Nama : Lela Muspita Sari
Kelas : KPI 6 G
NIM : 109051000159
TEORI IDEALIS
Pendahuluan
Ideal di masyarakat saat ini adalah keseimbangan atau kesesuaian yang diharapkan dengan fakta yang ada. Tetapi idealis adalah sebuah cita-cita yang ingin mewujudkan sebuah keseimbangan yang terjadi, idealis adalah sebutan untuk para pengikut teori idealisme. Sedangkan idealisme adalah kunci di mana teori baru muncul saat ini, yaitu teori kontruktivisme.
Hubungan internasional konstruktivisme muncul untuk memberikan suatu pandangan bahwa realitas sosial tidak bisa dilihat sebagai suatu yang secara alamiah (given) ada dengan sendirinya dan independen dari interaksi (rasionalis) dan sebaliknya tidak bisa juga dilihat sebagai sesuatu yang nihil atau tidak ada dan semata-mata hanya dilihat sebagai refleksi ide-ide manusia (reflektifis).[1]
Idealis dalam kamus bahasa Indonesia adalah aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami, dan menurut arti kata lain menurut kamus bahasa Indonesia adalah sebagai pengikut dari idealisme.[2] Tokoh filsafat idealis paling berpengaruh adalah Hegel, yang membayangkan sejarah sebagai perkembangan semangat zaman. Menurut Hegel, semangat mencerminkan kemutlakan; semangat adalah prinsip utama segala sesuatu yang ada. Selanjutnya Hegel berpendapat, dialektika adalah ciri universia dari realitas. Dalam karyanya the lesser logic, ia menulis bahwa dialektika adalah "prinsip dari semua gerakan dan aktivitas yang kita temukan dalam realitas.[3]
Teori idealis menjembatani adanya teori yang baru saat ini yaitu teori kontruktivisme, Oleh Von Glaserfed, konstruktivisme adalah sebuah filsafat manusia yang menekankan bahwa pengetahuan sebenarnya adalah konstruksi dari pikiran manusia. Ontologi dasar yang jelas adalah konstruksi pemikiran manusia. Hal lain yang dijadikan objek banyak yang berkaitan dengan bagaimana sugesti pemikiran tiap manusia dapat menjadi begitu kuat sehingga menghasilkan nilai-nilai positif tersendiri.[4]
Asumsi dasar dari konstruktivisme ini sebenarnya adalah manusia sebagai makhluk individual dikonstruksikan oleh adanya realitas sosial. Adanya interaksi antar individu pasti mengandung nilai-nilai tersendiri yang menjadi kesepakatan antara mereka yang berinteraksi, bukan karena salah satu pihak yang menentukannya. Beralih ke masalah identitas individu, identitas individu ini menjadi sangat penting ketika berinteraksi dan menyampaikan kepentingannya. Dari interaksi ini nantinya membentuk lingkungan atau realitas sosial yang diinginkan.[5]
Dunia sosial sebetulnya adalah konstruksi manusia. Begitupun dengan kehidupan di dalam hubungan internasional. Tetapi apa kaitan teori konstruktivisme dengan teori Hubungan Internasional? Dalam perdebatan antara realisme dan liberalisme mengenai sistem internasional yang anarki yang dihubungkan dengan konstruktivisme, Alexander Wendt menyampaikan bahwa konsep sistem anarki internasional sebenarnya suatu hal yang dibentuk oleh aktor negara. Dari situlah terlihat bagaimana teori konstruktivisme dapat mempengaruhi ranah Hubungan Internasional melalui konsep pemikirannya terhadap ontologi Hubungan Internasional serta kritiknya terhadap rasionalisme.[6]
[1] http://makalahhubinternasional.blogspot.com/2011/01/konstruktivisme-dalam-hubungan.html (dikutip pada 31 maret 2013)
[2] http://kamusbahasaindonesia.org/ideal/mirip (dikutip pada 31 maret 2013)
[3] http://adimus-corner.blogspot.com/2011/10/teori-perubahan-sosial-perspektif.html (dikutip pada 31 maret 2013)
[5] ibid
[6] ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar