TEORI STRUKTURALIS (PENDEKATAN INSTITUSIONAL)
ARIF PRIYADI (109051000175)
KPI 6 F
Teori Strukturalis(PENDEKATAN INSTITUSIONAL)
Strukturalisme lahir dari bermacam-macam perkembangan dari berbagai bidang (Dosse, 1998). Sumber strukturalisme modern dan benteng terkuatnya hingga kini adalah ilmu bahasa (linguistik). Karya ahli
bahasa Swiss, F. de Saussure (1857-1913) menonjol peranannya dalam perkembangannya dalam ilmu bahasa strktural dan akhirnya strukturalisme di berbagai bidang lain (culler, 1976). Yang menarik
adalah pendekatan langue dan parole dari Saussure yang besar artinyabagi kita. Langue adalah sistem tata bahasa formal; sistem elemen phonic yang hubungannya ditentukan oleh hukum yang tetap. Di antara
beberapa studi ilmu bahasa sejak era Saussure diarahkan untukmenemukan hukum yang tetap itu. Adanya langue memungkinkan adanya parole. Parole adalah percakapan yang sebenarnya, cara pembicara
menggunakan bahasa untuk mengatakan dirinya sendiri. Meski Saussure mengakui arti pemakaian bahasa secara subjektif dan idiosinkratik, namun ia yakin bahwa pemakaian bahasa secara individu tak dapat
dijadikan sasaran perhatian oleh ahli bahasa yang berorientasi ilmiah. Ahli bahasa harus melihat langue, sistem bahasa formal, bukan melihat bahasa itu digunakan oleh aktor secara subjektif.
Langue dapat dilihat sebagai sistem tanda dari sebuah struktur dan
arti setiap tanda, diciptakan oleh hubungan antara tanda-tanda di
dalam sistem. Teramat penting di sini adalah hubungan pertentangan,
termasuk pertentangan biner. Sebagai contoh arti kata "panas" bukan
berarti berasal dari sifat hakiki dari alam kehidupan, tetapi berasal
dari hubungan kata dengan lawannya, yakni kata "dingin". Makna,
pikiran, dan akhirnya kehidupan sosial dibentuk oleh struktur bahasa.
Dengan demikian sebagai pengganti pandangan yang menyatakan kehidupan
eksitensial manusia membentuk lingkungan mereka, di sini kita
berpendirian bahwa kehidupan manusia atau aspek lain kehidupan sosial
dibentuk oleh struktur bahasa.
Perhatian tentang struktur telah dikembangkan melampaui bahasa ke
studi tentang seluruh sistem tanda. Pemusatan perhatian atas sistem
tanda inilah yang dinamai "semiotic" dan telah menarik banyak pengikut
(Hawkes, 1977; Gottdiener, 1994). Semiotic lebih luas daripada ilmu
bahasa struktural karena tak hanya meliputi bahasa, tetapi juga sistem
simbol dan tanda lain seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, naskah
kesustraan, bahkan seluruh bentuk komunikasi.
Rolan Barthes sering dipandang sebagai pendiri sebenarnya dari
semiotic. Barthes mengembangkan gagasan Saussure keseluruh bidang
kehidupan sosial. Tak hanya bahasa, tetapi juga perilaku sebagai
perwakilan atau tanda: "Bukan hanya bahasa, tetapi pertandingan gulat
adalah juga praktik yang menandakan (signifying), seperti acara TV,
mode pakaian, cara memasak, dan bahkan apa saja yang lainnya dalam
kehidupan sehari-hari" (Lash, 1991: xi). "perubahan ilmu bahasa"
sehingga meliputi seluruh fenomena sosial selanjutnya ditafsir ulang
sebagai tanda.
Strkturalisme Antropologi: Levi-Strauss
Tokoh sentral strukturalisme perancis – yang disebut Kurzweil
(1980:13) bapak strukturalisme – adalah antropologi perancis, Claude
Levi-Strauss. Meski struktur mengambil beragam bentuk dalam karya
Levi-Strauss, yang penting bentuk tujuan kita adalah bahwa ia
mengembangkan karya Saussure tentang bahasa ke masalah antropologi –
sebagai contoh, ke dongeng dalam masyarakat primitif. Namun,
Levi-Strauss pun menerapkan strukturalisme ke bidang lebih luas, ke
seluruh bentuk komunikasi. Pembaruan utama yang dilakukannya adalah
mengonseptualisasikan-ulang sederetan luas fenomena sosial (misalnya,
sistem kekeluargaan) sebagai sistem komunikasi, dengan demikian
me-nyebabkannya dapat dipertanggungjawabkan untuk analisis struktural
(Burris, 1979). Perbincangan suami-isteri, misalnya, dapat dianalisis
dalam cara yang sama dengan mengalisis pertukaran kata-kata; keduanya
adalah pertukaran sosial yang dapat dikaji melalui penggunaan
antropologi srtuktural.
Marxisme Sturkturalis
Strukturalisme jenis lain yang pernah sukses di perancis (dan dibagian
duina lain) adalah Marxisme struktural, terutama Louis Althusser,
Nicos Poulantzas, dan Maurice Godelier.
Meski telah dinyatakan bahwa strukturalisme modern berawal dari karya
Saussure dalam ilmu bahasa, namun ada yang mengatakan strukturalisme
modern itu berasal dari karya Marx: "karena karya Marx menganggap
struktur tak boleh dikacaukan dengan hubungan yang tampak dan
menjelaskan logika yang tersembunyi, maka ia meresmikan tradisi
strukturalisme pada umumnya sama-sama memusatkan perhatian pada
struktur, namun masing-masing mengonseptualisasikan struktur secara
berbeda.
Paling tidak sebagian teoritisi marxis struktural dan teoritisi
strukturalisme sama-sama memusatkan perhatian pada studi strukutur
sebagai persyaratan studi sejarah. Seperti dikatakan Godelier, "studi
tentang asal-usulnya dan evaluasinya" (1972b:336). Dalam karya lain
Godelier mengatakan, "logika bagian dalam struktur ini harus
dianalisis sebelum asal-usulnya dianalisis" (1972a:xxi). Pendapat lain
yang sama antara teoritisi Marxis struktural dan teoritisi
strukturalisme adalah bahwa strukturalisme harus memusatkan perhatian
pada struktur atau sistem yang terbentuk dari hubungan sosial yang
saling memengaruhi. Baik marxis struktural maupun strukturalisme
sama-sama memandang struktur sebagai suatu yang nyata (walau tak
kelihatan) meski pandangan mereka berbeda secara mencolok mengenai
sifat dasar struktur yang mereka anggap nyata itu. Menurut
Levi-Strauss, perhatian harus dipusatkan pada struktur pikiran,
sedangkan menurut Marxis strukutural perhatian harus ditujukan pada
struktur yang mendasari masyarakat.
Barangkali yang paling penting strukturalisme dan Marxis struktural
sama-sama menolak empirisisme dan menerima pemikiran yang melandasi
struktur yang tak kelihatan. Godelier menyatakan, "yang ditolak oleh
teoritisi strukturalisme dan Marxis struktural adalah definisi
teoritisi empirisisme tentang apa yang merupakan struktur sosial"
(1972a:xviii). Godelier juga menyatakan:
"menurut Marx, sebagaimana menurut Levi-Strauss, struktur bukanlah
sebuah realitas yang terlihat secara langsung dan dapat diamati secara
langsung, tetapi tingkat realitas yang ada di luar hubungan yang
tampak antara manusia dan merupakan logika yang mendasari sistem dan
melaluinya aturan yang tampak dapat dijelaskan (Godelier,
1972a:xxiv)."
Godelier selanjutnya menyatakan bahwa: " Apa yang tampak adalah
realitas yang menyembunyikan realitas yang lain, realitas yang lebih
dalam, yang tersembunyi dan penemuannya menjadi tujuan pemahaman
ilmu". (1972a;xxiv).
Meski ada persamaan pandangan antara Marxisme struktural dan
strukturalisme, tetapi Marxisme struktural tak menekankan perhatian
utamanya pada perubahan ilmu bahasa yang kemudian terjadi dalam ilmu
sosial. Sebagai contoh, Marxisme struktural terus melanjutkan
memusatkan perhatian pada struktur sosial dan struktur ekonomi, bukan
pada struktur ilmu bahasa. Begitu pula Marxisme struktural terus
diasosiasikan dengan teori Marxisme dan kebanyakan pemikir sosial
perancis kurang menyenangi teori Marxis ketimbang eksistensialisme.
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2007. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar