Emile Durkheim : Bapak Sosiologi Modern
Lahir pada tahub 1858 di Espinal dari sebuah keluarga tua Yahudi yang berasal dari Alsace, Emile Durkheim sebenarnya diarahkan untuk menjadi rabbi sebagaimana ayah dan kakeknya. Emile kemudian dikirim ke sekolah rabbi dan mempelajari bahasa Yahudi. Ia segera beralih dari jurusan agama dan berhasul dengan gemilang menyelesaikan studi pendidikan umum. Sebagai seorang filsuf yang temperamental (Lulus dengan ijazah guru pada tahun 1882) Durkheim tidak terlalu lama kemudian mengorientasikan diri pada permasalahan moral dan ingin memberi sebuah dasar ilmiah yang mula-mula dicarinya dalam psikologi, dan kemudian dalam sosiologi ketika bekerja sebagai guru di Bordeaux pada tahun 1887 ia mempersiapkan tesisnya berjudul De la division du travail social (Pembagian kerja social) yang di publikasikan pada tahun 1893. Paada tahun 1906 ia masuk ke Sarbonne dan meninggal pada tahun 1917.
Ø The Rule of Sociological Method (Peraturan Metode Sosiologi)
Ada lima aturan fundamental dalam metode Durkheim ini :
1. Mendefinisikan objek yang dikaji secara objektif.
Sasarannya adalah sebuah peristiwa social yang diamati diluar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi.
2. Memilih satu atau beberapa criteria yang objektif.
Dalam buku pertamanya (De la division du travail social atau Pembagian Kerja secara Sosial) Durkheim mempelajari berbagai bentuk solidaritas sosial yang berbeda-beda dari sudut hukum. Begitu pula ia berusaha mencari penyebab tindakan bunuh diri dengan menggunakan angka kematian akibat bunuh diri.
3. Menjelaskan kenormalan Patologi
Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bisa mengacaukanketeraturan peristiwa. Jadi kita harus bisa membedakan situasi-situasi normal yang menjadi dasar kesimpulan-kesimpulan teoritis
4. Menjelaskan masalah Sosial secara "Sosial"
Sebuah peristiwa social tidak hanya bisa dijelaskanlewat keinginan individual yang sadar, namun juga melalui peristiwa atau tindakan social sebelumnya. Setiap tindakakn kolektif mempunyai satu signifikansi dalam sebuah system interaksi dan sejarah. Inilah yang disebut metode fungsionalis.
5. Menggunakan metode komparatif
Hanya komparativisme terhadap ruang dan waktu yang memungkinkan hal ini berakhir dengan suatu demonstrasi sosiologis.
Ø Le Suicide
Disini ia mendemonstrasikan pengaruh integrasi sosial terhadap kecendrungan individu untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Karena sosiologi tidak bisa melakukan eksperimen di dalam laboratorium, maka ia mempergunakan berbagai variasi situasi sosial untuk melakukan perbandingan. Durkheim berpegang pada metode variasi yang terjadi pada waktu yang sama (korelasi-korelasi) dengan membangun rangkaian-rangkaian mulai dari peristiwa yang harus terseleksi. Ia memisahkan sejumlah variable berupa umur, seks, situasi sipil, keanggotaannya pada suatu agama dan tingkat pendidikan yang dibandingkannya dengan angka kematian. "fenomena-fenomena sosial merupakan benda dan harus di perlakukan sebagai benda." Demikian yang di ungkapkan Emile Durkheim dalam studinya tentang bunuh diri (1897).
§ Metode Statistik dan Komparatif
Pada zaman Durkheim hanya memiliki satu alat statistik dasar serta sau aritmatika sederhana, namun hasil karyanya sangat mengagumkan. Demikian, maka dengan membangun hubungan antara angka bunuh diri dalam dua kategori, kita bisa memunculkan jarak dengan mengalkulasi.
§ Proses Sosialisasi
Durkheim membantah teori-teori yang menganggap bunuh diri disebabkan oleh kegilaan, ras dan heresitas, lalu ia pun mengembangkan teori sosialisasinya dengan membuat suatu tipologi.
*(Bunuh diri egoistis)
Masyarakat politik justru lebih baik melakukan perlindungannya karena lebih kuat cara pembentukannya. Agama, keluarga dan masyarakat politik sama-sama merupakan kelompok social yang mendefinisikan identitas si individu. Ketika ia melemah atau terputus, individu aka kehilangan tempat bernaung dan mundur kearah dirinya sendiri, yaitu kepada egonya, dari sinilah asalnya istilah yang agak sesuai dengan istilah yang dipakai biasanya yaitu "bunuh diri egoistis"
*(Bunuh diri altruistis)
Sebaliknya, jika integrasi social terlalu kuat dan individu terlalu terkungkung, maka bisa saja menghasilkan "altruism intens"yang menyebabkan orang melakukan bunuh diri'
*(Bunuh diri anomik)
Ketika dominasi intelektual atau moral kelompok melemah, individu akan menghadapi sendiri keinginan dan nafsunya. Terputusnya keseimbangan ini menyebabkan timbulnya anomie, yaitu desosialisasi. Bunuh diri anomik juga bisa disebabkan oleh "hilangnya aturan matrimonial" dimana perkawinan yang mengatur hubungan cinta dan perceraian yang terjadi dimana-mana menjadi suatu indikator adanya anomie dalam perkawinan (anomie konjigal).
§ Kemiskinan moral suatu masyarakat
Durkheim menghubungkan hasil-hasil yang diperolehnya dengan konsep moral masyarakat. Jika "agama, keluarga dan Negara bisa mencegah bunuh diri jenis 'egoistis' maka sebaliknya, peningkatan angka bunuh diri yang dilaporkan pada masa itu bukankah hal tersebut merupakan kenyataan pada masyarakat yang telah melepaskan diri dari ikatan tradisional yang menghubungkan individu dengan masyarakat? Bahwa "bunuh diri pada masa sekarang memang merupakan indikasi adanya kemiskinan moral".
§ Warisan Durkheim
Metode statistik yang dipergunakan masih menjadi contoh, meski sejak saat itu permasalahan tentang validitas sumber-sumber dan ketidak sempurnaan atu kelalaian yang bisa di ketahui dalam pembahasannya sangan sering diangkat. Namun demikian mereka yang tidak mau mendukung sosiologi aliran Durkheim mengeluhkan masalah determinisme dimana masyarakat bertindak terhadap individu di luar pengetahuan orang terakhir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar