Sofwatillah Amin
BPI VI 1112052000015
TERM OF REFERENCE
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
I. JUDUL PENELITIAN
PENYEBAB PUTUS SEKOLAH YANG TERJADI DI KELURAHAN PETIR, KECAMATAN CIPONDOH, KOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN
II. PENDAHULUAN
A. Landasan Pemikiran
Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Menurut data yang dilansir oleh Blogdetik.com pada Selasa 26 Mei 2015 sampai tahun 2014 populasi penduduk Indonesia mencapai 253.609.643 dan menempati peringkat ke empat negara dengan populasi tertinggi di dunia diikuti dengan negara Brazil yang menempati posisi ke lima dengan populasi penduduk mencapai 202.656.788 jiwa. Sayangnya dengan jumlah populasi yang sangat besar ini Indonesia justru menyandang predikat sebagai negara darurat Pendidikan. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Basedan Seperti yang dilansir oleh Kompas.com pada Jumat 1 Desember 2014 saat melakukan sidak di SD Negeri Sukmajaya mengatakan bahwa kondisi Pendidikan Indonesia saat ini sedang dalam kondisi gawat darurat. Berikut beberapa data mengenai hasil buruk yang dicapai dunia pendidikan Indonesia pada beberapa tahun terkahir.
1. Sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.
2. Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal nilai standar kompetensi guru adalah 75.
3. Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kulaitas pendidikan, menurut lembaga The Learning Curve.
4. Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, ngara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap-menyuap dan pungutan liar.
Sejatinya pendidikan merupakan hak seluruh elemen masyarakat Indonesia, baik didaerah perkotaan maupun di daerah pedesaan/peloksok negeri ini. Seperti yang telah dijelaskan menurut undang-undang Negara Republik Indonesia bahwa pendidikan merupakan faktor utama untuk dapat mencapai kemakmuran suatu negara, sebagaimana diatur secara tegas dalam pasal 31 ayat ( 1 ) Undang Undang Dasar 1945 ( UUD 1945 ) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat ( 2 ) menegaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pada kenyataannya untuk menikmati pendidikan yang dituliskan di Undang Undang di atas justru hanya menjadi sebatas mimpi bagi sebagian kalangan masyarakat.
Menurut data Pusat Statistik Pendidikan ( PSP ) Depdiknas, jumlah anakk putus sekolah tingkat SD,SMP, dan SMK/SMU tahun pelajaran 2006/2007 s.d 2009/2010 rata-rata sebanyak 1 juta anak per tahun, jadi jika dijumlahkan mencapai 3.759.177 anak yang putus sekolah dalam 4 tahun. Data di atas menunjukan bahwa Indonesia mempunyai taraf pendidikan yang sangat rendah dari berbagai aspek, baik dari kualitas para pendidik/guru, sekolah dan jumlah generasi muda yang putus sekolah di tengah jalan.
B. Identifikasi Masalah
Landasan Pemikiran di atas mengantarkan saya pada identifikasi masalah mengenai pendidikan yang terdapat di Rt 01 dan 07 di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tengerang Provinsi Banten. Tingkat putus sekolah yang terjadi di daerah tersebut sangat tinggi, karena pada saat penyelesaian tugas kelompok pada mata kuliah metodologi penelitian kualitatif tepatnya pada bulan April sebelum tugas ini,saya mendapatkan bahwa pada tahun 2014 dari 6000 orang yang mengenyam pendidikan di tingkat SMA/sederajat hanya 116 orang yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal inilah yang membuat saya ingin melakukan penelitian kembali tentang taraf putus sekolah dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan penyebabnya pada lokasi tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana para warga Rt 01 dan 07 di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten mengartikan Pendidikan?
2. Apa penyebab para warga Rt 01 dan 07 di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten putus sekolah ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana para para warga Rt 01 dan 07 di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten mengartikan Pendidikan?
2. Untuk mengetahui apa faktor/penyebab para warga Rt 01 dan 07 di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten putus sekolah ?
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Rt 01 dan 07 di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Yang akan dilakukan pada 02 Juni 2015. Peneliti memilih tempat tersebut karena disana taraf putus sekolah sangat tinggi sedangkan secara geografis lokasi tersebut sudah memasuki daerah perkotaan.
B. Subyek Penelitian dan Analisis Data
Untuk memudahkan Peneliti dalam pengumpulan data, maka peneliti memilih warga Rt 01 dan 07 yang berusia 07-20 tahun di Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Dengan cara sebagai berikut : setelah persyaratan administrasi terlengkapi peneliti menghubungi ketua Rt dari Rt 01 dan Rt 07 untuk menjadi narasumber kunci yang akan menunjukan Peneliti kepada para Subyek Penelitian. Pengumpulan atau Gathering data dilakukan dengan cara wawancara dan FGD ( Forum Group Discussion ), setelah data terkumpul Peneliti melakukan analisis data sebagai berikut : ( 1 ) melakukan pemilahan data dan penyusunan klasisfikasi data ( 2 ) melakukan konfirmasi data yang memerlukan verifikasi data dan pendalaman data ( 3 ) jika ditemukan data yang membutuhkan verifikasi, maka demi keabsahan data Peneliti melakukan Triangulasi Data pada sumber yang berbeda bahkan bila perlu melakukan pengecekan ulang terhadap subyek penelitian.
LAPORAN HASIL PENELITIAN KUALITATIF
Nama : Sofwatillah Amin
NIM : 1112052000015
BPI VI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini bertempat di Rt. 07 Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Provinsi Banten.
Nama : KELURAHAN PETIR
Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan Kec. Cipondoh - Tangerang
No. Telepon : 021 - 5575507
Luas Wilayah : 1, 28 km2
Jumlah Penduduk : 14. 637
Jumlah RW : 10
Jumlah RT : 65
Tampak dari depan Kantor Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondah
Peta Lokasi Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh
Foto anak-anak Rt 07 Kelurahan Petir, Kec. Cipondoh. Dari paling kiri Iyal dan Aji, sedangkan Imam berada tepat di tengah. Foto ini di ambil dari dokumentasi pribadi milik guru ngaji mereka, karena saat berlangsungnya wawancara Peneliti lupa mengabadikan via gambar
B. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini pada awalnya saya menetapkan Informan Kunci adalah Pak ketua RT setempat, tetapi saat di lapangan ternyata beliau sedang tidak berada di tempat, oleh karena itu saya mengambil inisiatif bahwa sebagai penggani dari Pak Ketua RT adalah Guru Ngaji anak-anak RT 07 yang kebetulan adalah orang tua dari teman satu kelas saya di kampus, yaitu Bapak H. Muhammad Dzariyat ( 49 ) beliau pendiri Pengajian Remaja Al-Ukhwatul Islamiyah ( PRUI ) yang akhirnya dia menjadi Informan kunci yang menunjukkan saya kepada Narasumber, yaitu tiga orang anak yang sesuai dengan kriteria penelitian saya, mereka adalah Iyal Aji dan Imam.
C. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan (Marshall dan Rossman, 1989 :82). Dalam hal melakukan wawancara mendalam, pertanyaan yang kaku haruslah dihindari, sebliknya disarankan membuat pertanyaan yang bersifat umum berdasarkan substansi setting atau berdasarkan keterangan konseptual
D. Kesimpulan
Semua subyek penelitian yang peneliti wawancarai menyadari bahwa pendidikan adalah modal penting untuk menatap masa depan, tetapi karena faktor-faktor tertentu mereka akhirnya terpaksa putus sekolah, berikut penyebab putus sekolah mereka di RT. 07 Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Provinsi Banten terbagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal
1. Faktor Internal :
a. Pribadi individu yang tidak bisa menghadapi keadaan di luar dirinya, akhirnya ia memutuskan untuk menarik diri dari kenyataan yang ada. Dalam Psikologi Kepribadian bahwa Individu yang kurang mampu beradaptasi akan lingkungannya justru ia akan mengambil langkah mundur/menarik diri dan mencari lingkungan lain yang jauh lebih nyaman.
b. Pribadi yang kurang mendapatkan pemahaman baik dari segi agama maupun sosial sehingga bermuara pada jatuhnya mental para informan saat dihadapkan dengan berbagai masalah yang pelik.
2. Faktor eksternal :
a. Keluarga :
Ø Broken Home, karena ibu dan ayah sudah bercerai, ditinggalkan dari salah satu antara keduany atau Yatim Piatu
Ø Komunikasi yang kurang harmonis di antara anggota keluarga
Ø Cara pandang kelurga/orang terdekat yang masih primitif terhadap pendidikan
b. Faktor geografis, yaitu jarak sekolah yang masih jauh dari rumah menjadi hambatan dalam keberlangsungan pendidikan si anak
E. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini sudah tidak asing lagi di telinga para pembaca, karena penyebab putus sekolah adalah permasalahan yang sangat sering dibahas dari berbagai aspek dan sudut pandang. Jawaban yang terlintaspun dari setiap kepala jika ditanya tentang penyebab putus sekolah tidak jauh dari faktor ekonomi yang tidak memadai. Judul ini memang sangat Mainstrem didengar, tetapi Peneliti tetap menyimpan harapan untuk para pembaca kiranya setelah membaca laporan penelitian ini bisa dijadikan sebagai pecutan untuk dapat menemukan solusi yang nyata untuk saudara-saudara kita yang ingin menginjakkan kakinya di bangku sekolah, baik dasar, menengah maupun ke perguruan tinggi. Saran dari penulis adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi mengenai usia standar menikah, agar tidak lagi terjadi Broken Home yang justru berimbas buruk pada kondisi psikis anak di kemudian hari oleh pemerintah dilakukan secara lebih persuasif dan komperhensif.
b. Sosialisasi di atas tidak lagi bersifat seminar atau hanya pemberitaan melalui spanduk-spanduk atau media massa, tetapi lewat kerja nyata yang bisa merangkul berbagai kalangan masyarakat.
c. Penanaman mental yang kuat terhadap anak-anak dimulai sejak dini bahkan saat anak-anak duduk di bangku Sekolah Dasar ( SD ) atau bila perla semenjak anak-anak duduk di bangku Taman Kanak-Kanak ( TK )
d. Peraturan Sekolah harus diperketat lagi terkait kasus Buliying yang terjadi di lingkungan sekolah yang berimbas pada kondisi psikis anak-anak, maka tidak jarang anak yang mengalami buliying akan merasa tidak nyaman saat ia berada di lingkungan Sekolahnya.
LAMPIRAN KERJA
Lampiran kerja ini berisi tentang sekilas perjalanan wawancara peneliti dengan para Informan di lapangan.Saya mulai bertanya kepada informan penelitian pada bulan mei 2015, saat itu saya meminta saran kepada Pak Rt terkait siapa yang cocok untuk saya wawancarai tentang judul penelitian saya. Akhirnya pak Rt mengarahan saya untuk mewawancarai Imam, Iyal dan Aji. dimulai dari mewawancarai Imam 15 tahun 2 bulan yang baru pada tahun lalu 2014 ia memutuskan untuk berhenti sekolah. Pada awalnya ia mengatakan bahwa keputusannya untuk berhenti sekolah adalah karena kedua orang tuanya yang sudah tidak mampu lagi dari segi ekonomi. Begitu pula Aji 16 tahun yang memutuskan untuk berhenti sekolah karena ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan. Lain halnya dengan Iyal yang justru ia berhenti sekolah karena ketertarikannya dengan dunia luar, dunia yang tanpa aturan sana-sini dan dunia yang tanpa larangan. Saya berkutak pada tiga anak tersebut terlebih dahulu. Imam pada awalnya bersi keras pada jawabannya yang pertama, tetapi saat terjun ke lapangan yang kali ke duanya Imam menjawab pertanyaan saya dengan raut muka yang penuh dengan keragu-raguan dan ketidak pastian. Imami berbicara bagai orang gagu yang coba berbicara dan berteriak. Saat saya mengulangi pertanyaan saya justru ia memalingkan muka bagai orang yang ketakutan. Seraya ia memalingkan muka saya mencoba mengimbangi gerak-gerik anak tersebut dengan mengikuti palingan mukanya, kemudian ia berbicara dengan terbata-bata kepada saya dan mengungkapkan alasannya putus sekolah, yaitu karena ia tidak kuat dengan pelajaran-pelajaran SMP. Memang ini adalah alasan yang masuk akal, tetapi bagi saya ini salah satu alasan yang sedikit menggelitik. Pasalnya bagaimana mungkin Imam bisa menyimpulkan bahwa ia tidak mampu mengimbangi pelajaran sekolah padahal saat itu ia baru duduk di kelas 1 SMP. Ternyata sambil tersenyum ia justru berbicara kepada saya bahwa alasan utamanya adalah ia sudah jenuh dengan keadaan keluarganya yang kian hari kian memburuk karena sang Ayah meninggalkan keluarga tanpa kepastian yang jelas. '' saya gak betah kak dengan keadaan rumah yang tiap hari terus-terusan berisik karena ibu sama bapak berantem terus kak, g kenal waktu lagi berantemnya. Ditambah berantemnya itu cuma gara-gara hal yang sepele kak, kadang-kadang cuma gara-gara di meja makan g ada makanan, padahalkan gara-gara ayah juga di meja makan g ada makanan kak'' itu kutipan singat ungkapan imam kepada saya. Kemudian saya melanjutkan ke Aji siswa SMP yang baru tahun lalu memutuskan untuk berhenti sekolah. Imam dan Aji mempunyai alasan yang tidak jauh berbeda, hanya saja aji saat kali pertama ditanyai ia justru menjawab dengan tegas bahwa alasannya berhenti/putus sekolah adalah adat keluarga yang tidak pernah menyekolahkan anak keturunannya lebih dari kelas 2 SMP. Sangat lucu sekali jawaban Aji ini, tapi saat itu saya meng''iya''kan jawabannya seraya memberikan senyuman sesaat saat saya ingin beranjak dari sampingnya. Saat saya kembali lagi ke rumah Aji ternyata dia berlaku jujur, setibanya saya di tempat aji justru ia langsung menyambut saya dan mengatakan bahwa pernyataannya yang kemarin itu adalah sebuah kebohongan karena dia belum begitu mengenal saya. Lalu saat saya tanyakan kepada Aji apa alasan yang sebenarnya justru sorot matanya menunjukkan kesedihan dan sontak saya keget dan terenyuh saat itu. Ternyata ia terpaksa putus sekolah karena dipaksa oleh ayah tirinya dan meminta aji dengan paksa untuk mencari uang tambahan demi memenuhi semua nafsu dan keinginan Ayah tirinya tersebut. '' ayah selalu memaksa saya untuk ngamen bahkan ngemis kak, padahal ayah tiri saya punya pekerjaan tetap kak, tapi g tau kenapa malah ayah maksa saya kerja kak...apa ini kak ya namanya kekejaman ayah tiri kak''. Saya Cuma bisa balas singkat dengan memotivasinya bahwa hadapin aja...kamu yang sabar ya aji.
Kemudian yang ke tiga saya mewawancarai anak yang bernama Iyal. Anak ini yang pada awalnya mengaku putus sekolah karena ketertarikannya dengan dunia luar, dunia yang tanpa aturan sana-sini dan dunia yang tanpa larangan, awalnya ia hanya menyampaikan alasan itu saja, tetapi saat saya mengunjunginya yang ke dua kalinya. Ternyata alasannya adalah karena ia merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya dan menurutnya ia adalah orang yang Introvert / Cenderung menutup dirinya dari orang lain. Setelah saya memintanya berterus terang secara persuasif akhirnya ia mengakui hal tersebut. Iyal berkata ini '' saya sih mau banget kak buat sekolah, tapi ya itu tadi disamping saya punya sifat kayak gini '' tertutup'' eh malah di saat bersamaan temtn-temen saya malah ngejekin saya terus cuma karena saya sering terlambat masuk kelas, maklumlah rumah saya kan jauh kak dari sekolah, ditambah saya ga punya kendaraan '' sepeda'' buat ke sekolah, jadinya ya saya jalan kaki setiap harinya kak'' tandasnya kepada saya.
Inilah sekilas Lampiran wawancara yang dapat peneliti lampirkan, mudah-mudahan mendatangkan manfaat bagi para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar