi yang di representasikan oleh fetisisme komoditas atau oleh uang. Tipe ideologi ini mudah terganggu karena didasarkan pada kontradiksi-kontradiksi material yang mendasarinya. Faktanya, disinilah level yang kita sering menjadi sadar akan kontradiksi-kontradiksi material yang diyakini Marx akan membawa kapitalisme ke fase selanjutnya. Misalnya, kita menjadi sadar bahwa ekonomi bukanlah sebuah sistem objektif dan independen, melainkan sebuah ranah politis.
       Ketika gangguan-gangguan muncul dan kontradiksi-kontradiksi material mendasar terungkap, tipe kedua ideologi akan muncul.
 
D. Modal Produksi
 
       Dengan bekerja manusia menghasilkan (bereproduksi) untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat. Jadi, " dalam ekonomi politik kita bisa menemukan anatomi masyarakat sipil". Struktur ekonomi masyarakat merupakan "fondasi riil yang menjadi dasasr pendirian bangunan yuridis dan politik, serta menjadi jawaban atas bentuk-bentuk kesadaran sosial yang telah di tentukan". Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, malahan "sebaliknya eksitensi sosial lah yang menentukan kesadaran mereka".
       Cara produksi dari sebuah masyarakat berupa "tenaga kerja produksi" (manusia, mesin dan teknik) dan "hubungan produksi" (perbudakan, sistem bagi hasil, sistem kerajinan tangan, bekerja upahan). Cara produksi ini membentuk 'kaki penopang yang menyangga superstruktur politik, yuridis dan ideologis masayarakat. Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi dari yang model kuno, model Asia, Feodalistis dan borjuis.
       Perubahan landasan ekonomi disertai dengan semacam kekacauan secara cepat atau lambat pada bangunan. Dalam tulisan analisis-analisisnya ternyata lebih bernuansa dan kompleks. Ketika ia menulis tentang transisi dari kapitalisme menuju sosialisme, Marx lalu mengembangkan sebuah konsep "dialetika" transformasi sosial. Kapitalisme biasanya tunduk pada kontradiksi-kontradiksi ekonomi yang akhirnya menimbulkan krisis-krisis periodik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini