Rabu, 17 Juni 2015

Tugas UAS

Nama : Sifa Fauziah

NIM : 1112052000025

Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam



BAB I

PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Pemulung dipandang sebagai stata sosial paling bawah di dalam masyarakat kita. Hal ini mungkin dikarenakan pekerjaan mereka yang langsung berhadapan dengan sampah. Mungkin hanya beberapa orag diantara ita yang menyadari betapa besar peran pemulung dalam pengumpulan dan pengelolaan sampah. Apa yang dilakukan olehnyanya merupakan salah satu bentuk nyata dalam pengurangan sampah di lingkungan hidup kita. Sampah-sampah yang diambil oleh pemulung merupakan sampah anorganik yang masih bisa didaur ulang lagi seperti kertas bekas, koran, kardus bekas, botol plastik, bekas aqua kelas, dan lain sebagainya. Barang-barangnya ini kemudian mereka bersihkan untuk disetorkan kepada bos mereka untuk dijual dan hasilnya untuk menyambung hidup mereka.

Sekolah adalah salah satu hak untuk anak. Namun, penghasilan dari seorang pemulung tidaklah seberapa, cukup untuk makan dan keperluan sehari-hari yang semuanya serba pas-pasan, apalagi untuk membiayai sekolah untuk anak yang begitu mahal di zaman sekarang ini. Melihat fenomena tersebut, penelti tertarik untuk menggali lebih dalam berbaur dan berkunjung secara langsung ke pemukiman pemulung yang berada di wilayah Jl. Ciputat Molek III.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul "Pentingnya Pendidikan Bagi Anak Pemulung di Pemukiman Ciputat Molek III" sebagai penelitian kami. Alasan kami memilih daerah tersebut karena pemukiman pemulung itu berada di lokasi yang dekat dengan kampus kami sehingga mudah untuk di jangkau dan mempermudah penelitian kami.

 

B.                 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Ingin mengetahui tentang kehidupan sehari-hari pemulung

2.    Ingin mengetahui mengapa mereka harus mencari nafkah dengan cara memulung.

3.    Ingin mengetahui pendapat mereka tentang pendidikan untuk anak.


BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A.                Subjek Penelitian

Istilah subjek penelitian merujuk pada orang atau individu yang akan saya teliti. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitiannya disebut narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah pemukiman pemulung di Jl. Ciputat Molek III kelurahan Pisangan,  Ciputat Timur. Jumlah pemulung di tempat ini 141 orang. Adapun subjek dalam penelitian ini memfokuskan pada 2 keluarga mewakili 141 orang yang berada di wilayah tersebut.

 

B.                 Waktu dan Tempat penelitian

Waktu penelitian saya mentargetkannya dalam satu minggu yang dimulai pada hari Senin tanggal 03 Juni2015 sampai tanggal 15 Juni 2014. Adapun tempat penelitian saya yaitu penelitian di pemukiman pemulung yang berada di Jl. Ciputat Molek III.

 

C.                Teknik pengumpulan dan Penggalian Data

1.             Observasi

Teknik pengumpulan data saya yang pertama adalah observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang di selidiki. Observasi saya yang pertama sudah dilakukan pada tugas penelitian sebelumnya, di tugas ini peneliti hanya melanjutkan dari penelitian kemarin, namun berbeda fokus pembahasan yang akan diteliti.

2.             Wawancara

Sebelum peneliti melalukan wawancara, sebelum tugas ini dilakukan saya sudah terlebih dahulu melakukan observasi untuk tugas penelitian yang sebelumnya. Perjalanan dimulai dari mencari keberadaan pemukiman pemulung yang beara di wilayah Pisangan, Ciputat Timur. Setelah saya obesrvasi, pada hari itu juga, tepatnya hari Sabtu tanggal 2 Mei 2015. Kunjungan wawancara saya yang pertama. saya memulai perjalanan dari titik nol kilometer di Kelurahan Pisangan. Kami berjalan menuju tempat lokasi yang berjarak sekitar 2 KM. Saya menuju lokasi tersebut dengan berjalan kaki. Sebenarnya lokasi yang saya tuju sangat dekat dengan kelurahan, tetapi ketika saya ingin memulai perjalanan, saya bertemu dengan seorang tukang ojek dan saya bertanya lokasi pemukiman pemulung tersebut dan ternyata mereka sudah direlokasi dari yang tadinya di gang jambu, gang yang sangat dekat dengan kelurahan tepatnya 10 meter dari kelurahan. Para pemulung sekarang direlokasi di belakang pom bensin ciputat di bawah sotet listrik. Tepatnya di Jl. Ciputat molek III. Perjalanan nol kilometer kami dari kelurahan dimulai setelah bapak tukang ojek memberikan arahan perjalanan kami. Dari kelurahan, saya mengambil arak ke barat mengkuti jalan hingga saya tiba di pertigaan BBS, di jalan legoso raya. Panasnya matahari siang dan jalanan ramai dan berdebu menyelimuti perjalanan saya. Sebelum sampai di pertigaan BBS, saya melewati sebuah sekolah SMK Nusantara kurang lebih 500 m sebelum BBS. Setelah saya sampai di perrtigaan BBS, saya mengambil arah kiri kemudian jalan lurus sekitar 500 KM dan saya sampai di bertigaan masuk ke komplek ciputat molek. Saya ambil arah ke komplek tersebut masuk ke dalam jalan lurus 500 m. Kemudian belok kanan 100 m, belok kiri, setelah itu belok kanan sekitar 50 meter. Belok kiri, kemudian lurus saja hingga kami samapi di pemukiman pemulung, yaitu di lapangan yang cukup luas dan langsung terlihat jika di situ terdapat pemukiman yang cukup terbilang kumuh.

Pada  wawancara saya yang selanjutnya, dikarnakan saya sudah mengetahui tempat pemukiman pemulung yang berada di Jl. Ciputat Molek padatanggal 10 juni saya kembeli ke tempat pemukiman pemulung tersebut untuk melakukan wawancara. Warga pemukiman pemulung di sini pada pagi sampai siang hari sibuk dengan kegiatan masing-masing dan beistirahat, saya memutuskan setelah  perkuliahan selesai pada jam 15.30 untuk melakukan wawancara selanjutnya.

.


BAB III

TEMUAN LAPANGAN

A.                Narasumber Pertama

Pada penelitian ini, saya melakukan penelitian di sebuah pemukiman pemulung yang berada di Jl. Ciputat Molek III, tepatnya di belakang pom bensin ciputat. Tidak terlalu jauh dari Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta tempat saya menimba ilmu.

Setelah perkuliahan selesai pada jam 15.30 saya langsung berkunjung ke pemukiman pemulung diantar oleh seroang teman. Karna sebelumnya saya sudah pernah ketempat tersebut dan sudah mewawancarai narasumber saya, warga di pemukiman pemulung di Ciputat Molek pada sore hari banyak keluarga yang sedang santai atau menonton sepak bola di pinggir lapangan karna pemukiman pemulung ini berada tepat di samping kanan dan kiri lapangan sepak bola warga.

Narasember yang saya temui kali ini bernama Ibu Tarminah. Beliau merupakan salah satu warga yang dahulunya bertempat tinggal di gang jambu dari 17 keluarga lainnya yang direlokasi ke lapangan yang berada di Jl. Molek III belakang pom bensin Ciputat. Warga pemulung tersebut, berpindah ke tempat relokasinya yang baru karena mengikuti perintah bos. Bosnya memindahkan mereka ke lokasi tersebut dengan alasan karena di lokasi tersebut sudah ada sekitar 100 lebih pemulung yang bertempat tinggal.

 

Setelah bertemu dengan ibu Tarminah dan keluarga kecilnya, saya juga menjelaskan maksud dan tujuan saya berkunjung kembali ke rumah tersebut yaitu untuk memutuskan keluarga tersebut sebagai narasumber wawancara dari penelitian saya. Kemudian langsung dilanjutkan wawancara yang berlangsung secara santai dan mengalir apa adanya. Ibu yang kami wawancarai bernama Ibu Tarminah yang berusia 30 tahun dan suaminya bernama bapak Wakiadi yang berusia 32. Mereka dikaruniai dua orang anak. Anak yang pertama bernama Kiki yang berusia 13 tahun dan anak kedua bernama Ningsih yang berusia 7 tahun. Anaknya yang pertama yaitu kiki berhenti sekolah pada saat masih menduduki bangku sekolah SD atau lebih tepatnya ketika bapak Wakiadi gagal bekerja di pelayaran karna tertipu. Bapak Wakiadi sempat berkerja di pelayaran selama 3 bulan, namun dari hasil kerjanya tersebut bapak Wakiadi tidak mendapatkan gaji sepeserpun, yang ada ketika pulang ke kampung halamannya bapak Wakiadi mendapatkan luka di sekujur tubuhnya karena dipukuli dan dipaksa untuk bekerja di kapal tersebut. Pada saat itu bapak Wakiadi dan ibu Tarminah memutuskan pindak ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan membawa anaknya kiki yang saat itu sudah duduk di bangku sekolah SD dan sekarang tidak meneruskan kembali sekolahnya dan membantu ayahnya untuk mencari barang bekas di sekitaran Ciputat. Sedangkan anak yang kedua, yaitu Ningsih sekarang bersekolah sedang menduduki kelas satu SD di SD 3 Pisangan.

Suasana wawancara berjalan santai dan menyenangkan. Istrinya yang lebih banyak berbicara dibandingkan suaminya. Hasil wawancara yang kami peroleh yaitu, awalnya keluarga bapak Wakiadi dan juga pemulung yang bekerja pada bos sebut saja bos A adalah warga pemulung yang sudah direlokasi dari gang jambu yang lokasinya tidak jauh dari kantor kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Tetapi karena lahan yang mereka tinggali bukan tanah milik bosnya, sehingga rumah yang mereka tempati di gusur.

Para pemulung di gang jambu tersebut dipindahkan dan sudah disediakan tempat tinggal di Ciputat Molek yang temboknya terbuat dari papan bekas yang digabung-gabung dan juga dari seng bekas yang sudah berkarat, dan lantai yang beralaskan benner bekas yang digabung-gabung. Rumahnya yang sangat sederhana yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan untuk ruang tamu, ruang TV, kamar, ruang keluarga, dapur,dan kegiatan rumah tangga lainnya. Meskipun serba kekurangan dalam hal materi, keluarga mereka terlihat seperti keluarga yang harmonis. Kami melihat keharmonisan di keluaga tersebut, yaitu semuanya saling terbuka dan saling mengkomunikasikan apabila ada suatu permasalahan.

Keluarga bapak Wakiadi dan tetangganya baru saja menempati tempat relokasi barunya ini selama tiga bulan. Bapak Wakiadi dan juga istrinya adalah perantauan dari Brebes, Jawa Tengah. Alasan mereka ke Jakarta sebagai pemulung awalnya karena kegagalan bapak Wakiadi dalam bekerja di pelayaran. Karena pendidikan bapaknya yang terbilang rendah, sehingga mereka berpikir pekerjaan yang bisa suaminya lakukan yaitu sebagai pemulung di Kota Besar

Penghasilan dari memulung setiap seminggunya bapak Wakiadi mendapatkan kurang lebih Rp.200.000,-. Menurut kami penghasilan sebesar itu tidak mencukupi untuk menghidupi kedua anak dan istrerinya. Sehingga ketika sudah tidak ada lagi uang sepeserpun, bapak Wakiadi meminta pinjaman uang kepada bosnya yang nantinya dibayar dengan cicilan setoran perminggunya. Dari penghasilan yang pas-pasan tersebut bapak Wakiadi hanya Mampu Membiayai sekolah anak bungsung saja yang sekarang mau menaiki kelas 2 SD.

Setiap harinya bapak Wakiadi dan anaknya kiki mencari barang bekas dimulai dari jam 8 pagi dan terkadang ketika barang bekas yang ditemukan hanya sedikit pada siang harinya bapak Wakiadi pulang untuk makan siang dan beristirahat sejenak. Ketika bapak Wakiadi mencari barang bekas, ibu Tarminah membersihkan rumah dan memasak. Setelah itu, ibu Tarminah bekerja juga membantu suaminya membersihkan barang-barang bekas yang dibawa suaminya kemarin.

Suami dan istri ini tahu betul tentang pentingnya pendidikan untuk anak sulungnya dikarnakan bapak Wakiadi dan ibu Tarminah tidak ingin anaknya mengalami penderitaan yang sama seperti ayahnya, yang tidak dapat pekerjaan yang layak di karnakan pendidikan bapak Wakiadi rendah. Namun ibu Tarminah tidak dapat berbuat apa-apa karna suaminya itu hanyalah seorang pengumpul barang bekas yang penghasilannya tergantung seberapa banyak barang yang bapak Wakiadi dapatkan sehari-harinya.

B.                 Narasumber Kedua

Narasumber kedua dalam penelitian ini saya temui pada hari yang sama ketika selesai mewawancarai narasumber yang pertama yang bernama ibu Sumi. Saya sudah pernah bertemu sebelumnya dengan ibu Sumi yang menurut saya pada waktu itu berbincang-bincang dengan beliau wawasannya cukup luas terlihat dari cara beliau menyampaikan pendapat. rumah  Ibu Sumi bertempat tinggal di atas rumah narasumber kami yang pertama yaitu Ibu Tarminah. Sesampainya dirumah beliau, kami dipersilahkan duduk. Kami melihat keadaan rumah beliau tidak berbeda jauh dengan Ibu Tarminah, yaitu hanya ada dua petak kecil, petak yang pertama berisi kasur kecil, televisi, kipas angin ditempel didinding dan lemari. Sedangkan petak yang kedua terdapat kamar mandi dan dapur kecil. Kami mewawancarai beliau dengan santai. Pada hari itu, suami Ibu Sumi sedang tidak dirumah, melainkan sedang keluar mencari nafkah dengan cara memulung ke daerah-daerah yang banyak terdapat sampah-sampah kardus dan kertas ataupun barang-barang yang masih terlihat bagus. Maka dari itu, kami hanya dapat mewawancarai Ibu Sumi saja.

Ibu Sumi mempunyai satu anak laki-laki yang bernama Rizki yang berumur 7 tahun dan sekolah ditempat yang sama dengan anaknya Ibu Tarminah yaitu di SD 3 Pisangan. Ibu Sumi juga termasuk keluarga yang direlokasi dari gang Jambu. Penghasilan suami Ibu Sumi yang bernama Bapak Parmin yaitu Rp.300.000 selama seminggu.  Sedangkan ibu Sumi berkerja sebagai tukang cuci pakaian yang mempunyai penghasilan Pp. 500.000 perbulan cukup untuk membiayai sekolah anaknya Rizki.

Menurut ibu Sumi pendidikan anaknya Rizki sangatlah penting, karna pendidikan Rizki menentukan masadepan keluarganya nanti. Ibu Sumi sangat mementing  pendidikan anaknya tersebut. Ibu Sumi sengaja bekerja untuk menambahkan pemasukkan keluarganya untuk memenuhi kebutuhan rizki.


BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Beradasarkan wawancara yang kami lakukan, kami menganalisis bahwa sebenarnya seseorang yang saat ini bekerja sebagai pemulung, mereka tidak meninginkannya. Mereka terpaksa memulung atau mencari sampah dikarenakan keadaan keadaan ekonomi yang mendeak dibarengi dengan minimnya kualitas pendidikan kepala keluarga. Selain itu juga, mereka mempunyai keinginan untuk kembali lagi ke kampung halaman mereka.

Selain dari perbedaan sisi latar belakang kehidupan yang menjadikan mereka memulung, terdapat perbedaan lain yaitu perbedaan penghasilan yang diperoleh. Narasumber yang pertama, berpenghasilan Rp. 200.000 perminggu. Sedangkan penghasilan narasumber yang kedua berpenghasilan Rp.300.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini