Peran Wali Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas 3 MTS di Pondok Pesantren Qotrun Nada
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta menyentuh pada semua aspek kehidupan manusia tak terkecuali di bidang pendidikan dan pengajaran. Pemerintah dewasa ini khususnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut makan pemerintah telah mengusahakan peningkatan mutu pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang di tetapkan dengan ketetapan MPR No IV/MPR/1978, pada bagian agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dinyatakan antara lain: "Dengan semakin meningkatnya dan meluasnya pembangunan maka kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus semakin diamalkan baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan."
Pendidikan menjadi tuntutan kebutuhan seluruh manusia di dunia. Di Indonesia pendidikan di pandang sebagai salah satu indicator kesuksesan dan keberhasilan seseorang, komunitas, bahkan daerah. Tentu banyak factor yang saling berkaitan sehingga terciptanya pendidikan yang ideal apa yang dikatakan oleh filosof jaman klasik ideal seperti plato.
Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para pembangun bangsa Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa Negara bersaing di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global, tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini mendorong para siswa mendapatkan prestasi terbaik.
Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiridi nilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerang terujung kepada meningkatnyaarus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan.
Kedudukan guru dalam kegiatan pembelajaran sangat strategis dan menentukan. Strategi guru akan menentukan kedalaman dan keluasaan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru yang membuat siswa mengerti bahan pembelajaran yang akan di sajikan kepada mereka. Salah satu yang mempengaruhi tugas guru ialah kinerjanya di dalam merencanakan/ merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Guru yang diberikan tugas sebagai wali kelas merupakan factor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, oleh karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Selanjutnya, guru harus melakukan perencanaan seefektif mungkin yang akan di buat dalam proses pembelajaran, sehingga menciptakan kondisi belajar yang efektif pula, satu hal yang sesuai dengan yang di rencanakan kemudian direalisasikan dengan baik sehingga siswa benar-benar menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang semestinya mereka capai.
Wali kelas memang peran yang sangat stategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran wali kelas tidak tergantikan oleh unsure yang lain, di dalam masyarakat kita yang multicultural dan multi dimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim. Wali kelas memegang peran yang sangat penting dalam menentukan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan peran guru atau wali kelas, karena siswa akan bersemangat belajar bila cara guru dalam mengajar menyampaikan pelajaran sesuai dengan situasi dan karakteristik siswa, dengan demikian siswa akan lebih mudah menerima pelajaran dan meningkatkan motivasi belajarnya.
Efektifitas wali kelas bukan hanya mengajar tetapi juga bertanggung jawab terhadap hal yang terjadi dalam kelas sehingga dapat membantu proses perkembangan siswa berdasarkan kelemahan dan kekurangan yang kemungkinan oleh keterbatasan sumber daya yang ada. Pengembangan efektifitas mengajar yang perlu ditingkatkan itu bertitik tumpu pada perencana, sehingga dapat di cari alternative pemecah masalah, dan guru dapat meningkatkan hal-hal praktis yang dapat dilakukan. Dan hal ini dapat dilakukan dalam evaluasi pembelajaran itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Setelah memahami uraian gejala dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah. Adapun perumusan masalah dalam usulan penelitian ini adalah "Bagaimana peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 3 MTS di Pondok Pesantren Qotrun Nada?"
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 3 MTS di Pondok Pesantren Qotrun Nada?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran Wali Kelas dan Motivasi Belajar
1. Peran Wali Kelas
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. "proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar."
Wali kelas memiliki peranan yang sangat besar bagi pembentukan karakter siswa. Wali kelas sesungguhnya menjadi semangat bagi perkembangan kemajuan di dalam kelas. Mereka bertanggung jawab atas berhasil tidaknya komunitas kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil kinerja wali kelas ini terutama bisa dilihat bagaimana ia dapat menjadi animator bagi kelas sebagai sebuah komunitas pembelajaran bersama.
Wali kelas bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi dan lingkungan yang kondusif satu sama lain sehingga kelas menjadi komunitas belajar dapat maju bersama dalam proses pembelajaran. Tugas utama wali kelas adalah membuat kelas berhasil menjalankan fungsi pembelajaran sehingga semua siswa di kelas itu dapat naik kelas dengan nilai yang baik pada akhir tahun. Wali kelas secara priodik perlu melakukan evaluasi terhadap kelasnya melalui pertemuan yang tidak formal dan lebih rileks agar komunikasi lebih bisa terbangun. Momen pembinaan perwalian kelas inilah yang sesungguhnya menjadi tempat penting bagi penanaman nilai dan pembentukan karakter siswa.
Wali kelas mempunyai tanggung jawab melihat sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanya salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar mengajar fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih rincinya tugas wali kelas berpusat kepada:
a. Mendidik siswa dengan tidak berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Member fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
c. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti: sikap, penilaian dan penyesuaian diri.
Melalui peranannya sebagai wali kelas diharapkan mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai sumber dan media. Guru wali kelas akan mampu membantu siswa secara efektif, dapat mempergunakan berbagai sumber dan berbagai kesempatan belajar serta media belajar, hal ini berarti guru wali kelas dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya dan juga dapat memberikan fasilitas yang memadai, sehingga siswa dapat belajar secara efektif.
Dari uraian diatas, jelas bahwa guru wali kelas dapat meningkatkan peran, dan sebagai pengajar menjadi sebagai pengarah belajar. Sebagai pengarah belajar, tugas dan tanggung jawab guru wali kelas lebih meningkat yang kedalamannya termasuk fungsi guru wali kelas sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar dan sebagai pembimbing.
Fungsinya sebagai penilai hasil belajar murid seorang guru senantiasa terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah di capai oleh siswa dan waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap hasil belajar mengajar dan dijadikan sebagai titik tolak untuk mencapai, memperbaiki dan meningkatkan proses belajar selanjutnya. Dengan demikain proses belajar mengajar akan senantiasa meningkatkan hasil belajar yang optimal.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai pengarah belajar, hendaknya guru wali kelas senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang tergantung dalam stimulasi tindakan kearah tujaun tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kea rah tujuan tersebut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa motif berprestasi mempunyai korelasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar banyak di tentukan oleh tinggi rendahnya motif berprestasi. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan belajar mengajar. Ada empat hal yang dapat di kerjakan guru dalam memberikan motivasi ini, yaitu:
a. Membangkitykan dorongan siswa untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dilakukan pada akhir pengajaran.
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
d. Membantuk kebiasaan belajar yang baik.
Sebagai wali kelas, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar tidak hanya melalui pendekatan intruksional akan tetapi disertai dengan pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajar mengajarnya. Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar.
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru di harapkan mampu untuk:
a. Mengenal dan memahami siswa baik secara individu maupun kelompok.
b. Member penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar.
c. Memberikan kesempatan yang memadai agar siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya.
d. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang dilakukannya.
2. Motivasi Belajar Siswa
"keberhasilan suatau proses kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh factor intelektual, tetapi juga factor-faktor non-intelektual, termasuk salah satunya ialah motivasi."
Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang timbul dan hasil latihan seorang individu dari tidak tahu menjadi tahu. Dalam kegiatan belajar makan motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan hasil kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita.
Motivasi belajar siswa adalah merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang has adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang mempunyai motivasi kuat akan mempunyai banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam hubungan dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkan dan memberikan motifasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan mtivasi yang baik pula.
Memberi motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu. Pada awalnya akan menyebabkan subjek belajar itu merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar itu di dorong oleh adanya factor-faktor kebutuhan biologis, instink, unsure-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Untuk belajar sangat diperlukan motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran tersebut, jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Motivasi yang mempunyai daya penggerak yang besar biasanya adalah motivasi yang bersifat intrinsic.
Menurut A. Tabrani, "pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil.
b. Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
c. Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai motivasi yang baik.
d. Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.
e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi prosedur mengajar, tapi juga menjadi factor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, pengguanaan asas motivasi sangat esensial dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar haruslah memperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar belajar dengan baik atau mempunyai motif berpikir atau memusatkan perhatian, merencanakan da melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan menunjang belajar. Motivasi dapat ditanamkan kepada siswa dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan yang kadang-kadang juga di pengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Dari uraian diatas jelas bahwa motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar, dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan dengan memperkuat, jadi latihan itu sangatlah perlu dalam belajar. Fungsi motivasi meliputi sebagai berikut:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatau perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kearah pencapaian tujuan yang di inginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya sebuah motivasi akan membentu cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Motivasi sebagai sebuah proses mengantar siswa kepada pengalaman yang menginginkan mereka dapat belajar sebagai proses motivasi mempunyai fungsi, antara lain:
a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.
b. Memusatkan perhatian siswa kepada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian belajar.
c. Membantu memebuhi kebutuhan hasil jangka pendek dan jangka panjang.
Peran wali kelas yang kondusif dan efektif diharapkan dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar. Dengan demikian guru wali kelas dan guru-guru hendaknya memperhatikan dengan serius tentang peningkatan motivasi belajar siswa agar dapat tercapai proses tujuan pembelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Informan Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Jaya – Cipayung – Depok. Dan informannya terdiri dari wali kelas 3 MTS pondok pesantren Qotrun Nada.
B. Latar Penelitian (Setting)
Pondok pesantren Qotrun Nada didirikan pada tahun 1996 di tengah keinginan sesepuh, ulama, Asatidz dan masyarakat Desa Cipayung Jaya untuk mengawali proses perubahan sosial dan budaya masyarakat yang berkembang begitu pesatnya. Pondok Psantren Qotrun Nada sebagai benteng perubahan dan perkembangan itu sampai saat ini terus berpacu dengan waktu demi mewujudkan visi dan misinya didalam peran sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan dan mencetak kader ummat yang berakhlakul karimah, berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah. Melalui visi "Al-Muhaafadzatu 'Alal Qodiimisshoolih Wal Akhzu Biljadiidil Ashlah", yang berartikan "Melestarikan nilai-nilai klasik yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik" Dan juga melalui misi :
a. Menciptakan generasi yang berakhlakul karimah.
b. Berilmu intelektual.
c. Selalu mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Di dalam menjalankan aktifitas pendidikan dan pengajaran, Pondok Pesantren Qotrun Nada berusaha mengkolaborasikan antara dua latar belakang sistem pendidikan, yaitu antara sistem pendidikan pondok pesantren modern yang berbasis pengetahuan kekinian dan penguasaan, pembiasaan penggunaan bahasa asing (inggris/arab) sebagai bahasa komunikasi sehari-hari dengan sistem pendidikan pesantren salafiyah yang berbasiskan pengkajian pengetahuan kitab-kitab klasik yang dipadu padankan dengan kurikulum yang sedang dikembangkan saat ini, sehingga jadilah Qotrun Nada sebagai sebuah lembaga yang menggunakan "Bilingual System Of Eduction".
Penyusunan kurikulum dan sistem pendidikan seperti model diatas diharapkan mampu menjadi modal dasar untuk meningkatan sumber daya santri dalam peran khidmatnya kepada ummat dan masyarakat nantinya. Proses pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Qotrun Nada dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan penuh dedikasi yang tinggi serta oleh keikhlasan para pendidik dan pengajar yang sangat berkompeten dalam bidangnya masing-masing, yakni sebanyak 100 orang yang terdiri dari sarjana-sarjana S1, S2 dalam dan luar negriserta praktisi pesantren yang telah memenuhi kriteria sebagai tenaga pendidik pesantren yang memiliki latar belakang pesantren yang mumpuni, sebagai media tradisi untuk mengamalkan yang pada perjalanannya menjadi bagian dari "Al Ilmu Yuntafa'u Bihi".
Dan akhirnya tepat pada tahun 1997 dimulai secara resmi penerimaan santri baru dengan jumlah santri yang pada saat itu berjumlah 52 orang itu pun belum semuanya bermukim dikarenakan masih banyaknya kekurangan disana sini, walaupun terkesan begitu miris namun inilah yang dapat kami sampaikan sangat apa adanya, tanpa mengurangi atupun menambahkan dan alhamdulillah seiring dengan berjalannya waktu, Pondok Pesantren Qotrun Nada terus berkembang hingga detik ini atas do'a para kaum muslimin sekalian dan hingga saat penulis melakukan riset ini jumlah keseluruhan santri Pondok Pesantren Qotrun Nada yang ada sebanyak 1250 orang, yang didalamnya juga terdapat anak-anak yatim, piatu dan dhua'fa yang menjadi tanggung jawab Qotrun Nada sebagai salah satu peran sosial kemasyarakatnya.
Di sisi lain santri juga dibekali dengan keterampilan individu, kelompok guna mengasah skill (kemampuan) dasar menjadi kemahiran yang pada gilirannya menjadi nilai tambah bagi santri untuk sebuah proses pengembangan diri menjadi "Khairunnaas Anfa'uhum Linnaas" (sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia).
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penulisan ini adalah Metode Kualitatif. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan. Tugas peneliti selain sebagai pengamat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, ia juga sebagai pewawancara yang akan mewawancarai subyek penelitian. Secara garis besar ada tiga macam pedoman dalam melakukan penelitian yang menggunakan metode interview, yaitu:
a) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Di sini kreatifitas seorang pewawancara sangat diperlukan karena pewawancara menjadi seorang pengemudi jawaban responden.
b) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai chek list, disini pewawancara tinggal membubuhkan tanda cheklis pada nomor yang sesuai.
c) Pedoman wawancara semi struktur, dalam pedoman ini interviewer mula-mula menanyakan serentetan yang sudah terstruktur, kemudian satu-persatu diperdalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian keterangan yang diperoleh bisa meliputi semua variabel dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
Dari penelitian ini saya menggunakan metode wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Oleh karena itu, penulis harus mampu mengarahkan responden terhadap pembicaraan tentang data yang diharapkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Peran Wali Kelas dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas 3 MTS di Pondok Pesantren Qotrun Nada
Peningkatan motivasi belajar anak didik Pondok Pesantren Qotrun Nada ditandai dengan penilaian yang dilakukan oleh wali kelas terhadap anak didiknya. Disinilah wali kelas berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan proses belajar mengajar sehingga siswa termotivasi dalam belajar.
Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh guru walikelas terhadap anak didiknya khususnya kelas III MTS dapat di deskrepsikan sebagai berikut: Peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar:
a. Bersikap sabar
b. Menghindari rasa jenuh
c. Menyampaikan materi dengan bahasa yang jelas
d. Keaktifan individu
B. Hasil Wawancara
1. Peran Guru di Pondok Pesantren Qotrun Nada
Peran wali kelas dalam usaha memotivasi belajar siswa di Pondok Pesantren Qotrun Nada maksudnya adalah sejauh mana hak dan kewajiban serta tugas apa yang harus dilaksanakan oleh guru sebagai motivator dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan terhadap peran wali kelas yang bertugas di Pondok Pesantren Qotrun Nada, peneliti memilih dua responden yaitu
Peneliti mengamati bahwa peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari kemampuan wali kelas memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas ataupun diluar kelas yang direalisasikan dalam sikap yang sabar, penyampaian materi yang cukup jelas, kemampuan menghindari rasa jenuh dalam kegiatan belajar mengajar, keaktifan individu dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ustadzah Halimah (Wali Kelas III A), dikemukakan jawaban sebagai berikut:
"Bagaimana cara memotivasi anak didik dalam belajar atau menerima pembelajaran?"
Jawab: "Cara memotivasi belajar anak didik saya sebagai wali kelas selalu mendampingi anak didik saya dalam belajar, entah itu pelajaran formal ataupun non formal. Karna disini pesantren maka saya harus memantau anak didik saya 24 Jam. Ketika belajar formal saya suka mengecek ke kelas anak didik saya untuk memantau kegiatan belajar mereka di kelas. Selain itu juga biasanya setelah sholat maghrib ada pengajian tahsin dan tahfidz, pengajian itu dipimpin oleh wali kelas masing-masing. Disinilah peran saya lebih banyak untuk memotivasi anak-anak didik saya, biasanya setelah tahsin tahfidz saya masih mempunyai waktu untuk bersama anak didik saya, kesempatan itu saya gunakan untuk saling berbagi kasih, suka duka, dan mendengarkan cerita-cerita anak didik saya. Kemudian pada saat belajar malam saya keliling asrama untuk memantau dan menemani anak didik saya yang sedang belahjar, karena biasanya setiap waktu malam ada beberapa anak didik saya yang menanyakan pelajaran yang tidak ia mengerti. Disinilah saya mencoba membantu masalah mereka dalam menangani pelajaran yang tidak ia mengerti.
Ustadzah Ridha Alifa (Wali kelas III B) juga menjawab dengan pertanyaan yang sama: "Wali kelas itu kan awalnya guru, tugas guru itu tidak hanya menjadi motivator tetapi juga mendidik dan membimbing. Nah, kalo misalkan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, wali kelas tersebut harus mampu:
1. Memotivasi mereka untuk mempunyai keinginan untuk belajar. Saat mereka sudah mempunyai motivasi untuk belajar guru itu harus membimbing. Membimbing itu mereka harus selalu mengawasi dan membantu. Akan tetapi membantunya itu tidak dalam hal mengerjakan tugasnya langsung, Akan tetapi memberi tahu caranya agar mereka dapat mengerjakan soal tersebut dengan baik dan benar.
2. Mengawasi. Wali kelas juga harus mengawasi setiap gerak gerik siswanya, apalagi kita berada di pondok pesantren, kita 24 jam bersama mereka, kita 24 jam bertemu mereka, naah otomatis 24 jam juga kita harus membimbing dan mengawasi gerak gerik mereka, karena mereka adalah anak binaan kita.
3. Mengajarkan. Mengajarkan itu sebenernya adalah tugas terakhir guru, karena apa? Karena mengajarkan adalah hal terendah yang dilakukan oleh guru setelah mendidik. Setiap guru yang mampu mendidik maka dia akan mampu pula untuk mengajarkan.
Selanjutnya Ustadzah Zahrana sebagai wali kelas III C juga menjawab : "Untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar, hendaknya guru tidak hanya menjadi sosok guru saja untuk anak didiknya, namun adakalanya guru itu harus menjadi teman, kaka, bahkan menjadi seperti sosok seorang ibu bagi anak didiknya. Seorang gurupun, selain mengajarkan pelajaran yang ia kuasai, lebih dari itu seorang guru hendaknya memberikan beberapa pengetahuan akan tujuan apa yang ingin di pelajari bersama, artinya membuat siswa paham mengapa ia harus mempelajari pelajaran yang di ajarkan gurunya itu, karna kebanyakan siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran untuk mendapatkan nilai saja tanpa tau manfaat apa yang akan ia dapatkan ketika ia mempelajari pelajaran yang di ajarkan oleh gurunya.
Ustadzah Rifha sebagai wali kelas III D juga menjawab dengan pertanyaan yang sama: "Pertama, guru harus mengetahui karakteristik belajar peserta didik. Kedua, membantu pada pelajaran yang dia rasa sulit. Ketiga, memperhatikan kehidupan peserta didik. Jika terlihat belajarnya menurun maka berikan perhatian dengan menanyakan apakah ada masalah dalam keluarga, teman atau masyarakat, karena kesehatan mental anak didik juga perlu diperhatikan dan itu mempengaruhi hasil belajar.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan di Pondok Pesantren Qotrun Nada, menunjukan bahwa peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar anak didiknya sudah cukup baik. Karena wali kelas tidak hanya berperan ketika berada pada jam sekolah formal saja akan tetapi pada kegiatan informal juga.
Peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan dengan cara:
- Mendampingi peserta didik saat belajar formal maupun non formal.
- Membimbing/ mendidik siswa dengan cara mengajarkan materi yang tidak di mengerti agar siswa bisa lebih paham dengan pelajaran.
- Menjadi sosok Ibu. Karena, para siswa tinggal di asrama dan jarang bertemu dengan orang tuanya. Maka, disini peran wali kelas sebagai sosok ibu bagi siswa sangatlah berpengaruh untuk memotivasi belajar mereka .
- Mengetahui karakteristik belajar siswa. Karena, setiap individu pasti memiliki karakter belajar yang berbeda.
- Memperhatikan kesehatan mental. Karena, kesehatan mental sangat mempengaruhi motivasi belajar para siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Askara. 2004.
UUSPN: Undang-Undang Pendidikan Nasional.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 1984.
M. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1993.
Abd. Rahman Abror. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1993.
Biodata Narasumber
1. Nama : Halimah
Ttl : Bogor, 13 Januari 1993
Jabatan : Wali Kelas III A
Lama Mengajar : 2 Tahun
2. Nama : Ridha Alifa
Ttl : Bekasi, 18 April 1990
Jabatan : Wali Kelas III B
Lama Mengajar : 4 Tahun
3. Nama : Zahrana
Ttl : Bogor, 20 Juli 1992
Jabatan : Wali Kelas III C
Lama Mengajar : 3 Tahun
4. Nama : Rifha
Ttl : Bogor, 30 Desember 1992
Jabatan : Wali Kelas III D
Lama Mengajar : 4 Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar