Selasa, 29 Maret 2016

Avivah Hazanah, Risca Puspadelima_Problematika dalam Pengembangan Jamaah Masjid Darul Mustaqim_Tugas 4

Nama  : Avivah Hazanah      (11140530000004)
              Risca Puspadelima  (11140530000008)
Kelas   : Manajemen Dakwah A
 
Masjid Darul Mustaqim adalah sebuah masjid yang terletak di kampung Warung Kaler RT/RW 05/02 desa Cibungur kecamatan Bungursari kabupaten Purwakarta. Masjid ini letaknya sangat strategis karena dekat dengan pemukiman warga. Suasana masjid nya pun bagus, sehingga dapat membuat jamaah itu sendiri merasa nyaman ketika berada di dalamnya untuk melakukan ibadah. Kegiatan harian di Masjid Darul Mustaqim ini seperti sholat berjamaah lima waktu, hanya saja masjid ini sangat minim dengan jamaah nya karena hanya sedikit masyarakat yang datang ke masjid ini. Hanya beberapa dari masyarakat yang aktif untuk ikut melakukan sholat berjamaah.
Masjid ini termasuk masjid yang aktif dalam melakukan kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Misalnya peringatan Muharam, Maulid Nabi, Idul Fitri, dan kegiatan lainnya. Ada dari kalangan masyarakat sekitar yang aktif dalam melakukan kegiatan masjid. Namun, dibalik banyaknya kegiatan yang aktif yang dilakukan jamaah masjid, terdapat beberapa problem yang dihadapi oleh masjid. Karena kurang nya sumber daya manusia, maka masjid ini pun tidak terlalu ramai ketika hari-hari biasa, hanya segelintir orang yang datang. Apalagi kaum remaja, tidak ada sentuhan sedikit pun dari remaja untuk ikut berpartisipasi dalam berlangsungnya acara.
Menurut salah satu narasumber bapak Sartim (ketua DKM masjid Darul Mustaqim) beliau mengatakan bahwa kendala yang dihadapi adalah kekurangan jamaah dalam melakukan sholat berjamaah di masjid setiap hari nya. Jumlah jamaah yang hanya berkisaran dua puluh orang setiap hari nya dan itu hanya dari kalangan laki-laki, tidak ada jamaah perempuan yang berpartisipasi dalam melakukan sholat jamaah setiap harinya. Yang paling sering dan aktif dalam melakukan sholat jamaah adalah berasal dari kaum manula yang telah berumur dan itupun hanya dari kalangan laki-laki.
Menurut bapak ketua DKM, remaja di desa ini tidak ada yang aktif dalam melakukan sholat jamaah setiap harinya. Mereka lebih suka berkumpul atau nongkrong bersama di tempat-tempat tertentu di sekitaran masjid. Misalnya ada sebuah pos di pertigaan dekat masjid, mereka lebih suka berkumpul di tempat tersebut. Ada pula bengkel motor di samping masjid, dan tidak sedikit remaja yang nongkrong di bengkel untuk mengotak-atik motornya tersebut. Lalu ada pula tempat rental PS (Play Station), banyak anak remaja yang pergi ke tempat ini daripada pergi ke Masjid. Sampai anak kecil yang masih berusia 7 tahunan pun sudah nongkrong dan bermain PS, bukannya belajar mengaji. Di lingkungan ini memang sedikit sekali orang yang benar-benar paham akan ilmu agama, hanya sedikit bahkan jarang sekali di desa ini yang lulusan pesantren. Kalau pun ada, mereka pasti pergi meninggalkan desa ini dan merantau ke tempat yang jauh lebih baik. Padahal ini merupakan tantangan untuk masyarakat yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi untuk memakmurkan masjid yang ada di daerahnya. Atau membantu dengan mensosialisasikan kepada remaja sekitar agar dapat menghidupkan masjid. Karena kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ilmu agama itu masih sangat minim. Bahkan ada orangtua yang melarang anaknya untuk pergi mengaji karena guru nya bukan lulusan pesantren.
Kesadaran dari diri masyarakat adalah masalah utama yang dihadapi oleh pihak masjid. Banyak dari masyarakat yang hatinya kurang terpanggil untuk melakukan sholat berjamaah dimasjid. Entah itu karena telah mekukan sholat berjamaah di rumah, atau memang karena malas. Tetapi menurut salah seorang jamaah yaitu bapak Asep, ia mengatakan bahwa perempuan lebih diutamakan untuk melakukan sholat dirumah. Lingkungan masyarakat ini menyesuaikan dengan dalil yang mengatakan bahwa perempuan lebih baik untuk melakukan ibadah dirumah. Karena takutnya pada akhirnya akan menimbulkan fitnah jika melakukan aktivitas di luar rumah. Dan hal ini membuat para perempuan tidak ikut sholat berjamaah di Masjid Darul Mustaqim ini kecuali jika sholat tarawih, idul fitri maupun idul adha.
Masyarakat di daerah ini memang mayoritas tidak bersekolah sampai ke jenjang yang lebih tinggi sehingga pemahaman terhadap pendidikan baik itu umum atau pun agama menjadi kurang. Apalagi di jaman sekarang yang serba teknologi, anak remaja pun jauh lebih mementingkan gadget daripada pergi sholat berjamaah di masjid. Jadi permasalahan yang terjadi di daerah Cibungur ini khususnya masjid Darul Mustaqim, bukan karena letaknya yang tidak strategis, justru letaknya sangat strategis karena berasa diantara pemukiman warga dan pinggir jalan pula, dengan begitu harusnya tidak menyulitkan seseorang untuk pergi ke masjid. Ini memang karena kesadaran dari masyarakat itu sendiri yang belum baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini