Rabu, 28 November 2012

Rahma Sari_JNR 1 B_Kelompok sosial masyarakat,tugas ke-3

BANK SAMPAH Ibu Ratu
Rahma Sari 1112051100033
 
I Latar Belakang
Bumi ini perlu dijaga,salah satunya memanfaatkan sampah-sampah plastik.Kita tahu,sampah plastik sangat sulit untuk diuraikan dalam proses pelapukan,diperlukan waktu beratus tahun .            
Jika kita bisa mengubah sampah menjadi benda-benda bermanfaat,itu artinya kita telah melakukan satu perubahan untuk menjaga bumi kita. Kepedulian terhadap lingkungan sudah seharusnya dilakukan oleh semua orang.
Sampah seringkali disia-siakan sebagai barang kotor yang tak berguna. Padahal sampah yang tidak bernilai itu bisa menjadi uang dengan cara ditukarkan di bank sampah seperti yang didirikan Sri Wulan W.
Bank sampah merupakan inovasi yang sangat bermanfaat untuk lingkungan.Disamping itu,ibu-ibu bisa mendapatkan penghasilan dari kegiatan mengumpulkan sampah ini. Bank sampah ini bekerja layaknya seperti bank yang melakukan simpan pinjam, setoran, penarikan dan tabungan. Semua transaksi itu bisa dilakukan asal ada sampahnya.
Di bank sampah ini, masyarakat bisa menukar sampah rumah tangga atau sampah lain dengan uang. Cara yang sangat mudah, masyarakat hanya memilah sampah yang akan dibuang. pisahkan antara sampah organik dengan sampah anorganik.
Wulan menuturkan tak mudah untuk mengajak masyarakat agar mau mengumpulkan sampah yang ada. Dibutuhkan beberapa pendekatan pada masyarakat, salah satunya dengan mengajak masyarakat melihat secara langsung bagaimana kerja dari bank sampah.
Sampah yang dikumpulkan bank sampah ini dimanfaatkan untuk kompos jika sampah berasal dari tumbuhan atau sisa makanan dan dibuat barang lain atau dijadikan berbagai souvenir.
"Diharapkan ini bisa mengubah pola pikir masyarakat agar sampah tidak menjadi sumber bencana dan mulai menjaga lingkungannya," ujar ibu Wulan sebagai koordinator Bank Sampah.
II Pertanyaan Pokok Penelitian
1.Bagaimana awal terbentuknya Bank Sampah Ibu Ratu?
2.Kendala-kendala apa saja yang dihadapi saat mengajak masyarakat khususnya Ibu-ibu untuk mau ikut memilah dan mengolah  sampahnya sendiri?
III Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Dengan mengutamakan segi kualitas data dan memungkinkan dikumpulkannya sejumlah besar data secara rinci mengenai subyek penelitian.
Lokasi penelitian :Kampung Pitara rt.01/13 kelurahan Pancoran Mas,kecamatan Pancoran Mas,Depok.
Tanggal penelitian: 27 November 2012.
IV Gambaran subyek penelitian
Yang menjadi nara sumber dalam wawancara ini adalah Sri Wulan W, ibu rumah tangga ini sangat aktif untuk mengajak ibu-ibu untuk menjaga lingkungannya. Idenya untuk bisa menjaga lingkungan dan memanfaatkan sampah telah terwujud dengan adanya Bank Sampah.Usahanya untuk mengajak ibu-ibu tidaklah mudah,membutuhkan waktu yang cukup lama dan kesabaran.
Beliau berharap lingkungan RW yang lain dapat mencontoh kegiatan yang telah dilakukan oleh Ibu Ratu. Jadi, tidak mustahil Depok akan menjadi kota yang bersih dan hijau.
V Analisis
Awal berdirinya bank sampah diawali  pada tahun 2009. Bermula dari adanya kegiatan arisan ibu PKK, Ibu Wulan sebagai koordinator Bank Sampah mengajak ibu-ibu lainnya untuk memilah sampah rumah tangga (sampah anorganik)  supaya dapat didaur ulang menjadi barang kerajinan.
Setelah itu langsung dilakukan pelatihan yang  diikuti ibu-ibu rumah tangga lingkungan RT 01 Kelurahan Pitara. Mereka membuat berbagai macam produk berupa tas, dompet,tempat pensil dengan motif menarik. Namun muncul permasalahan baru di bahan baku yang kurang. Untuk memudahkan bahan baku akhirnya pada tahun 2011 dibuatlah bank sampah tersebut yang bernama Bank Sampah Ibu Ratu (Ibu Rt. Satu) Seperti bank umumnya, di bank sampah ini setiap nasabah atau orang yang menabung sampah akan mendapatkan buku tabungan. Di dalamnya berisi catatan jumlah tabungan dari pihak nasabah. Untuk tabungan sendiri baru dapat dapat diambil dengan ketentuan setelah menabung selama 3 bulan. Dengan pertimbangan agar hasil yang diperoleh memiliki nilai lebih banyak sehingga mampu dirasakan oleh nasabah. Kebiasaan nasabah akan mengambil hasil tabungan pada kondisi tertentu. Misalnya pada saat anak-anak sekolah ganti semester baru, ungkap Wulan.
Bank sampah menerima semua jenis tabungan sampah. Asalkan memiliki nilai jual misalnya kertas koran, kardus, kertas buku (putih), kertas buram, kertas campur, kerdus, plastik mineral, plastik ember, besi, kuningan dan alumunium. Dengan harga beli beragam disesuaikan dengan sampahnya. Misalnya kertas koran Rp 800/kg, Kardus  Rp 800/kg, plastik ember berwarna Rp.  1000/kg, kaleng Rp 800/kg, tembaga Rp 40.000/kg, kuningan Rp 18.000/kg, aluminium kw I Rp 9000/kg, aluminium kw II : 7500/kg. Kemudahan juga diperoleh nasabah bank sampah, jika jumlah sampah banyak maka pihak bank sampah akan datang mengambilnya. Dalam kegiatannya, Bank Sampah  Ibu Ratu  tidak hanya untuk warga di Pitara saja, tetapi Bank Sampah Ibu Ratu  bersifat terbuka, siapapun boleh masuk dan menjadi anggota/nasabah, salah satunya masyarakat dari luar kelurahan yaitu Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
Kendala lain yang dihadapi bank sampah Ibu Ratu adalah pendapatan bank sampah yang masih relatif kecil. Ditambah dengan biaya sewa tempat bank sampah 150rb/bulan kadang belum mampu terpenuhi setiap bulannya. Walaupun banyak toleransi yang diberikan pemilik lahan yang mendukung bank sampah untuk masalah biaya sewa. Dengan demikian Wulan bersyukur, karena paling tidak niatan awal ibu-ibu mau memilah sampah dapat tercapai.
terbentuknya Bank Sampah Ibu Ratu dilatar belakangi oleh beberapa hal, yaitu. :
1.    Prihatin dengan keberadaan Tempat Penampungan Sampah (TPS) dengan kondisi yang kotor, semrawut, bau dan tidak sedap dipandang mata serta mengancam kesehatan lingkungan sekitar.
2.    Prihatin terhadap lingkungan RT yang tampak tidak teratur karena di setiap rumah terdapat tempat sampah yang setiap hari selalu diacak-acak oleh Kucing, Anjing, Tikus dan Pemulung.
3.    Ingin ikut membantu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dengan mengolah sampah warga secara baik modern dan ramah lingkungan.
4.    Sadar bahwa sampah yang dikelola secara konvensional tidak akan memberikan manfaat dan hanya menjadi beban dan merusak lingkungan.
Bank Sampah memiliki beberapa kegiatan, antara lain :
1.Menggiatkan anggotanya untuk melakukan pemilahan sampah (organik dan anorganik) mulai dari sumber sampah, yaitu dari rumah tangga anggota Ibu Ratu. Pemilahan sampah mulai dari sumber sampah adalah kunci dari kesuksesan pengolahan sampah dengan baik dan benar, karena kondisi sampah masih bersih dan tidak berbau. Sampah organik langsung dapat diolah menjadi kompos dan sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi barang kerajinan atau dapat langsung disetor/ditabung di bank sampah.Jika pemilahan sampah tidak dari awal maka sampah akan tercampur, kotor dan berbau sehingga akan menyulitkan dalam pengolahan sampah selanjutnya.
2.Menggiatkan anggota Ibu Ratu dan warga sekitar untuk mengolah sampah organik menjadi kompos . Proses pengomposan sampah (rumah tangga) ini langsung berdampak terhadap berkurangnya volume sampah yang dibuang ke TPS/TPA. Kompos hasil produksi rumah tangga dapat dimanfaatkan langsung warga untuk pupuk tanaman di rumah masing-masing.
3.Menggerakkan anggota Ibu Ratu untuk belajar mendaur ulang (recycle) sampah anorganik menjadi barang kerajinan yang bermanfaat dan bernilai ekonomis misalnya : Tas dari bungkus kopi/susu, Tas/Taplak Meja/Tutup Galon dari sedotan bekas air mineral, Tikar dari bungkus mie instant, Kerajinan bunga dari bekas kantong plastik, dan produk kerajinan lain.
4.Memberikan pelatihan-pelatihan kepada kelompok masyarakat atau perorangan yang berminat untuk belajar mengolah sampah secara baik dan modern. Telah banyak kelompok masyarakat atau perorangan baik dari kota Depok maupun dari luar kota Depok yang berkunjung dan belajar tentang pengolahan sampah yang baik dan modern.
5.Menggiatkan anggota/nasabah Ibu Ratu untuk menabung/menyetor berupa sampah (anorganik) dan nantinya dapat diambil tabungannya berupa uang dengan nilai nominal sesuai dengan berat atau jumlah sampah yang telah ditabung.
 
Kegiatan- kegiatan inilah yang saat ini tengah dikembangkan oleh Ibu Ratu karena sangat nyata dan efektif dapat mengurangi volume sampah dan sekaligus bermanfaat langsung terhadap nasabahnya.
 
Kendala-  kendala dalam mengajak masyarakat mengelola sampahnya sendiri, antara lain :
1.      Belum memiliki kesadaran bahwa sampah yang dihasilkannya sendiri adalah tanggung jawabnya;
2.      Merasa sampahnya tidak menjadi ancaman langsung bagi dirinya dan keluarganya;
3.      Terbiasa dengan kondisi lingkungan yang kurang bersih;
4.      Urusan sampah belum menjadi priorotas utama;
5.      Kurang informasi dan kesadaran mengenai hukum tentang pengelolaan sampah;
6.      Kurang mendapat pendidikan tentang pengelolaan sampah;
 
Beberapa nilai positif yang di dapat dari berdirinya Bank Sampah, diantaranya :
Ø  Berkurangnya pembakaran sampah
 Dengan berkurangnya pembakaran sampah yang dilakukan oleh masyarakat, secara tidak langsung juga mengurangi beberapa masalah pada lingkungan, beberapa masalah tersebut diantaranya :
1.      Asap putih dan hitam yang sering menimbulkan bau menyengat. Kandungan gasnya juga bermacam-macam, sebagian gas beracun. Asap juga menyebabkan sesak napas dan mencemari udara, serta menjadi penyebab pemanasan global.
2.      Abu hitam yang beterbangan mengotori jemuran pakaian, kendaraan dan perabot rumah tangga.
3.       Pembakaran dibawah pohon dapat menyebabkan tumbuhan disekitarnya mati terkena udara panas.
Ø  Berkurangnya timbunan sampah yang tidak dikelola
Dengan berkurangnya timbunan sampah yang tidak di kelola dapat memberikan manfaat, terutama pada TPA, karena timbunan sampah-sampah yang tidak di kelola dapat menyebabkan beberapa masalah, diantaranya :
1.      Bau dari sampah organik yang membusuk, yang menghasilkan gas yang berbau telur busuk, amoniak dan gas metan yang beracun.
2.      Datangnya serangga dan binatang pengerat yang menyebarkan penyakit (diare, tifus, kolera, desentri dsb.)
3.      Air leachet (licit) yang hitam dan berbau busuk, rembesannya bisa masuk ke sumber air di sekitarnya.
4.      Sampah yang longsor ke sungai mengotori sungai, menyebabkan pendangkalan sungai, banjir, kematian ikan dan biota air, bau dsb.
5.      Sampah anorganik memerlukan waktu degradasi beratus tahun, sungai dan laut sangat sulit mencernanya.
"Saya berharap semakin banyak orang yang sadar akan lingkungannya,sehingga semakin banyak masyarakat yang peduli pada masalah sampah dan bisa mendirikan Bank sampah sebagai salah satu solusinya dan saya bersama Bank Sampah Ibu Ratu siap membantu memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat yang berminat belajar mengolah sampah",tutur Wulan sebagai kordinator Bank Sampah Ibu Ratu.
Daftar Pustaka
Sunarto,Kamanto,2004.Pengantar Sosiologi,cetakan ke-3,Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini