Rabu, 17 Juni 2015

TUGAS UAS NOVIANA FATIKHATUZ Z

Nama              : Noviana Fatikhatuz Zahroh

Nim                 : 1112052000005


 

"PERILAKU ANAK JALANAN DI JALAN RAYA PONDOK GEDE TAMAN MINI INDONESIA"

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

 

Indonesia adalah negara yang subur negara yang  melimpah ruah kekayaannya, baik dari SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam)dari laut, pertanian, minyak bumi, batu bara dan lain sebagainya. Indonesia termasuk negara yang berkembang, negara yang jumlah pendudukannya sangat banyak. Akan tetapi sungguh sangat ironis sekali ketika hampir setiap daerah-daerah indonesia kita bisa menjumpai anak jalanan, apalagi seperti kita yang hidup di ibu kota Jakarta. Dengan mudah kita dapat melihat di mana saja dan kapan saja anak jalanan yang berkeliaran di ibu kota Jakarta. 

Dari tahun ke tahun jumlah anak jalanan semakin meningkat. Anak-anak ini adalah penerus generasi muda bangsa Indonesia, akan tetapi mereka memiliki mental yang hanya menjadi seseorang yang kurang berdaya guna, mental yang hanya menjadi preman. Bukan prestasi yang di raih oleh anak-anak itu, tetapi hanya catatan kriminal, dan yang pasti pengalaman yang kurang baik yang terjadi terhadap mereka. Berdasarkan data dari Kemensos jumlah anak jalanan sekarang sekitar 230 ribu orang anak jalanan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tiap tahunnya anak jalanan di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang cepat. Pemerintahpun kesulitan dalam mengatasi anak jalanan yang semakin hari semakin meningkat.  Daerah bekasi sendiri memiliki sekitar 10.000 anak jalanan yang tersebar di beberapa tempat.

Anak jalanan bukan hanya seorang anak yang mengamen ataupun meminta-minta uang di dalam angkot, tukang semir sepatu, berjualan koran, memulung, tukang sapu, lap mobil, pedagang asongan mereka juga termasuk dalam kategori anak jalanan. Banyak masyarakat indonesia yang memandang rendah anak jalanan, berfikir hal-hal yang bersifat negatif tentang anak jalanan tanpa mencari tahu terlebi dahulu apa sebab mereka memilih anak jalanan. Tidak semua anak jalanan itu bertingkah laku negatif.

Bisa di katakan anak jalanan adalah anak-anak yang masih berusia di bawah 18 tahun yang hidup sepenuhnya di jalan(dalam arti tidur, makan bermain dan lainnya di lakukan di jalanan serta mencari nafkah). Mereka memilih untuk tinggal di jalan bersama dengan teman-temannya. Banyak indikator tentang anak jalanan, adapun kategorinya atau di kelompokan manjadi sebagai berikut: anak jalanan yang sepenuhnya hidup di jalanan artinya telah memutuskan hubungan dengan orang tua dan biasanya tidak bersekolah lagi, anak jalanan yang bekerja di jalanan umum seperti anak-anak yang menjadi tukang asongan, jualan koran, pemulung, tukang semir sepatu dan masih berhubungan teratur dengan orang tua, anak yang rentan menjadi anak jalanan dan anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun.

Bagi anak-anak yang hidup dengan baik, hidup dengan berkecukupan, hidup dalam kondisi yang menyenangkan maka patut bagi kita untuk selalu bersyukur atas apa yang di berikan Allah kepada kita semua. Betapa beruntungnya kita yang bisa merasakan pendidikan, merasakan kasih sayang kedua orang tua kita. Sangat berbeda sekali dengan anak jalanan yang harus berjuang untuk bertahan hidup, untuk membantu kedua orang tua mereka. Mereka menghabiskan masa anak-anak yang harusnya bahagia, bermain dan belajar mereka justru harus bekerja.

Maka hal ini sangat menarik untuk di teliti, agar kita tahu apa yang menjadi alasan mereka memilih hidup di jalanan. Ketika kita sudah mengetahu apa yang terjadi, maka kita harus mempunyai sebuah solusi, setidaknya kita bisa memberikan solusi atau jalan keluar yang terbaik .

            Sebagai seorang penyuluh agama, patutlah kita membantu saudara-saudara, atau membantu kaum yang lemah. Memberikan bimbingan bagi mereka yang sedang dalam masalah, sehingga seorang penyuluh itu menjadi rahmatan lilalamin. Memberikan obor guna menerangi kaum yang kurang beruntung. Tidak hanya sebagai seorang penyuluh saja, sebagai manusia juga harus membantu sesama. Kita harus bisa menyelematkan anak-anak jalanan, baik dari segi fisik maupun mental dan psikologinya. Karena mereka adalah generasi muda yang akan melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia.

Bukan hanya kita yang membantu mereka, akan tetapi peran masyarakat dan lingkungan sangat di butuhkan sekali. Karena seorang anak akan mengikuti, meniru bagaimana jalan kehidupan di lingkungannya. Seorang anak akan meniru dan mencontoh apa yang terjadi di keluarga, serta di lingkungan mereka.

Ketika kita akan melakukan sebuah penelitian maka kita harus mempunyai rancangan  tentang apa yang akan kita lakukan dan apa yang kita tuju. Sebelum terjun ke lapangan maka kita juga harus mempunyai sebuah persiapan, baik dari segi fisik, mental maupun materi. Kemudian kita harus mempunyai wawasan, gambaran yang luas tentang  subjek. Mempunyai planning, kemudian terstruktur, sistematis dan terukur. Maka TOR (term of reference) ini akan sangat membantu atau mempermudah kita dalam penelitian, sehingga pembuatan TOR ini sangat penting.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Mengapa memilih untuk menjadi anak jalanan?

2.      Apa dampak anak jalanan terhadap masyarakat sekitar?

3.      Dimana tempat tinggal atau berkumpul mereka?

4.      Apa faktor yang melatar belakangi mereka?

 

C.    Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Mengambarkan perilaku anak jalanan di jalan raya pondok gede taman mini

2.      Melihat dampak perilaku anak jalanan

3.      Mengetahui Perilaku anak jalanan yang ada di sekitar Taman Mini Indonesia

 

D.    Jenis Metode Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa jenis-jenis metode penelitian kualitatif seperti, metode interaktif dan metode non interaktif. Metode interaktif meliputi: etnografis, fenomenologis, historis, studi kasus, teori dasar dan studi kritis. Metode non interaktif meliputi: analisis konsep, analisis kebijakan dan analisis historis.

Penelitian yang saya lakukan ini menggunakan metode penelitian deskriptif, karena metode ini menggunakan metode seperti wawancara mendalam dan observasi. Dalam tekhnik pengumpulan data menggunakan tekhnik pengumpulan data primer. Dalam tekhnik pengumpulan data ada dua macam tekhnik, yaitu: tekhnik primer dan tekhnik sekunder. Kita akan menggunakan tekhnik primer, dalam tekhnik primer menggunakan metode antara lain yaitu:

1.      Metode Wawancara adalah metode dengan cara melakukan pendekatan terhadap informan, setelah kita melakukan pendekatan kita bisa mengajukan beberapa pertanyaan yang menyangkut dengan tujuan penelitian kita. Sehingga kita bisa mendapatkan sebuah data yang lebih akurat.

2.      Metode Observasi adalah sebuah pengamatan yang di laukakan secara langsung terhadap objek yang menjadi informan kita, tidak hanya mengamati akan tetapi juga mencatat gejala-gejala yang terjadi pada objek dan lingkungan sekitarnya.

Dalam penelitian ini wawancara dan observasi sangat di butuhkan sekali guna mendapatkan dan mengumpulkan data sebanyak-banyak  info dari narasumber. Tujuan menggunakan tekhnik wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam fikiran dan hati subjek.

 

E.     Informan Peneliti

Dalam penelitian seorang informan sangatlah di butuhkan guna menambah data yang telah di dapat dan memperkuat suatu sumber atau memperkuat data. Seorang informan adalah seseorang yang tahu tentang objek ataupun kenal dan dekat  dengan objek , tidak hanya dekat akan tetapi juga tahu, melihat bagaimana informan. Seorang informan adalah seseorang yang dapat di percaya dalam memberikan informasi.

Dalam penelitian ini saya mendapatkan seorang informan yang berprofesi sebagai pedagang dekat lampu merah taman mini square, baik pedagang gorengan, minuman maupun makanan. Tidak hanya itu saya juga mendapatkan informan dari seorang tukang ojek yang berada di sekitar lampu merah. Seorang karyawati juga tidak luput menjadi informan saya dalam penelitian ini.

 

F.     Gambaran lokasi

Lokasi yang menjadi tujuan akan lebih difokuskan sekitar taman mini indonesia. Lebih tepatnya sebelah kanan mall tamini square. Banyak anak jalanan yang berkumpul di dekat lampu merah tamini square, dari anak-anak, orang dewasa hingga orang tua, baik perempuan maupun laki-laki. Lokasi ini sangat cocok untuk anak-anak pengamen, karena daerah ini adalah daerah yang sering kali kena kemacetan lalu lintas yang parah.

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

1.    Landasan Teori

A.    Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori "S-O-R" atau stimulus organisme respons.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia antara lain:

1)      Genetika

2)      Sikap adalah seuatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu

3)      Norma Sosial adalah pengaruh yang di berikan atas tekanan sosial

4)      Kontrol prilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku

Banyak orang yang berfikir bahwa anak jalanan selalu berprilaku negatif atau melangar norma-norma yang ada di masyarakat, sehingga pandangan masyarakat kepada anak jalanan menjadi image yang buruk. Padahal tidak semua anak jalanan seperti itu, masih banyak anak jalanan yang mempunyai perilaku yang sopan.

Jika seorang anak jalanan berprilaku seperti itu pasti ada yang melatar belakangi hal tersebut, anak jalanan berprilaku kasar karna hanya untuk melindungi diri mereka. Karena mereka harus menjaga diri mereka sendiri dari kekerasan yang sering terjadi di lingkungan hidup mereka.

B.     Konsep Anak Jalanan

 

Anak jalanan pada hakikatnya adalah "anak-anak", sama dengan anak-anak lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka karena anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa. Masyarakat tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang.

Data terakhir (2010) jumlah anak jalanan yang menjadi binaan Departemen Sosial sebanyak empat persen dari 5,4 jumlah anak terlantar atau sekitar 160.000 anak jalanan. Menurut Menteri Sosial RI, anak terlantar di Indonesia yang usianya di bawah 18 tahun terus bertambah dan kini jumlahnya telah mencapai 5,4 juta. Dari 5,4 juta anak terlantar itu, sebanyak 232.894 anak di antaranya merupakan anak jalanan yang terbagi atas tiga kelompok yakni kelompok anak-anak yang seluruh hidupnya di jalan, kelompok anak yang 4-5 jam di jalanan, dan kelompok anak yang mendekati jalanan.anak-anak jalanan sering di golongkan sebagai kelompok yang termarginalisasikan.

1)      Mencari kepuasan

2)      mengais nafkah

3)       Tindakan  asusila.

Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya dengan tempat mereka tinggal sehari-hari, yakni di alun-alun, bioskop, jalan raya, simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.

Namun walaupun demikian mereka tetap merupakan generasi muda bangsa. Bangsa dan negara kelak akan berkembang di tangan anak-anak tersebut. Nasib dan pengaruh ligkunganlah yang membawa mereka pada kehidupan yang demikian. Dari penjelsan tersebut kemudian di rasa perlu untuk meneliti bagaimana dinamika konsep diri anak jalanan pada umumnya mereka cenderung memiliki lingkungan yang tidak aman.

Terbentuknya konsep diri pada anak khusunya dalam hal ini anak jalanan di pengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu di antaranya:

1.      lingkungan

2.      pendidikan

anak jalanan juga memiliki sebuah mimpi, memiliki sebuah cita-cita layaknya anak-anak yang lainnya. Dari 4 orang anak jalanan yang saya wawancarai 3 diantaranya yaitu Aldi, Gandi dan Tata mereka  ingin sekali untuk melanjutkan sekolah lagi, mereka menyesal karena memilih untuk mengamen dari pada bersekolah. Dari ketiga anak yang ingin bersekolah kembali ada anak yang bernama Aldi, dia telah mengikuti sebuah sekolah yayasan yang berada di jakarta timur.

ada lagi slah seorang anak yang bernama Endi, dia sudah merasa nyaman untuk hidup di jalanan, dia merasa bebas.

Banyak faktor yang menjadikan seorang anak harus turun kejalanan, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah karena kondisi ekonomi keluarga, konflik internal keluarga, konflik antara anak - orang tua dan faktor status sosial keluarga.

Anak jalanan hidup dilingkungan yang keras, yang penuh dengan ancaman, seperti ancaman kejahatan, pelecehan seksual, keselamatan, di perbudak oleh para anak jalanan yang lebih kuat dan dewasa dan ancaman penyakit. Kurangnya perlindungan orang tua, saudara, kerabat ini sangat mudah sekali atau rentan sekali anak jalanan mendapatkan kelakuan yang tidak baik. Sehingga mereka harus mempunyai konsep diri.

Konsep diri akan berkembang melalui hubungan dan interaksi dengan orang lain. supaya seorang anak mempunya konsep diri positif maka anak seharusnya memiliki lingkungan dan pola asuh yang mampu melindungi serta aman bagi pertumbuhan dan perkembangannya. (sunaryo 2004)

Perkembangan di definisikan sebagai perubahan-perubahan psikofisik sebagai hasil dari proses pematangan  fungsi psikis dan fisik pada anak. Pematangan ini di tunjang oleh lingkungan dan proses belajar. (kartono 1995) citra diri yang negatif akan mewarnai pola sikap, cara pikir dan ragam perbuatan yang bersifat negatif pula.

Karakteristik Anak Jalanan

Menurut Sadli (Sudarsono, 2009) anak jalanan memiliki karakteristik khas baik secara psikologisnya maupun kreativitasnya, antara lain:

ü  Mudah tersinggung perasaannya;

ü  Mudah putus asa dan cepat murung;

ü  Nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya;

ü  Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan kasih sayang;

ü  Tidak mau bertatap muka dalam arti bila mereka diajak bicara, mereka tidak mau melihat orang lain secara terbuka;

ü  Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak, mereka sangatlah labil;

ü  Mereka memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai bila diukur dengan ukuran normatif masyarakat umumnya (Zakarya, 2011).

 

Jenis Anak Jalanan

Berdasarkan kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Suyanto, 2010).

ü  Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka.

ü  Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu.

ü  Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan awal dalam penelitian adalah menentukan objek, disini saya akan mewawancarai 4 orang anak jalanan, terdiri dari 3 orang anak laki-laki, dan 1 orang anak perempuan.

Objek pertama

Nama                           : Aisyah Putri

Nama Panggilan          : Tata

Umur                            : 14 Tahun

Alamata                       : Jalan Raya Pinang Ranti

Asiyah adalah seorang anak perempuan yang berumur 14 tahun anak ke 1 dari 3 bersaudara. Tata adalaha sapaan akrapnya, berhenti sekolah ketika duduk di bangku kelas 5 SD. Dia memutuskan untuk mengamen guna membantu kedua orang tuanya dan adik-adiknya yang masih kecil. Tata mengakui bahwa dia menyesal karena telah berhenti sekolah, dia mengamen atas kemauannya sendiri tanpa paksaan orang taunya. Ayahnya adalah seorang juru parkir di terminal sedangkan ibunya adalah buruh cuci.

Objek kedua

Nama                           : Agni

Nama Panggilan          : Agni

Umur                           : 13 Tahun

Alamata                       : belakang mall Tamini Square

Agni adalah anak terakhir dari 3 bersaudara, kadua kakaknya telah menikah semua dan tinggal di jakarta utara. Ayahnya adalah seorang penjual makanan ringan, ibunya adalah seorang penjual makanan. Ayah dan ibunya sudah berpisah. Agni berhenti sekolah ketika duduk di bangku kelas 3 SD, berhenti karena tidak ingin sekolah, merasa bosan dengan sekolah.

Objek ketiga

Nama                           : endi

Nama Panggilan          : endi

Umur                            : 13 Tahun

Alamata                       : belakang Mall Tamini Square

                        Endi adalah anak ke 1 dari 2 bersaudara, ayahnya adalah seorang supir angkot dan ibunya seorang buruh cuci. Berhenti sekolah karena kemauan sendiri. menjadi anak jalanan karena ajakan teman dan orang tuanya pun mensetujui. Berhenti sekolah ketika kelas 3 SD

Objek Keempat

Nama                           : M. Albi

Nama Panggilan          : albi

Umur                            :15 Tahun

Alamata                       : jalan Hek pasar Induk

Albi adalah anak ke 1 dari 3 bersaudara. Albi mengikuti sekolah non formal di sebuah yayasan di daerah Taman mini. Menjadi anak jalanan adalah pilihannya sendiri untuk membantu ibunya dan adek-adeknya yang masih kecil. Ayah dan ibunya sudah bercerai.

 

Dari hasil wawancara yang telah saya lakukan selama 2 minggu terhadap anak jalanan, saya mendapatkan  hal-hal baru, alasan mereka menjadi anak jalanan.

Anak- anak jalanan yang saya wawancarai masih memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya, ada juga yang memang benar-benar di biarkan saja maksudnya sudah tidak pulang kerumah, kemudian hubungan dengan oang tua pun sangat jarang sekali. Tiga dari empat anak yang saya wawancarai alasan mereka mejadi anak jalanan karena hasutan/ajakan teman, kemudian karena ingin membantu kedua orang tua mereka, dan 1 orang lagi alasan menjadi anak jalanan karena ingin hidup bebas, tidak ada yang mengatur kehidupannya. umur mereka juga terbilang masih anak-anak mereka berumur dari 12 hingga 17 tahun, dan mereka semua telah berhenti sekolah. Keinginan berhenti sekolah bukanlah keinginan orang tua mereka melainkan keinginan dari anak-anak itu sendiri yang enggan untuk sekolah lagi dan sangat di sayangkan sekali orang tua mereka mengizinkan anaknya untuk tidak bersekolah.

`           Di lihat dari pekerjaan orang tua mereka juga bermacam-macam, ada yang ayahnya menjadi seorang sopir angkutan umum, kemudian ada juga ibunya yang menjadi buruh cuci, ada juga yang menjadi kuli bangunan, kemudian pedagang kaki lima dan lain-lain sebagainya. Keadaan anak-anak ini sangat memprihantinkan meraka hidup di jalanan yang berbahaya, kemudian tidak hanya itu mereka juga sangat terlihat kumal, dekil, mereka mengamen tanpa alas kaki, baju yang di kenakan pun sangat kotor.

Anak jalanan yang saya wawancarai rata-rata mereka memiliki seorang kakak yang sudah dewasa ataupun sudah bekerja, mereka juga masih memiliki adek-adek yang usianya dari balita hingga masih kanak-kanak.

Hasil mengamen yang di dapatkan kadang juga masih di minta oleh pengamen yang lebih dewasa umurnya di bandingkan dengan mereka, tapi hal itu juga sudah menjadi suatu hal yang biasa. Mereka bisa menghasilkan uang sebesar Rp.40.000-70.000/hari, dimulai mengamen dari pagi hingga malam. Pada saat jalanan rame dan macet dalam satu hari mereka bisa mendapat kurang lebih Rp.70.000, saat jalanan lancar dan sepi biasanya mereka hanya mendapatkan uang sekitar 20.000 – 30.000

 Dari 4 orang anak jalanan yang saya wawancarai ada salah seorang anak yang menyesal karena telah berhenti sekolah

 

 

RESPON LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP ANAK JALANAN

Respon para pedagang dengan adanya  anak jalanan ada yang menanggapi dengan hal positif ada pula yang menggatakan hal yang negatif. Dari hal positif kadang mereka ikut membeli dagangan mereka walaupun tidak sering, ada pula yang mengatakan pada saat ada petugas satpol PP datang mereka membantu untuk membawakan barang dagangan mereka. Dari segi yang negatif para pedagang suka kesal terhadap anak jalanan yang tidak tertib, kemudian pada saat mabuk mereka suka semena-mena terhadap pedangan padahal para pedagang itu usianya lebih tua dari pada mereka. Ada rasa ketidak nyamanan pada masyarakat karena merasa erganggu dengan keberadaan anak jalanan.

Anak jalanan bisa dikatakan memiliki kehidupan yang keras guna untuk mempertahankan hidup mereka untuk kedepannya, wajar saja bila kita banya melihat anak jalanan yang berkata-kata kurang sopan, bertingkah laku yang buruk, itu dikarenakan mereka kurang akan pemahaman tenang norma-norma yang berlaku. Bukan hanay karena itu saja, minimnya pendidikan juga menjadi salah satu perilaku negatif anak jalanan, kurangnya peran atau bimbingan orang tua terhadap mereka

Jika menanyakan respon kepada para penumpang angkor kebanykan dari mereka menjawab bahwa mereka terasa terganggu dan was-was dengan keberadaan anak jalanan. Banyak alasan yang di utarakan oleh penumpang dari membuat kemacetan, adanya kriminal, seperti mencopet, menodong. Dan lain sebagainya

C.       KESIMPULAN

Kita sebagi seorang muslim dan manusia yang lebih beruntung dari pada mereka patutlah mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. seorang penyuluh agama bisa membimbing anak-anak jalanan, supaya anak jalnan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

Bahwa tidak semua perilaku anak jalanan bersifat hal-hal yang negatif. Banyak dari mereka yang masih mempunyai akhlaq yang baik, perilaku yang baik. Mereka hanya membuat pertahanan diri karena mereka harus tetap bertahan di kehidupan yang keras. Lingkungan pun tidak merasa terganggu dengan adanya para anak jalanan akan tetapi ada beberap yang merasa keberatan.

Jaganga pernah memandanga sebelah anak jalanan, patutlah bagi kita membantu mereka semua. Anak jalanan memang bersifat lebih emosi ini karena mereka hidup di kehidupan yang sulit.

 

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, D. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogjakarta:Pustaka Pelajar.

Apriyanto, M.D. (2008). Konsep Diri dan pengembangannya. Di akses pada tanggal 16 Juni 2015 http://mdianapriyanto.wordpress.com

 ​

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini