Senin, 15 April 2013

TEORI KRITIS _Arif Priyadi_Pertemuan ke 5

TEORI KRITIS (PENDEKATAN KONTEKS KEPENTINGAN)
ARIF PRIYADI (109051000175)
KPI 6 F

I. Pendahuluan
Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian, terutama kecenderungannya menuju determinisme ekonomi. The institute of social Research, organisasi
yang berkaitan dengan teori kritis ini didirikan di Frankfurt, Jerman23 Februari 1923, meski anggotanya telah aktif sebelum ornisasi itu didirikan. Teori kritis telah berkembang dan melampaui batas aliran Frankfurt. Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika.

Dari tahun 20-an hingga tahun 1960-an Mazhab Frankfurt telah mengumpulkan sekelompok intelektual, di mana di situ Max Horkheimer, Teodor Adorno, Herbert Macuse atau Erich Fromm yang bekerja membahas
"teori kritik" tentang masyarakat modern dianggap sebagai usaha untuk mendominasi dan mengalienasi.

II. Metode Studi
Penulis dalam membuat resume ini menggunakan metode studi pustaka.
Metode studi pustaka adalah pengumpulan data atau keterangan dari buku
literatur di perpustakaan. Buku-buku yang penulis pakai untuk
dijadikan referensi pengumpulan data adalah "Teori Sosiologi Modern
karya George Ritzer & Douglas J Goodman dan Sosiologi: Sejarah dan
berbagai Pemikirannya karya Anthony giddens, Daniel Bell, Michael
Forse, dll."

III. Hasil Studi
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai
aspek kehidupan sosial, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan
sifat masyarakat secara lebih akurat. Beberapa hal yang dikritik oleh
teoritis kritik:
1. Kritik terhadap positivisme. Aliran kritis menentang positisvisme
karena berbagai alasan. Pertama, positivisme melihat kehidupan sosial
sebagai proses alamiah. Teoritisi kritis lebih menyukai memusatkan
perhatian pada aktivitas manusia pada cara-cara aktivitas itu
mempengaruhi struktur sosial yang lebih luas. Singkatnya positivisme
dianggap mengabaikan aktor, menurunkan aktor ke derajat yang pasif
yang ditentukan oleh kekuatan alamiah. Karena mereka yakin kekhasan
sifat aktor, teoritisi kritis tidak dapat menerima gagasan hukum umum
sains dapat diterapkan terhadap tindakan manusia begitu saja.
Positivisme diserang karena berpuas diri hanya dengan menilai alat
untuk mencapai tujuan tertentu, dan karena tak membuat penilaian
serupa terhadap tujuan. Kritik ini mengarah ke pandangan bahwa
positivisme berwatak konservatif, tak mampu menentang sistem yang ada.
2. Kritik terhadap sosiologi. Sosiologi diserang karena
"keilmiahannya", yakni karena menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan
di dalam dirinya sendiri. selain dari itu sosiologi dituduh menerima
status quo. Aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tak serius
mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur sosial masa
kini. Menurut aliran kritis, sosiologi telah melepaskan kewajibannya
untuk membantu rakyat yang ditindas oleh masyarakat masa kini.
3. Kritik terhadap masyarakat modern. Kebanyakan karya aliran kritis
ditujukan untuk mengkritik masyarakat modern dan berbagai jenis
komponennya. Kebanyakan aliran Marxian awal secara tegas tertuju ke
bidang ekonomi, sedangkan, aliran kritis menggeser orientasinya ke
tingkat kultural mengingat kultural dianggap sebagai realitas
masyarakat kapitalis modern. Artinya, tempat dominasi masyarakat
modern telah bergeser dari bidang ekonomi ke bidang kultural. Aliran
kritis masih memperhatikan masalah dominasi, meski masyarakat modern
mungkin lebih didominasi oleh elemen kultural. Ketimbang oleh elemen
ekonomi. Karena itulah aliran kritis mencoba memusatkan perhatian pada
penindasan kultural atas individu dalam masyarakat.
Teori kritis telah dibentuk tak hanya oleh teori Marxian, tetapi juga
oleh teori Waberian, seperti tercermin perhatian mereka kepada
rasionalitas sebagai perkembangan dominan dalam dunia modern. Seperti
dijelaskan Trent Schroyer (1970) pandangan aliran kritis adalah bahwa
dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang
menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial dominan.
4. Kritik terhadap kultur. Ada dua hal yang paling dicemaskan oleh
pemikir kritis mengenai industri kultur. Pertama, mereka
mengkhawatirkan mengenai kepalsuannya. Mereka membayangkannya sebagai
sekumpulan paket gagasan yang diproduksi secara masal dan disebarkan
ke tengah-tengah masa melalui media. Kedua, teoritisi kritis terganggu
oleh pengaruh yang bersifat menenteramkan, menindas dan membius dari
industri kultur terhadap rakyat.

a. Kontribusi-kontribusi dari aliran kritis:
1. Subjektivitas. Kontribusi dari aliran kritis adalah usahanya untuk
mengorientasikan teori Marxian ke arah subjektif. Meskipun ini
merupakan kritik materialisme Marx dan terhadap fokusnya pada struktur
ekonomi, ini juga merepresentasikan kontribusi yang kuat kepada
pemahaman kita tentang elemen subjektif dari kehidupan sosial.
Kontribusi subjektif dari aliran kritis adalah pada tingkat individual
dan kultural.
2. Pengetahuan dan kepentingan manusia. Salah satu perhatian
dialektika paling terkenal teori kritik adalah minat Jurgen Habermas
(1970-1971) terhadap hubungan antara pengetahuan dan kepentingan
manusia – sebuah contoh dari perhatian dialektika yang lebih luas
terhadap hubungan antara faktor subjektif dan objektif tidak dapat
ditangani secara terpisah. Menurutnya, pengetahuan ada pada level
objektif, sedangkan kepentingan atau minat manusia adalah fenomena
subjektif.

b. Tekno-Kapitalisme & Tekno-Kultur
1. Kellner tentang Tekno-Kapitalisme
Tekno-kapitalisme. Kellner adalah salah satu pengembang teori kritis
yang sesuai dengan realitas masa kini. Teori kellner didasarkan pada
premis bahwa kita belum lagi bergerak ke arah post-modern atau post
industri, tetapi masih berada di zaman kapitalisme yang terus
merajalela seperti di masa jayanya teori kritis. Karena itu ia merasa
konsep dasar yang dikembangkan untuk menganalisis kapitalisme (contoh
reifikasi, pengasingan) masih relevan untuk mengganalisis
tekno-kapitalisme. Kellner mendefinisikan tekno-kapitalisme sebagai:
konfigurasi masyarakat kapitalis di mana teknik, ilmu pengetahuan
ilmiah, otomatisasi, komputer, dan teknologi tinggi, berperan penting
dalam proses produksi dan sejajar dengan peran tenaga manusia,
mekanisasi, dan mesin-mesin di era sebelum kapitalisme, dan juga
menghasilkan cara-cara mengorganisir masyarakat dan bentuk kultur
serta kehidupan sehari-hari yang baru.

Kellner telah belajar dari kegagalan analisis marxis lain. Karena
itulah ia, misalnya, menentang pemikiran bahwa teknologi menentukan
supersruktur masyarakat. Dalam masyarakat tekno-kapitalisme, posisi
negara dan kultur dianggap otonom, setidaknya sebagian. Ia pun menolak
pandangan yang menyatakan tekno-kapitalisme sebagai tahap baru dalam
sejarah; sebaliknya ia melihat sebagai konfigurasi atau kontelasi baru
di dalam kapitalisme.

2. Kellner tentang Tekno-Kapitalisme
Tekno-kultur mencerminkan konfigurasi kultur massa dan masyarakat
konsumen di mana barang konsumsi film, televisi, citra massa, dan
informasi yang dikomputerisasi menjadi bentuk kultur dominan di
seluruh dunia maju dan semakin menjalar ke masyarkat sedang
berkembang. Dalam tekno-kultur ini, citra dan tontonan dan komiditi
estetika menjadi bentuk baru yang menjajah kehidupan sehari-hari dan
mengubah hubungan politik ekonomi dan sosial. Dalam semua bidang
kehidupan ini teknologi makin fundamental dan makin besar perannya.

Daftar Pustaka
Giddens, Anthony, Bell, Daniel, Forse, Michael, dll., 2008. Sosiologi:
Sejarah dan Berbagai Pemikirnya. Yogyakarta: KREASI WACANA.

Ritzer, George & Goodman, Douglas J, 2007. Teori Sosiologi Modern,
Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini