Problematika yang dihadapi Yayasan Ar-Rahmaniyah Tangerang Selatan
Awal mula kami menerima tugas ini yang terlintas di benak kami adalah meneliti beberapa lembaga pendidikan seperti majelis-majelis ilmu, TPA/TPQ, atau lembaga pendidikan pondok pesantren. Kala itu kami masih bingung mana yang akan kami pilih untuk dijadikan objek penelitian, karena diantara beberapa lembaga pendidikan itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setelah melalui beberapa pertimbangan akhirnya kami memilih sebuah majlis ta'lim Al-Mubarokah.
Majelis ta'lim ini diisi oleh pengajian ibu-ibu, majelis ini adalah salah satu majelis ta'lim yang cukup aktif dalam bidang kegiatan. Kemudian kami mengunjungi ibu ketua yang memimpin majelis ta'lim ini yaitu ibu Hj.Atika- Kamis-24 Maret 2016, setelah bersilaturahmi di kediaman beliau kamipun membuat kesepakatan bertemu kembali pada hari Jum'at 25 Maret 2016 sekitar pukul 09.00 di masjid Asmaul Husna tempat dimana pengajian rutinnya berlangsung. Pas ketika Kamis malamnya Anindya mencoba menghubungi kembali ibu Hj.Atika untuk memastikan kembali esok hari, namun ternyata beliau memiliki jadwal mengisi acara Isra' Mi'raj di majelis ta'lim Al-Mukaromah. Beliau sempat mengucapkan maaf berulang kali karena membatalkan janjinya pada hari itu, dan akhirnya di pagi hari kami kembali bertemu di rumah Anindya untuk membicarakan apakah tetap berlanjut dengan majelis ta'lim Al-Mubarokah atau kita ganti objek lain. Dan dengan beberapa pertimbangan kamipun memutuskan untuk menggantinya dengan sebuah lembaga pendidikan Islam berbentuk Yayasan yang bernama Yayasan Ar-Rahmaniyah.
Yayasan ini berada di dekat komplek perumahan Selvi, dan pada hari itu juga kami meluncur ke Yayasan Ar-Rahmaniyah. Disana kami sempat mengobrol dengan beberapa wali murid yang sedang menunggu anak-anaknya di luar kelas, sedikit kami berbincang bertanya mengenai beberapa hal diantaranya yaitu alasan mengapa mereka memasukan anak-anaknya di Yayasan ini. Setelah itu kami bertemu dengan salah satu pengajar di sana yang kebetulan umurnya tidak jauh berbeda dengan kami, beliau bernama ka Julianti(Juju) dan ka Salwah(Awah).
Kami bertemu ka Juju dan ka Awah ketika mereka keluar dari kelas setelah bel istirahat berbunyi lalu disana kami mengutarakan maksud dan tujuan kami mendatangi Yayasan Ar-Rahmaniyah ini. Dan dengan senang hati ka Juju dan ka Awah mau membantu kami, setelah kembali melakukan kesepakatan bertemu dan melakukan wawancara kami sekaligus berkeliling gedung untuk melihat situasi belajar-mengajar disana. Yyayasan ini memag bukan termasuk yayasan yang besar, terdapat 3 gedung yang membentuk leter U.
Selepas anak-anak selesai kelas yaitu sekitar pukul 16.00, kami menemuai ka Juju dan ka Awah di musholah yang tersedia disana. Selain dengan ka Juju dan ka Awah kami juga meminta agar ka Juju membawa salah seorang muridnya, lalu ketika semua sudah berkumpul kami langsung membuka sosial maping kami. Meidiana menjelaskan kembali apa maksud tujuan kami(Peneliti) dengan bahasa yang mudah dipahami sampai Toni dan Fika pun mengerti. Toni dan Fika adalah dua orang murid Madrasah Diniyah yang paling berprestasi di Yayasan ini, Toni sangat pintar mengaji dan Fika sangat mahir dalam urusan orasi (pidato), ketika Meidiana menjelaskan Anindya dan Selvi menyiapkan kalender, gunting spidol, lem, dan kertas origami. Hal-hal yang saya tanyakan kepada kak awah dan kak juju, yaitu:
· Sejak kapan Yayasan ini didirikan ?
· Siapa pimpinan Yayasan ini ?
· Berapa jumlah guru pengajar ?
· Berapa jumlah murid pada saat ini ?
· Berapa lama kak awah dan kak juju mengajar ?
· Berapa gaji kak awah dan kak juju perbulan ?
· Apa kendala-kendala mengajar di Yayasan an-ni'mah ?
· Apa harapan pengajar untuk kedepannya ?
Yayasan Ar-Rahmaniyah ini diresmikan berdiri pada tanggal 5 Agustus 2008, pendirinya yaitu salah satu tokoh masyarakat seorang ustad yang juga memiliki jama'ah majelis ta'lim cukup banyak beliau adalah al-ustad Wasilatul Akmal. Beliau sangat tertarik mendirikan lembaga pendidikan Islam yang berupa Yayasan ini karena pada saat itu sekolah-sekolah Islam khusus memperdalam ilmu al-Quran masih sangat jarang, yang ada adalah beberapa taman kanak-kanak yang bentuknya seperti sekolah biasa. Lambat laun Yayasan inipun dapat berkembang, walaupun belum berkembang secara maksimal namun setidaknya sampai hitungan hari ini ada sekitar 12 guru yang mengajar di Yayasan Ar-Rahmaniyah.
Dalam yayasan Ar-Rahmaniyah ini terdapat dua jenis tingkatan pendidikan yaitu Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) dan Madrasah Diniyah (setara dengan SD). Murid- murid masuk pada siang hari sekitar pukul 14.00 dan keluar kelas sehabis ashhar sekitar pukul 16.30. jumlah muridnyapun ada peningkatan dari yang mulanya hanya 5 orang kini jika dijumlahkan sudah ada 186 murid terdiri dari 128 Madrasah Diniyah dan 58 TPQ.
Madrasah Diniyah kelas 1 = 33 santri,
kelas 2 = 30 santri, TPQ A = 30 Santri
kelas 3 = 22 santri, TPQ B = 38 Santri
kelas 4 = 18 santri,
kelas 5 =10 santri,
kelas 6 = 15 santri.
Ka Juju sendiri sudah mengajar di yaysan ini sekitar 3 tahun sedangkan ka Awah baru berjalan 2 tahun. Ketika kami bertanya apakah faktor yang membuat peminatan yayasan ini semakin bertambah setiap tahunnya jawaban yang diberikan olah ke Juju sesuai dengan jawaban salah satu orang tua wali murid yang tadi kami sempat kami wawancarai juga. "Karena perkembangan zaman yang sangat melesat tajam ini, para orang tuapun memiliki rasa khawatir yang cukup besar dalam masa-masa pertumbuhan anak mereka. Dan untuk meminimalisir kekhawatiran itu salah satu usaha mereka adalah dengan menanamkan pemahaman aqidah islam sedini mungkin pada peresapan ilmu anak-anak mereka". Kurang lebih seperti itulah jawaban yang diberikan ka Juju, jawaban ini sama persis dengan apa yang diungkapakn oleh salah seorang wali murid yayasan Ar-Rahmaniyah. Mereka khawatir jika penanaman aqidah Islam tidak di berikan sedini mungkin yang ada nantinya ketika mereka tumbuh besar mereka akan cepat terbawa dengan kemaslahatan-kemaslahatan yang pada era ini sangat mudah ditemukan.
Hal ini menunjukan bahwa peran sebuah lembaga pendidikan sangatlah penting, semakin berkembangnya suatu negara tidak selamanya juga membangun pergaulan yang baik dikalangan rakyatnya. Lalu ketka kami bertanya soal apakah kendala-kendala pengajar di yayasan ini umumnya dan khususnya ka Juju dan ka Awah dalam megajar jawabannya cukup mengejutkan. Di antaranya yaitu mereka agak kerepotan ketika para murid membawa gadget kesayangan mereka ke sekolah apalagi yang umurnya masih berada di kelas TPQ, mereka akan cenderung menangis jika apa yang mereka inginkan tidak terpenuhi. Hal ini membuat pengajar harus ekstra berfikir bagaimana agar mengalihkan perhatian mereka pada sesuatu yang baik dan akhirnya mereka melupakan kesedihan mereka, yang kedua yaitu ketika ada beberapa murid yang bolos sekolah dengan izin sakit namun beberapa kali pula pengajar tidak sengaja bertemu dengan mereka di warnet yang ada di sekitar yayasan. Ini merupakan PR yang sangat besar untuk para pengajar bagaiman mereka mensosialisasikan tentang negatifnya warnet, berbohong pada guru kedua orang tua, dan juga membolos.
Berikutnya yaitu seputar gaji yang diterima oleh tenaga pengajar di yayasan Ar-Rahmaniyah, ka Juju dan ka Awah tidak mengatakan secara langsung berapa honor yang mereka dapatkan namun mereka bertutur bahwa honor yang mereka dapatkan belum sesuai dengan keringat yang mereka keluarkan, alasannya karena donatur tetap dari yayasan ini hanya dari 2 orang yaitu pendirinya dan salah satu rekannya jadi untuk biaya honorer mereka tidak dapat mengeluarkan banyak. Dan menurut kami hal ini juga karena yayasan Ar-Rahmaniyah belm terdeketksi oleh Dinas Kementrian Sosial, dimana jika yayasan ini sudah terdeteksi pastinya akan diberikan bantuan-bantuan baik berupa uang ataupun bantuan tehnologi seperti komputer, printer dll.
Berkenaan apa harapan ka Juju dan ka Awah untuk yayasan Ar-Rahmaniyah kedepannya yaitu mereka mengakatakan bahwa semoga secepatnya yayasan ini dapat menerima bantuan dari dinas kementrian sosial, dan akan menjadi lebih baik lagi serta anak muridnya makin bertambah banyak. Karena begitu pentingnya penanaman akidah Islam sedini mngkin pada anak-anak. Dan harapan dari Toni dan Fika yaitu yayasan dapat lebih menampung bakat yang murid-muridnya miliki, karena itu termasuk salh satu daya tark tersendiri untuk anak-anak yang memiliki bakat seperti Toni dan Fika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar