Rabu, 17 Juni 2015

TUGAS UAS KUALITATIF BPI 6

Jadikan gambar sebaris

Nama              : Nely Lailatul Maghfiroh
NIM                : 1112052000013
Jurusan          : Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)/6
Tugas              : UAS
Mata Kuliah  : Metodologi Penelitian Kualitatif
 
PERSEPSI KELUARGA PEMULUNG TERHADAP PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA DI TPA UNTUK ANAK-ANAKNYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia, karena pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat besar terhadap anak anak yang tidak bersekolah. Kemiskinan bukanlah satu satunya faktor yang berpengaruh. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah pola fikir yang pendek  dan sederhana akibat rendahnya pendidikan. Dalam budaya Indonesia, kepala rmah tangga  terutama seorang ayah mempunyai peran yang sangat besar dalam rumah tangga termasuk dalam mengambil keputusan boleh atau tidaknya seorang anak untuk mendapat pendidikan. Untuk mengambil keputusan tersebut tentunya akan sangat tergantung kepada persepsi atau pandangan orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya, khususnya pendidikan di TPA.
Kebutuhan akan pendidikan TPA saat ini menjadi kebutuhan yang setara dengan pendidikan di sekolah. Karena melalui pendidikan agama di TPA, sangat meungkinakan bagi anak untuk lebih mengenal ajaran agamanya dan untuk mendidik anak dalam berakhlak dan menjaga agar pergaulannya tidak menyimpang ke arah yang negatif. Maka dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba mengetahui persepsi keluarga pemulung terhadap pendidikan
Memulung bukanlah menjadi hambatan mereka untuk bersekolah walaupun dengan kondisi ekonomi yang tidak berkecukupan. Selain pendidikan di Sekolah, mereka juga mempunyai kebutuhan lain yaitu pendidikan di TPA (Taman Pendidikan Al-Qu'an) dengan harapan agar anak-anak pemulung selain mengenyam pendidikan sekolah juga mengenyam pendidikan agama seperti mengaji.
Melihat fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam dengan berbaur dan berkunjung secara langsung ke pemukiman pemulung yang berada di wilayah Jl. Ciputat Molek III untuk mengetahui persepsi mereka terhadap pentingnya pendidikan agama untuk anak-anaknya oleh karena itu, peneliti mengangkat judul "Persepsi Keluarga Pemulung Terhadap Pentingnya Pendidikan Agama di TPA Bagi Anak Pemulung di Pemukiman Ciputat Molek III" sebagai penelitian kami. Alasan kami memilih daerah tersebut karena pemukiman pemulung itu berada di lokasi yang dekat dengan kampus kami sehingga mudah untuk di jangkau dan mempermudah penelitian kami.
 
B.                Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui persepsi keluarga pemulung tentang pentingnya pendidikan, terutama pendidikan TPA
2.    Untuk mengetahui hambatan pemulung dalam hal mengenyam pendidikan agama di TPA untuk anak-anaknya.
 
C.                Manfaat Penelitian
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemulung
2.      Menambah khazanah keilmuan yang berkaitan dengan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
 

BAB II
Metodologi Penelitian
A.                Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha untuk memahaminya. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, secara holistis dan dengan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.[1]
 
B.                 Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian ini berlokasi di pemukiman pemulung yang berada di Jl. Ciputat Molek III untuk memperoleh data penelitian yang telah dijadikan fokus penelitian. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah tentang persepsi keluarga pemulung terhadap pentingnya pendidikan agama di TPA untuk anak-anaknya.
 
C.                Sumber Data Penelitian
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyususn suatu informasi.[2] Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek di mana data dapat diperoleh.[3]
Menurut sumbernya, data penelitian dibagi menjadi:
1.      Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi.[4] Sumber data primer dalam penelitian ini adalah ibu dari anak-anak keluarga pemulung.
2.      Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung dari subyek penelitian.[5] Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku, arsip, dokumen resmi dari kantor Kelurahan Pisangan tentang jumlah pemulung yang berada di wilayah Pisangan, Ciputat Timur.
 
D.                Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Observasi.
Metode observasi merupakan suatu metode dengan cara pengamatan. Adapun observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yang pertama adalah mendatangi langsung kantor Kelurahan Pisangan untuk mengetahui data jumlah pemulung di kelurahan Pisangan. Setelah itu, penelitian langsung menuju lokasi pemukiman pemulung dan mengamati langsung kegiatan mereka yang terletak di Ciputat Molek III
2.      Wawancara.
Setelah observasi dilakukan, peneliti melakukan wawancara langsung kepada pemulung. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara langsung yaitu data yang diperoleh dengan cara tanya jawab secara lisan dan tatap muka antara pewawancara dengan yang diwawancarai (narasumber).[6] Dalam hal ini narasumber penelitian adalah pemulung yang mempunyai anak usia sekolah.
 

BAB II
LANDASAN TEORI
A.                Pemulung
dalam definisi yang umum, pemulung adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas atau gesek.
Berdasarkan tempat tinggalnya, pemulung dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Pemulung tidak menetap
Yaitu pemulung yang tidak mempunyai tempat tinggal relatif menetap dan hidup di jalanan. Biasanya disebut pemulung jalanan.
2.      Pemulung menetap
Yaitu pemulung yang mempunyai tempat tinggal dan hidup atau tinggal di suatu tempat atau kampung tertentu dan mempunyai pekerjaan menetap sebagai pemulung. Biasanya pemulung menetap atau menyewa rumah secara bersama-sama di suatu tempat tertentu. Pemulung yang tinggal di rumah Permana dan semi permanen yang berlokasi di tempat pembuangan akhir atau sekitarnya, atau penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai pemulung.[7] Seperti dalam penelitian ini yaitu pemulung yang tinggal menetap di Jl. Ciputat Molek III. Atau di lapangan belakang Pom Bensin Ciputat.
 
Menurut Y. Argo Twikromo, pemulung jalanan merupakan istilah yang digunakan dalam studinya untuk menggambarkan pemulung yang hidup di jalanan. Istilah ini digunakan untuk membedakan pemulung tidak menetap (pemulung yang tidak mempunyai tempat tinggal relatif menetap dan hidup atau tinggal di jalanan) dan istilah pemulung menetap (pemulung yang mempunyai tempat tinggal di suatu pemukiman tertentu). Berdasarkan perspektif pemerintah dan masyarakat pada umunya, kelompok pemulung jalanan ini dikategorikan sebagai gelandangan.[8]
 
B.                 Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
TPA merupakan tempat di mana anak diajarkan bagaimana cara membaca Al-Qu'an dengan baik dan benar dan juga diajarkan materi-materi akhlak seperti cara menghormati orang tua, bergaul dengan teman yang baik. Selain itu juga diajarkan do'a-do'a sehari-hari.

BAB III
TEMUAN LAPANGAN
 
A.                Gambaran Umum Lokasi
Sebelum peneliti memperoleh gambaran umum lokasi penelitian ini, sebelumnya penelitian observasi terlebih dahulu di Kantor Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur untuk memperoleh data jumlah pemulung beserta tempat tinggalnya. Sehingga diperoleh data jumlah pemulung yang tinggal di Kelurahan Pisangan berjumlah 141 orang.[9]
Setelah memperoleh data jumlah pemulung, peneliti langsung menuju lokasi pemukiman pemulung. Lokasi penelitian ini berada di wilayah Jl. Ciputat Molek III, Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur Tangerang Selatan tepatnya di belakang bom bensin Ciputat. Di daerah tersebut ada suatu pemukiman yang ditempati sekitar lebih dari seratus keluarga pemulung. Lima puluh keluarga sudah menempati daerah tersebut sekitar tiga tahun lebih dan tujuh belas keluarga yang baru tiga empat bulan tinggal di pemukiman tersebut. Tujuh belas keluarga ini adalah pemulung dari sebelumnya tinggal di gang Jambu yang berlokasi di daerah depan Kantor Kelurahan Ciputat. Mereka dislokasi ke belakang Pom Bensin karena ternyata tanah yang selama ini tinggali di gang Jambu adalah tanah pemerintah. Akhirnya, mereka dipindahkan oleh bos mereka ke belakang Pom Bensin.
Adapun fokus dari penelitian ini adalah keluarga pemulung yang sebelumnya pernah tinggal di gang Jambu dan telah dislokasi di Ciputat Molek III dan yang mempunyai anak usia sekolah.
 
B.                 Persepsi Keluarga Pemulung Terhadap Pentingnya Pendidikan Agama bagi Anak-Anaknya
Fokus penelitian ini adalah kepada keluarga pemulung yang telah dislokasi dari gang Jambu. Jumlah keluarga pemulung yang dislokasi adalah 17 keluarga. Akan tetapi, peneliti mengambil narasumber sejumlah duaa keluarga.
Keluarga yang pertama mempunyai dua orang anak. Anak yang pertama telah utus sekolah. Dia hanya bersekolah sampai kelas 6 SD dan satu orang anak yang masih kelas dua SD. Kendala yang dialami hingga anak pertamanya putus sekolah tentunya karena alasan ekonomi dan tuntutan hidup yang menjadikannya harus membantu ayahnya untuk mencari bahan bekas. Istrinya tidak bekerja karena di rumahnya ada masih anak nenek dari anaknya yang perlu dijaga karena sering sakit. Kegiatan sehari-hari istrinya hanya di rumah menunggu suami pulang mencari sampah untuk dibersihkan olehnya. Dan dibagi mana sampah plastik, mana kardus, dan mana sampah jenis lainnnya. Itulah aktivitas sehari-hari istrinya. Aktivitas suaminya setiap hari hanya mencari sampah untuk menghidupi kedua anaknya, istri, dan mertuanya yang ikut tinggal bersama mereka.
Setelah peneliti mengetahui tentang keluarganya, selanjutnya peneliti menanyakan alasan mereka kenapa dengan ekonomi yang sangat susah ini mereka masih mau menyekolahkan anak-anaknya meskipun hanya sampai sekolah dasar (SD). Saya memperoleh jawaban bahwasanya orang tua yang pekerjaan sehari-hari memulung mempunyai harapan yang besar terhadap anak-anaknya dan ingin anaknya menjadi anak yang berbakti terhadap keluarganya dan juga mengenal agamnya dengan baik. Akan tetapi mereka ternyata mempunyai kendala dalam hal mengenyam pendidikan agam di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Sebelum keluarga ini dipindahkan di Ciputat Molek III, mereka telah tinggal di gang Jambu. Di mana mereka sudah terbiasa berbaur di masyarakat, bersosial, dan mengikuti kegiatan Rukun Tetangga (RT) dan anak-anak mereka setiap sore harinya mengaji di TPA. Akan tetapi, setelah mereka dipindahkan, anak-anak mereka tidak mempunyai wadah untuk mengaji di TPA. Fasilitas yang tersedia dan paling dekat dari tempat tinggal mereka adalah mengaji sore hari di musholla terdekat. Dan itu pun pengajarnya belum tentu setiap hari ada. Selain itu juga terkadang cuaca yang tidak mendukung menjadikan anak-anak mereka tidak mengaji. Hambatan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan agama bagi anak-anaknya yang dihadapi saat ini ketika sudah dipindahkan selama empat bulan ini yaitu kurangnya fasilitas baik pengajar maupun tempat untuk mengaji. Terkadang ketika anaknya semangat untuk mengaji dan ibunya sudah mengantarkannya sampai di Musholla, ternyata tidak ada yang mengajar. Hambatan lain yaitu, ibunya tidak sempat mengantarkan anak-anaknya ke Musholla karena Mushollanya terlalu jauh dari rumah sedangkan ibunya tiap sore sudah harus membantu suaminya untuk membersihkan sampah hasil mencarinya. Mereka masih belum terlalu menerima dipindahkan di tempat yang baru karena tempat mengaji untuk anak-anaknya terlalu jauh dan keluarga pemulung yang sudah lama menempati tempat tersebut kurang ramah dan terlihat keras kehidupannya.
Hal ini menjadikannya khawatir apabila anak-anaknya tidak mengaji. Karena dikahwatirkan kalau sore harinya mereka bermain di lapangan dengan anak dari keluarga pemulung yang telah bertahun-tahun tinggal di wilayah itu sedangkan anak-anak tersebut tidak pernah mengaji dan terlihat nakal. Kekhawatiran ini yang memotivasi keluarga ini untuk mengantar anaknya mengaji setiap sore hari di musholla terdekat dengan tujuan agar anak-anaknya tidak salah pergaulan dan mengerti agama. Bagi keluarga ini pendidikan agam di TPA itu sangat penting. Meskipun mereka tergolong ekonominya rendah, mereka tidak mau anak-anak mereka mempunyai akhlak yang buruk dan tidak mengerti agama. Agama adalah yang paling utama bagi mereka selain pendidikan sekolah.
Keluarga yang kedua mempunyai anak satu yang masih duduk di kelas dua SD. Hasil wawancara saya diperoleh data yang sama dari keluarga sebelumnya. Keluarga yang ini juga mempunyai kehawatiran yang besar terhadap pengetahuan agama anak-anaknya. Karena keluarga ini berharap pada nantinya, jika mereka meninggal nanti anaknya bisa mendo'akan orang tuanya dan juga orang tua tersebut telah berusaha sebaik mungkin agar Allah di akhirat nanti tidak menuntut mereka terhadap pengetahuan agama dan mengaji anak-anaknya. Karena selain mereka mempunyai kewajiban menyekolahkan anak-anaknya, mereka juga menyadari bahwa masih ada kewajiban lain yaitu memberikan ruang bagi anak-anaknya untuk bisa mengaji, mengerjakan perintah agama dengan baik dan bisa menjadi kebanggaan orang tuanya. Hambatan yang dihadapi keluarga ini sama dengan hambatan yang dihadapi keluarga pertama  ketika anaknya hendak berangkat mengaji.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti menarik kesimpulan bahwasanya persepsi keluarga pemulung terhadap pentingnya pendidikan agama untuk anak-anaknya sangat tinggi. Bahkan mereka menyadari selain kewajiban orang tua menyekolahkan anak-anaknya, mereka juga mempunyai kewajiaban lain yaitu berusaha sebaik mungkin agar anak-anak mengenal agama dengan baik, bisa mengaji (membaca All-Qur'an) dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Hambatan yang dihadapi oleh keluarga pemulung yaitu hambatan fasilitas pengajar dan juga tempat mengaji yang jauh.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian "Suatu Pendekatan Praktek". Jakarta: PT Rineka Cipta
Buku Laporan Profil Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur per Tahun 2013
Moleong, Lexy J. 2009. Metode penelitian kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Saifudin, Azwar. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wandi, Bachtiar. 1997. Metodologi Penelitian Dakwah. Jakarta: Logo Wacana
Y. Argo Twikromo. 1999. Pemulung Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Media Pressindo


[1] Moleong, Lexy J. Metode penelitian kualitatif (edisi revisi). (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), h. 6
[2] Arikunto, suharsimi. Prosedur Penelitian "Suatu Pendekatan Praktek". (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 118
[3] Ibid., h. 129
[4] Azwar Saifudin. Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 91
[5] Ibid., 91
[6] Bachtiar, Wandi. Metodologi Penelitian Dakwah (Jakarta: Logo Wacana, 1997), h.  92
[7] Y. Argo Twikromo. Pemulung Jalanan Yogyakarta. (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999). H. 74
[8] Ibid., h. 42                  
[9] Berdasarkan buku Laporan Profil Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur per Tahun 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini