Selasa, 29 Maret 2016

Fauzia Nurul Khotimah, Vikron Fahreza, Ade Fauzan_ Tugas ke 4

Fauzia Nurul Khotimah (1113054000007)

Vikron Fahreza (1113054000025)

Ade Fauzan (1113054000036)

 

Kurangnya lahan terbuka hijau akibat berkembang pesatnya pembangunan rumah kos diwilayah kukusan Depok Jawa Barat

         

  Seperti pada tugas yang minggu lalu, pada kali ini kami melakukan pengamatan terhadap wilayah pemukiman warga yang berada di salah satu daerah teman kami yaitu Vikron Fahreza, wilayah itu ialah Kukusan, yang merupakan salah satu wilayah yang berada di Depok Jawa Barat. Pada awalnya wilayah Kukusan ini merupakan sebuah pemukiman warga yang bisa dikatakn sangat asri, sejuk dan masih memiliki banyak pepohonan, semua itu seakan sirna ketika pembangunan kampus UI dilakukan yaitu pada tahun 1987. Pembangunan kampus UI yang dilakukan di area seluas 320 hektare, pembangunan itu dilakukan ditempat yang dahulunya merupakan hutan-hutan dengan pepohonan yang sangat amat tinggi dan hijau, walaupun pemanfaatan lahan itu hanya sekitar 25% untuk sarana akademik dan 75% nya merupakan area hijau berwujud hutan kota, tetapi pembangunan itu juga memiliki sebuah dampak yang cukup brkepanjangan bagi ekosistem yang berada di wilayah sekitar kampus UI tersebut, termasuklah wilayah Kukusan yang merupakan salah satu tempat kami tinggal.

            Oleh karena itu untuk mengerjakan tugas kali ini kami memutuskan untuk berangkat menuju rumah temen kami yaitu Reza yang menurut pengakuan nya mengalami perubahan yang cukup signifikan, untuk  mendapat sebuah data yang cukup akurat, kami menemui beberapa narasumber yang notabene orang-orang yang berkompeten untuk memberi informasi tersebut, orang-orang itu adalah Bapak Jaya selaku ketua RT 01/02 yang wilayahnya sedang brmasalah akibat pembangunan kos-kosan yang mana pembuangan limbah nya sedang disoroti akibat tidak memimkirkan kondisi saluran air yang cukup sempit dilingkungan ini, selain itu kami juga mewawancarai ibu Mulham. Ibu Mulham ini merupakan salah seorang warga asli kukusan yang tahu perubahan yang terjadi di wilayah sana dari tahun ke tahun. Kami mulai mewawancarai mereka berdua pada hari Senin 28 Maret 2016. Kebetulan rumah bapak Jaya dan ibu Mulham sangat berdekatan dengan rumah teman kami Vikron Fahreza. Dasn kebetulan juga bapak Jaya adalah seorang menantu dari ibu Mulham, ada awalnya kami menemui dan mewawancarai Ibu Mulham terlebih dahulu karena pak Jaya belum pulang kerja, hal-hal yang ingin kami dapatkan dari ibu Mulham adalah gambaran dari wilayah Kukusan ini ketika zaman Dahulu. Ibu Mulham mengataka bahwa kukusan dulunya dapat dikatakan sebagai daerah "tempat jin buang anak", maksud dari sitilah itu adalah daerah yang sangat amat sulit untuk dijamah oleh manusia, wilayah yang sangat pelosok dan sangat sulit untuk diakses, itu sekitar tahun 60-an menurut pengakuan beliau. Lalu beliau bercerita bahwa wilayah rumah kami yang sekarang ini dahulunya adalah sebuah lahan yang tidak ada yang punya, lahan hijau itu ditumbuhi oleh pohon-pohon karet yang luar biasa besar, lalu juga ada beberpa pohon jati, pohon belimbing dan berbagai macam jenis spesies pohon lainnya. Selain bermacam-macam jenis pohon dan tumbuhan yang sangat banyak, wilayah Kukusan juga dulunya merupaka sebuah rawa-rawa yang merupakan tempat hidupnya spesies biota air yang  beraneka ragam dimulai dari belut, ikan-ikanan dan bahkan Ular pun banyak hidup di wilayah ini pada dahulunya, lalu kami menanyakan berapa banyak jumlah rumah/ penduduk yang tinggal di wilayah ini pada dahulunya, ibu Mulham mengatakan bahwa jumlah penduduk yang tinggal diwilayah ini pada zaman dahulunya masih sangat sedikit bahkan dapat dihitung dengan jari. Terhitung hanya beliau lah yang tinggal lalu ada beberapa sanak saudaranya juga yang mendiami wilayah ini, akan tetapi mreka tidak tinggal berdekatan satu sama lain. Jadi dapat dikatakan untuk wilayah tempat teman kami tinggal ini hanya ada satu rumah yaitu rumah ibu Mulham dan sisanya adalah sebuah lahan lepas yang ditumbuhi bermacam-macam jenis pohon dan rawa-rawa yang sangat amat liar, bahkan beliau mengatakan bahwa ketika sudah maghrib tidak ada satupun manusia yang berani  keluar rumah, dikarenakan kondisi yang sangat amat gelap dan suasana liar yang begitu kental diwilayah ini.

            Dari penggambaran ibu Mulham ini kami sudah dapat gambaran sperti apa wilayah kukusan pada zaman dahulu, tentunya kami sangat rasakan berbeda dari Kukusan yang sekarang,sejumlah pohon-pohon yang dulunya menghiasi wilayah ini seakan sudah tidak berbekas lagi, bahkan rawa-rawa yang dahulunya mrupakan tempat spesies dari bermacam-macam biota air sekarang sudah berganti menjadi cluster-cluster yang di diami oleh spesies manusia. Selain dari perumahan-perumahan/cluster yang makin menjamur diwilayah ini, pembanguna rumah kos akibat berdirimya kampus UI merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan-lahan hijau diwilayah Kukusan ini. Kami pun diajak berkeliling oleh Reza untuk mengetahui seberapa parah hancur nya ekosistem dan tatanan alam yang berada dilingkungan ini. Benar saja setelah kami berjalan selama menit dengan mengendarai motor maka kami melihatlah sebuah wilayah yang tadinya mrupakan sebuah empang, rawa-rawa dan kebun, telah disulap menjadi rumah kos yang ,megah dilengkapi dengan berbagai fasilitas sperti AC dan lahan parkir yang begitu luas, lalu kemana lahan hijau yang asri beserta empang dan raw tempat para hewan-hewan air tumbuh dan hidup ? semuanya sudah hilang dan tidak mninggalkan bekas apapun, akan tetapi alam tidak begitu saja terima atas perlakuan kasar manusia, termasuk juga pada kasus pembangunan rumah kos diatas empang dan rawa-rawa ini. Menurut pengakuan beberapa mahasiswa yang kami temui yang kebetulan juga mengekos disana  kualitas air dari kosan yang mereka tinggali sangatlah jelek, terasa berbau dan terkadang keruh, oleh karena itu untuk kepentingan mencuci baju, masak dan lainnya air dikosan mereka tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu ketika hujan turun wilayah kosan mereka smpat tergenang air hingga sebatas betis orang dewasa, hal itu nampaknya wajar karena wilayah yang mereka tinggali itu merupakan tempat air hujan ditampung dan diresap kedalam tanah.

            Setelah berjalan mengelilingi lingkungan sekitar rumah Reza kami, satu orang narasumber yang kami tungu-tunggu datang yaitu bapak Jaya yang merupakan ketua RT 01 diwilayah kukusan tepatnya lingkungan tempat kami Reza tinggal, tanpa basa-basi kamipun langsung menanyai beberapa hal seputar permasalahan rumah kos yang baru dibangun lingkungan RT 01 itu, memang benar kos-kosan itu sedang ada masalah, masalahnya adalah pembuangan limbah dari rumah kos tersebut yang spertinya tidak tertampung lagi di saluran air yang brada diwilayah RT 01 ini, sebab memang betul bila kami melihat kondisi saluran air diwilayah tersebut sangat kecil dan nampaknya tidak bisa menampung jumlah limbah dari rumah kos yang memiliki hamper 125 kamar tersebut. Dulu sang pemilik rumah kos itu sempat diajak diskusi mengenai permasalahan ini akan tetapi sepertinya dia tidak mau mengeluarkan dana lebih untuk memperlebar saluran air tersbut, dan bila demikian maka dapat dipastikan ketika hujan turun rumah teman kami reza akan tergenang air sebab tidak mampunya aluran air menahan jumlah debit air yang begitu besar dari limbah rumah kos dan juga air hujan tersebut.

            Sebagai penutup akhirnya dapat kami simpulkan bahwa industri rumah kos yang sangat amat menjanjikan secara materi di wilayah ini ternyata memiliki dampak yang sangat buruk bagi alam sekitar, rusaknya ekosistem untuk kepentingan pribadi seharusnya sudah tidak terjadi lagi. Alam merpakan ciptaan Allah SWT mereka juga mempunyai hak untuk hidup seperti kita manusia, oleh karena itu ketika kita mecintai Alam maka kita juga mencintai yang mencipatakannya pun sebaliknya begitu. Manusia sepertinya lupa bahwa ketika alam sudah marah dan mereka mulai murka kepada kita manusia, bahkan tidak satu pun tekhonologi manusia yang dapat melawannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini